JAKARTA, DISWAY.ID-- Seorang pendeta dari Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) bernama Daendels Kaluas diduga dianiaya oleh sesama pendeta dan juga sekelompok orang tak kenal di salah satu hotel bilangan Jakarta Pusat.
Pemicu awal keributan karena korban sebelumnya menggelar aksi unjuk rasa yang berujung penganiayaan yang terjadi pada 10 April 2023 lalu.
BACA JUGA:Siapa Gindha Ansori ? Netizen Bongkar Sosok Pengacara yang Laporkan Bima Yudho ke Polisi
Akibat penganiayaan itu korban mengalami luka lebam pada bagian mata kirinya.
Kepada awak media yang menemuinya, Kaluas mengatakan saat kejadian tepatnya pukul 23.30 WIB, dimana saat kejadian dirinya bersama seorang temannya datang ke hotel tersebut dengan maksud ingin bertemu dengan petinggi gereja, tempat dirinya ibadah.
BACA JUGA:Tamil Selvan: Lima Program Wali Kota menuju Tangsel Lebih Baik Lagi
Sebelumnya pada 28 Maret 2023, Kaluas bersama beberapa orang sempat menggelar aspirasi damai di depan kantor Majelis Pusat GPD yang ada di kawasan Sunter Podomoro, Jakarta Utara.
Aksi unjuk rasa yang dilakukan yakni terkait penolakan kebijakan yang diambil oleh Majelis Pusat GPDL, Sebab menurutnya kebijakan tersebut tidak sesuai seperti adanya pemalsuan AD/ART.
BACA JUGA:Catat Tata Cara Salat Idul Fitri dan Bacaannya, Ketahui Kapan Rasulullah SAW Salat Id Pertama Kali
"Jadi disembari itu kami ingin tau menanyakan apa keputusan berkaitan dengan adanya aksi unjuk rasa kami, tuntuan yang sudah kami sampaikan. Tetapi waktu kami berjalan tiba-tiba mobil kami dihalangi oleh sekelompok orang yang menamakan relawan ketum," ujar Kaluas kepada wartawan dikawasan Jakarta Pusat, Sabtu 15 April 2023.
Seorang pendeta dari Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) bernama Daendels Kaluas diduga dianiaya oleh sesama pendeta -Istimewa-
Kaluas juga mengatakan belasan orang yang menghadang mobilnya yang tengah melintas, korban saat itu berada di dalam mobil bersama seorang rekannya awalnya tak menggubris orang-orang yang menghadang itu.
"Tiba-tiba datang lagi satu orang langsung kerah baju saya sampe putus kancingnya. Saya ditarik setelah itu terlepas, dan setelah itu ada pukulan dari belakang saya gak tau siapa yang pukul, akhirnya saya putar liat gak tau siapa lagi," terangnya.
"Tiba-tiba ada lagi yang menark tangan saya 'ayo ikut saya masuk ke dalam ketemu ketum suruh dia minta maaf' saya bilang jangan saya tidak mau, kalian tidak bisa memaksakan kehendak saya, saya bilang gitu. Itu demo itu dilindungi UU, itu amanat UU untuk menyampaikan aspirasi," lanjutnya.