JAKARTA, DISWAY.ID - Bahan bakar CNG (Compressed Natural Gas) merupakan bahan bakar alternatif yang banyak digunakan untuk kendaraan bermotor.
CNG dianggap lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya, seperti bensin dan solar, karena emisi gas buangnya yang lebih rendah.
Namun, seperti halnya bahan bakar lainnya, penggunaan CNG juga memiliki beberapa risiko yang perlu diperhatikan.
Salah satu risiko utama dari penggunaan CNG adalah kemungkinan terjadinya kebocoran.
BACA JUGA:Mengenal CNG, Bahan Bakar 'Pembunuh' Pertalite yang Disebut Lebih Moncer untuk Mesin Kendaraan
CNG adalah gas yang dikompresi dalam tekanan tinggi, sehingga bila terjadi kebocoran, gas tersebut dapat menyebabkan kebakaran atau kecelakaan lainnya.
Untuk mengurangi risiko kebocoran, kendaraan yang menggunakan CNG harus terus-menerus diperiksa dan diperbaiki apabila diperlukan.
Selain itu, penggunaan CNG juga memiliki risiko keselamatan yang perlu diperhatikan.
Gas CNG dapat terbakar dengan mudah apabila terkena api atau panas yang tinggi, sehingga perlu diperhatikan keamanan saat menggunakan CNG, terutama saat mengisi bahan bakar atau mengubah sistem bahan bakar kendaraan.
BACA JUGA:CNG Terbukti Lebih Irit dari Pertalite, Oktan Tinggi Harga Murah, Solusi BBM di Tahun 2023
Di samping itu, penggunaan CNG juga memiliki beberapa risiko ekonomi.
Meskipun harga CNG biasanya lebih rendah daripada bahan bakar fosil lainnya, biaya instalasi sistem CNG untuk kendaraan bisa cukup mahal.
Selain itu, jaringan pengisian CNG masih terbatas di beberapa wilayah, sehingga tidak selalu mudah untuk mengisi bahan bakar tersebut.
Namun demikian, dengan memperhatikan risiko-risiko tersebut dan mengikuti petunjuk pemeliharaan yang sesuai, penggunaan CNG sebagai bahan bakar kendaraan dapat menjadi pilihan yang lebih ramah lingkungan dan hemat biaya.
Oleh karena itu, pemerintah tampaknya mulai serius mempertimbangkan untuk menjadikan CNG sebagai pengganti pertalite.