JAKARTA, DISWAY.ID - Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), KH Siril Wafi ikut berikan tanggapan soal perbedaan Idul Adha 1443 H di Arab Saudi dan Indonesia.
Menyikapi hal ini, KH Siril Wafi berharap agar umat muslim dI indonesia semestinya tetap mengikuti keputusan yang ditetapkan pemerintah Indonesia
KH Siril Wafi menekankan jadi tidak akanmenjadi masalah apabika umat Islam Indonesia berpuasa sunnah Arafah, sedangkan di Arab Saudi sudah merayakan Idul Adha.
"Jadi, kalau di Indonesia tanggal 9 Dzulhijjah hari Sabtu, hari itu namanya hari Arafah yang disunnahkan puasa, meskipun pada saat yang sama di Saudi sudah beridul adha dan haram berpuasa karena di sana sudah tanggal 10 Dzulhijjah," kata KH Sirril Wafi, pada Kamis 30 Juni 2022.
Lanjut pengurus NU ini, menurutnya hari Arafah adalah hari/tanggal 9 Dzulhijjah. Jadi tidak mutlak sama dengan hari pelaksanaan wukuf di Arafah, kecuali kalau umar Islam sendiri tengah berada di Arab Saudi.
"Di sinilah perlunya pemahaman yang lurus agar masyarakat muslim tidak terombang-ambing dengan adanya beda penetapan idul adha antara Indonesia dan Arab," kata ahli ilmu falak asal Kudus, Jawa Tengah.
Meskipun demikian, Kiai Sirril tidak mempermasalahkan bagi mereka yang harus sama dengan Arab Saudi.
"Kalau ada yang mempunyai pemahaman bahwa hari Arafah harus sama dengan Saudi, yaitu pilihan mereka. Di lingkungan NU dan banyak ormas lain, tidak sependapat dengan pemahaman seperti itu," katanya.
Lebih jauh, Kiai Sirril menjelaskan bahwa hari Arafah adalah sekadar penamaan hari untuk tanggal 9 Dzulhijjah yang disunnahkan puasa menurut penanggalan masing-masing negara.
"Tidak mutlak bersamaan dengan pelaksanaan wukuf di Padang Arafah," tegasnya, dilansir dari NU Online, pada 3 Juli 2022.
Dalam sejarah, umat Islam tetap melaksanakan puasa Arafah meskipun di Saudi tidak menyelenggarakan ibadah haji tidak ada peristiwa wukuf, karena situasi perang.
"Perbedaan ini layaknya seperti beda waktu shalat antara dua lokasi," pungkas dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.