BACA JUGA:Korupsi Dana Koperasi Jabar Terbongkar, 9 Saksi Jalani Pemeriksaan
BACA JUGA:Pasangan Remaja Saling Mesum di Kamar Mandi TK Sambil Direkam, Endingnya...
“Sedangkan lubang ozon tropis pada dasarnya tidak berubah sepanjang musim dan oleh karena itu tidak terlihat dalam data pengamatan asli,” jelas Profesor Lu.
Seperti halnya lubang ozon Antartika, penipisan lubang ozon di wilayah tropis telah mencapai 80 persen pada bagian tengahnya.
Pada masa lalu, keberadaan chlorofluorocarbon (CFC) dianggap sebagai penyebab terbesar penipisan ozon.
Namun terlepas dari larangan tersebut, lubang ozon terbesar ditemukan melebihi dari lubang ozon di Antartika.
BACA JUGA:Izin ACT Dicabut Karena Gunakan Dana Sumbangan 13,7 Persen untuk Operasional
BACA JUGA:Rusia Hujani Donetsk dengan Tembakan Artileri, Ukraina: Tak Ada Tempat Aman Bagi Warga
“Penemuan ini sangat tidak terduga,” jelas Profesor Lu.
Sebuah teori penipisan ozon, yang dikenal sebagai reaksi electron.
Dalam teori ini mengataka bahwa penipisan terjadi akibat sinar kosmik (cosmic-ray-driven electron reaction (CRE), di mana sinar kosmik dari luar angkasa mengurangi ozon di atmosfer.
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Profesor Lu dan rekan-rekannya dua dekade lalu.
BACA JUGA:Jangan Keliru! Umat Muslim Diharamkan Berpuasa di Hari Tasyrik, Kapan Tanggalnya?
BACA JUGA:Jelang Idul Adha Minneapolis Izinkan Kumandangkan Azan, Pendeta: Terdengar Seperti Musik Surgawi
Masih dengan Profesor Lu, dari hasil yang diamati menunjukkan bahwa lubang ozon Antartika dan tropis harus muncul dari mekanisme fisik yang identic.
"CFC sudah pasti gas yang dapat perusak ozon, tetapi sinar kosmik juga memainkan peran sebagai pemicu utama yang menyebabkan lubang ozon kutub dan tropis,” tutup Profesor Lu.