Sementara itu, Kecamatan Pulomerak tercatat sebagai penyumbang tertinggi kasus HIV Cilegon.
Kepala Puskesmas Pulomerak Isnayati menjelaskan, tingginya kasus HIV/AIDS di wilayahnya kebanyakan disebabkan akibat perilaku hubungan seksual bebas.
Dan, penggunaan narkoba dengan jarum suntik serta kurangnya informasi terkait HIV/AIDS.
“Data itu kan dari tahun 2005 ya, kalau sekarang kita hanya menemukan 9 kasus baru yang dilaporkan ke Dinkes Kota Cilegon,” katanya, Rabu 28 September 2022.
Kendati demikian, pihaknya terus berupaya untuk melakukan pencegahan terkait penyakit HIV/AIDS di wilayahnya dengan melakukan penyuluhan bahayanya secara aktif turun langsung ke sekolah-sekolah maupun ke masyarakat umum baik di kelurahan ataupun kecamatan.
“Kami juga sudah melakukan mobile VCT (voluntary counseling and testing) atau melakukan kegiatan pencarian yang menyasar ke sasaran kelompok beresiko. Jika kita menemukan yang positif HIV tentunya dilakukan pengobatan langsung, sehingga bisa memutus mata rantai penularan HIV,” paparnya.
Selain itu, kata Dia, mobile VCT juga dilakukan petugas dengan menginisiasi pemeriksaan HIV pada ibu hamil, pasien TBC dan pasien diabetes mellitus.
“Karena jika mereka ditemukan positif HIV kita langsung melakukan pengobatan dan tentunya kami memberikan penyuluhan agar dapat mencegah penularan lebih lanjut atau memutus mata rantai penularan HIV,” ujarnya.
Ia juga menuturkan, saat ini di Puskesmas Pulomerak sudah ada layanan untuk pengobatan pasien HIV dengan memberikan antiretrovirus pada pasien pengidap HIV.
“Jadi kalau misalkan ada ibu hamil yang positif HIV kita obati, dari pengalaman kami, Alhamdulillah walaupun anak yang dikandung oleh ibu pengidap HIV namun anak tersebut tidak tertular HIV,” pungkasnya.