BACA JUGA:Pria Mesum di Bus Transjakarta Ditahan Polres Jaksel, Sempat Viral di Media Sosial
Dalam aksi ini setidaknya 21 orang, termasuk dua Polisi terluka dan dirawat di rumah sakit.
Pulau berpenduduk 22 juta orang tersebut saat ini tengah berjuang dalam krisi ekonomi yang parah dan keterbatasan untuk import bahan bakar, makanan serta obat-obatan dimana krisis kali ini merupakan yang terburuk sejak kemerdekaannya pada tahun 1948.
Krisis terjadi setelah pandemic Covid-19 menghantam ekonomi yang bergantung pada pariwisata.
BACA JUGA:6 Seri MiniGP Tetap di Sentul, Jadwal Terbaru FIM MiniGP Indonesia Dirilis STI
BACA JUGA:Dianggap Berkhianat 8 Pelaku Habisi Nyawa Teman Sendiri, Dikeroyok hingga Ditikam
Selain itu juga pengiriman uang dari pekerja yang berada dari luar negeri juga ikut andil dalam krisis kali ini.
Sri Lanka saat ini mempunyai hutang luar negeri yang sangat banyak yang di perparah oleh kenaika harga muinyak dunia bahkan adanya lalangan impor pupuk langsung melumpuhkan sektor pertaniannya.
Berbagai sektor terdampak akibat krisis ini, sebagaian besar penduduk Sri Lanka telah berpindah menggunakan sepeda karena tidak adanya pasokan minyak untuk kendaraan mereka.
BACA JUGA:Mantan Presiden ACT Ahyudi Dicecar 22 Pertanyaan Selama 12 Jam Pemeriksaan di Bareskrim Polri
BACA JUGA:Ingat, Mobil Kelas LCGC Wajib Pakai Pertamax, Nih Penjelasannya
Menurut Sampath Perera, seorang nelayan berusia 37 tahun yang ambil bagian dalam protes ini mengungkapkan bahwa Presiden Gotabaya Rajapaksa seharusnya menyerahkan tampuk pimpinannya sesegera mungkin.
"Kami tidak akan berhenti sampai Gota mendengarkan kami dan menyerahkan tampuk kekuasaan sehingga persoaalan ini segera diatasi," kata Perera.
Krisis Sri Lanka juga tak lepas dari ketidakstabilan politik negara tetangga dari India ini.
Bahkan akan mengancam pencairan dana bailout 3 miliar dolar Amerika dari Dana Moneter Internasional serta melakukan restrukturisasi beberapa utang luar negeri dan penggalangan dana dari sumber multilateral dan bilateral.