Salat Tarawih Tapi 'Ngebut' Apakah Sah? Simak Penjelasannya

Sabtu 02-04-2022,16:56 WIB
Reporter : dimas
Editor : dimas

Shalat Tarawih Disunnahkan Berjama’ah

Syaikh ‘Abdurrahman bin Muhammad bin Qosim rahimahullah berkata,

“Hukum shalat tarawih adalah sunnah. Shalat tersebut dilakukan dengan berjama’ah lebih afdhol. Karena hal ini sudah ma’ruf di tengah-tengah sahabat dan para ulama sesudahnya telah menyepakatinya.” (Syarh Wazhoif Ramadhan, hal. 133).

Masalah Jumlah Raka’at

Kembali disebutkan oleh Syaikh ‘Abdurrahman bin Qosim,

“Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa sah-sah saja melaksanakan shalat tarawih 20 raka’at seperti yang masyhur dalam madzhab Ahmad dan Syafi’i. Boleh pula melaksanakan shalat tarawih sebanyak 36 raka’at sebagaimana pendapat Imam Malik. Boleh pula melaksanakan shalat tarawih dengan 11 raka’at atau 13 raka’at. Semua itu baik. Boleh saja mengerjakan shalat tarawih dengan banyak raka’at atau sedikit raka’at tergantung pada lama dan pendeknya berdiri.

BACA JUGA:Kemenag Buat Aturan Salat Tarawih Berjamaah untuk Ramadhan

‘Umar bin Khottob radhiyallahu ‘anhu ketika mengumpulkan jama’ah dengan imam Ubay bin Ka’ab, ia memerintahkan untuk mengerjakan 20 raka’at.

Para sahabat sendiri ketika mengerjakan shalat malam, ada di antara mereka yang mengerjakan dengan sedikit raka’at dan ada yang dengan banyak raka’at. Adapun membatasi dengan jumlah raka’at tertentu tidak ada dalam Islam sama sekali.” (Syarh Wazhoif Ramadhan, hal. 133-134).

Shalat Tarawih dengan Jumlah Raka’at yang Banyak Namun “Ngebut”

Lalu kembali Syaikh ‘Abdurrahman bin Qosim menyinggung orang-orang yang shalat tanpa thuma’ninah seperti yang kita perhatikan saat ini pada sebagian jama’ah yang melakukan tarawih dengan 23 raka’at (raka’at yang banyak). Beliau rahimahullah berkata,

BACA JUGA:Tarawih Berjamaah Diizinkan, MUI Kabupaten Bekasi: Yang Kurang Sehat Wajib Masker

“Banyak sekali imam yang ketika melaksanakan shalat tarawih tanpa memakai nalar. Mereka melakukannya tanpa ada thuma’ninah ketika ruku’ dan sujud. Padahal thuma’ninah termasuk rukun shalat. Dalam shalat kita pun dituntut untuk menghadirkan hati dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah yang dibaca. Tentu thuma’ninah dan khusyu’ tidak didapati ketika seseorang ngebut dalam shalatnya. Jika mau dinilai, sedikit raka’at namun disertai khusyu’ ketika ruku’ dan sujud itu lebih baik daripada banyak raka’at namun dilakukan dengan ngebut yang jelas dilarang dalam shalat.

Kalau mau dikata, mengerjakan shalat malam dengan 10 raka’at namun ada thuma’ninah lebih baik daripada 20 raka’at dengan tergesa-gesa. Karena ruh shalat adalah ketika hati itu benar-benar menghadap Allah.

Begitu pula membaca Al Qur’an dengan tartil lebih baik daripada dengan terburu-buru. Yang masih dibolehkan adalah dalam keadaan cepat namun tidak ada satu huruf pun yang luput dibaca. Yang tidak dibolehkan adalah jika sampai menghilangkan satu huruf bacaan karena terburu-buru dalam shalat. Namun jika dibaca dengan bacaan yang jelas dan para jama’ah pun dapat mengambil manfaat, maka itu lebih baik.

BACA JUGA:Rahasia Hape Imam Tarawih

Kategori :