KYIV, DISWAY.ID - Ukraina meyatakan puluhan ribu orang warganya tewas dalam serangan Rusia di bagian tenggara Kota Mariupol.
Sementara Ombudsman setempat menuding pasukan Rusia telah melakukan penyiksaan dan eksekusi penduduk Mariupol.
Ada juga laporan yang kebenarannya belum dikonfirmasi, bahwa Rusia telah menggunakan senjata kimia di Mariupol.
BACA JUGA: Shanghai Dibuka Kembali, Prof Liang: Adalah Penyesatan Omicron Dianggap Flu Biasa
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Rusia dapat menggunakan senjata kimia di negaranya dan meminta Barat untuk menjatuhkan sanksi keras terhadap Moskow.
”Kami memperhatikan ini dengan sangat serius," kata Zelensky pada Selasa 12 April 2022 dini hari WIB.
”Saya ingin mengingatkan para pemimpin dunia bahwa kemungkinan penggunaan senjata kimia oleh militer Rusia telah dibahas. Perlu agresi Rusia dengan lebih keras dan lebih cepat,” sebutnya.
BACA JUGA: Nicky Liow Buronan Malaysia Menyerahkan Diri
Dikutip Disway.id dari Reuters, kehancuran yang meluas di Mariupol dapat diverifikasi kerugiannya. Setelag kota itu ditinggal penguni setelag dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia.
Pemerintah Ukraina merasa yakin jumlah korban tewas lebih dari yang diperkirakan. Ini setelah kawasan kota dan desa dibombardir tanpa henti. Sementar mayat-mayat tergeletak di jalan-jalan.
Kepala Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan diri yang didukung Rusia, Denis Pushilin, mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA, lebih dari 5.000 orang mungkin telah tewas di Mariupol. Dia mengatakan pasukan Ukraina bertanggung jawab.
BACA JUGA: Boris Johnson Mampir ke Ukraina Janjikan Modal Perang
Jumlah orang yang meninggalkan kota telah turun karena pasukan Rusia telah pergi.
Mengutip angka dari Pemerintah Kota Mariupol, lembaga hak asasi manusia Ukraina Lyudmyla Denisova mengatakan 33.000 penduduk Mariupol telah dideportasi ke Rusia.
Sebaliknya Rusia menyebut mereka telah mengevakuasi 723.000 penduduk Ukraina sejak dimulainya operasi khusus.