Selain itu, tingkat sakit yang dialami ketika terjangkit lebih berat dibanding yang telah mendapatkan imunisasi.
BACA JUGA:#BeaCukaiTerbaik Jadi Trending Topik di X, Drone Emprit: Netizen Sebut Pekerjaan Buzzer
"Kalau terjangkit atau tertular, dia akan menderita sakit yang berat, bisa jadi menimbulkan kecacatan bahkan meninggal dunia," tandasnya.
Di sisi lain, anak yang imunisasinya tidak lengkap akan menjadi sumber penularan penyakit bagi anak-anak lain atau orang di sekitarnya.
Hal ini berbuntut pada salah satu tujuan imunisasi tidak tercapai, yakni kekebalan kelompok atau herd immunity, di mana hal ini turut berisiko terjadinya kejadian luar biasa (KLB) akibat penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi.
Di Bulan Imunisasi Anak Sekolah ini, pemerintah berharap kesadaran dan cakupan imunisasi di kalangan anak sekolah semakin meningkat.
BACA JUGA:Hyundai Ioniq 5 N Sabet Penghargaan World Performance Car 2024, Curi Hati 100 Juri dari 29 Negara
BACA JUGA:BMKG Berikan Peringatan Dini Soal Prakiraan Cuaca Hari Ini di DKI Jakarta, Jumat 29 Maret 2024
Pasalnya, capaian imunisasi lengkap usia sekolah tahun 2024 di 19 provinsi belum mencapai 80 persen.
Imunisasi lengkap usia sekolah sendiri adalah persentase anak usia kelas 6 SD yang sudah mendapatkan imunisasi lanjutan lengkap, meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak rubela, dan 2 dosis TD di satu wilayah dalam kurun waktu satu tahun.
Dalam hal ini, sekolah dan komunitas bekerja sama untuk menyediakan vaksinasi kepada anak-anak, sesuai dengan jadwal imunisasi yang direkomendasikan.
BIAS seringkali melibatkan berbagai kegiatan pendidikan dan kampanye, seperti penyuluhan di sekolah, penyediaan materi informasi, kampanye media sosial, dan pelayanan imunisasi di tempat-tempat umum.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran dan partisipasi, BIAS dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan aman bagi siswa serta masyarakat secara keseluruhan.