BACA JUGA:Biaya Hidup Bekasi ke 3 Termahal di Tanah Air, Begini Taggapan Warganya
Bila mengacu ke laporan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi pada Maret 2022 tercatat sebesar 0,66 persen.
Artinya, inflasi tahun kalender Maret 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 1,2 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Maret 2022 terhadap Maret 2021 sebesar 2,64 persen.
Sedangkan inflasi inti pada Maret 2022 sebesar 0,30 persen, sehingga inflasi inti tahun kalender 2022 sebesar 1,03 persen dan secara tahun ke tahun 2,37 persen.
Sementara itu, Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang juga Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian global akibat pertikaian Rusia vs Ukraina.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada di kisaran 4,5 persen 5,2 persen dengan titik tengah 5 persen.
Demikian pula nilai tukar rupiah masih sebatas normal, depresiasinya tidak sedalam negara lainnya, seperti Malaysia, Thailand, dan India.
Meskipun kondisi perekonomian di tataran global lagi memanas, Sri Mulyani memastikan, kondisi stabilitas sistem keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun ini berada dalam kondisi normal di tengah tekanan eksternal yang meningkat akibat perang Rusia dan Ukraina.
Meski demikian, KSSK memastikan akan tetap mewaspadai potensi gejolak eksternal.
"Stabilitas sistem keuangan Indonesia dalam kondisi normal di tengah tekanan eksternal yang meningkat akibat perang di Ukraina," tutur Menteri Keuangan, sekaligus Ketua KSSK Sri Mulyani Indrawati.
Sri Mulyani menilai, pemulihan ekonomi yang terjaga ditopang kian membaiknya penanganan Covid-19 yang diikuti dengan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap kuat didukung oleh kegiatan konsumsi masyarakat, kegiatan investasi, serta dukungan belanja pemerintah.
Menurut Sri Mulyani, sejumlah indikator perekonomian hingga awal Maret terlihat membaik. Hal ini terlihat dari kinerja Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK), penjualan eceran, penjualan kendaraan bermotor, konsumsi semen, dan konsumsi listrik.
"Kinerja ekspor juga mengalami peningkatan signifikan, tetapi harus diwaspadai adanya perkembangan perdagangan ekonomi global dan pertumbuhan ekonomi global yang terancam oleh perang Rusia dan Ukraina," kata dia.
Respons kebijakan moneter negara maju terhadap inflasi yang dihadapkan pada potensi perlambatan ekonomi menimbulkan riak pada aliran modal asing di negara emerging market, termasuk Indonesia.
"Ini sejalan langkah investor melakukan realokasi aset untuk mencari tempat yang aman atau safe heaven assets," katanya.