Ini karena pekerjaan mereka hilang, atau karena mereka terpaksa berhenti bekerja akibat ketidakadilan gaji.
Entah karena pilihan atau karena keadaan. Tapi sebagian besar dari wanita itu mengaku merawat keluarga adalah pilihan bijak.
Antara merawat anak-anak, mencuci pakaian, mengelola keuangan keluarga, dan seterusnya.
”Bahkan pada kesempatan langka di mana saya menemukan momen untuk diri sendiri, itu sering diganggu oleh beban mental keibuan. Saya tidak berpikir orang-orang mengerti seberapa besar kerugian yang dialami IRT,” tutur Calia Drabenstot.
Lauren Jacobs, seorang pekerja sosial klinis berlisensi yang berbasis di Troy, New York, yang juga ibu dari dua anak, mengaku yakin stigma ini masih ada karena sebagai masyarakat terus meminimalkan nilai sosial dan finansial dari 'fungsi eksekutif, seorang IRT.
Jacobs percaya bahwa ketika masyarakat kita sedang menjalani evaluasi ulang tenaga kerja dan pekerja penting selama pandemi, akan membantu untuk menghilangkan stigma orang tua yang tinggal di rumah.
Pekerja sosial klinis berbasis di Bronx Leslie M. Lind-Hernaiz, LCSW-R, yang juga memiliki anak berusia 2 tahun, mengatakan terserah pada yang menilai soal status IRT.
”Untuk tetap setia pada nilai-nilai IRT Anda harus tahu apa yang dibutuhkan keluarga Anda,” jelasnya.
Mengapa ibu memilih untuk tinggal di rumah? Jawabannya di sini sederhana: Ibu tinggal di rumah untuk merawat anak-anak mereka, meskipun alasannya berbeda dari ibu ke ibu.
Sarah King, ibu dua anak berusia 33 tahun yang tinggal di Stamford, Connecticut, mengatakan dirinya memilih untuk tinggal di rumah dan menjadi IRT.
”Kami selalu menjadi keluarga berpenghasilan. Itu adalah sesuatu yang saya ambil dari banyak kekuatan dan inspirasi. Saya ingin membesarkan manusia yang benar-benar baik dan menjalin hubungan dengan mereka, yang membutuhkan waktu dan kesabaran,” tuturnya.
Kailee Gaul, seorang 35 tahun yang tinggal di DeBary, Florida, dan memiliki dua anak, selama ini dihargai secara fisik karena selalu ada di tengah-tengah keluarga.
Ia pernah menjadi guru taman kanak-kanak, dia mencintai pekerjaannya, jadi ketika putra pertamanya lahir, dia harus memutuskan apakah akan kembali bekerja, dan itu bukanlah pilihan yang mudah untuk dibuat.
Sadar akan stigma menjadi IRT, dia tetap memilihnya.
”Saya mendapati diri saya sedang introspeksi dan saya menyimpulkan bahwa IRT itu benar-benar mulia. Saya ingin hidup dan menikmati bayi saya tumbuh besar,” tuturnya.
Dalam sebuah survei oleh Pew Research Center, 6 dari 10 orang dewasa mengatakan mereka percaya bahwa anak-anak lebih baik ketika orang tua tinggal di rumah.