BACA JUGA:Klaim Kode Redeem Mobile Legends ML Hari Ini 20 Juni 2024, Ada Diamond hingga Skin Gratis
Namun, bakteri ini bisa menginfeksi apabila terdapat luka pada permukaan tubuh.
Kondisi ini, lanjut dr. Erlina, terjadi ketika bakteri menimbulkan racun atau toksin ke dalam peredaran darah.
"Bakteri jenis ini dapat menimbulkan infeksi yang ringan hingga berat, tergantung imunitas seseorang, lokasi infeksi, dan apakah ada komorbid," paparnya.
Pada pasien dengan imunitas rendah, diabetes, usia lebih dari 65 tahun, atau pasien pasceoperasi, memiliki risiko yang akan menjadikan infeksi Streptococcus group A ini lebih buruk.
BACA JUGA:Kusnadi Staf Hasto PDIP Ngaku Pernah Bertemu Harun Masiku
BACA JUGA:Harga BBM Bulan Juli Bakal Naik? Begini Kata Pertamina
"Bakteri ini sering menyebabkan pneumonia, di mana pada awal pasien akan merasakan demam."
Pada tahap yang lebih parah, bakteri ini bisa menimbulkan kerusakan pada jaringan (necrotizing fasciitis) di mana pasien merasakan nyeri hebat dan bengkak pada lokasi luka.
Kondisi yang semakin memburuk menjadi Streptococcus Toxic Shock Syndrome (STSS) jika tidak dilakukan penanganan segera.
Salah satu gejala yang dirasakan adalah kemerahan pada luka lebih luas, pusing, hingga delirium.
STSS inilah yang menjadi penyebab tertinggi kematian akibat bakteri pemakan daging di Jepang.
Dengan adanya risiko terkena gangguan serupa, perlu dilakukan pencegahan agar tidak mudah terinfeksi bakteri pemakan daging tersebut.
BACA JUGA:Ribut dengan Istri Ketiga, Driver Ojol Coba Bunuh Diri Lompat dari Menara Sutet Cilincing
BACA JUGA:Alasan Sindikat Uang Palsu Jakbar Sewa Rumah di Sukabumi