Ngeri! Bakteri Pemakan Daging Streptococcus Grup A Mewabah di Jepang, Bagaimana di Indonesia?

Ngeri! Bakteri Pemakan Daging Streptococcus Grup A Mewabah di Jepang, Bagaimana di Indonesia?

Dokter spesialis penyakit TROPIK DAN infeksi Prof. Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, PhD, Sp.PD-KPTI -Istimewa-

JAKARTA, DISWAY.ID -- Laporan mengenai penyakit infeksi akibat bakteri pemakan daging di Jepang mengalami peningkatan.

Seseorang yang terjangkit bakteri ini akan mengalami gejala infeksi dengan risiko kematian sebesar 30 persen.

Sepanjang 2024, terjadi peningkatan kasus Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS), yakni sebanyak 977 kasus yang diikuti dengan 77 kematian.

BACA JUGA:Praktisi Kesehatan: 1 Isapan Vape Setara 6 Isapan Rokok Konvensional, Picu Kelainan Jantung dan Paru

BACA JUGA:Bahaya! Ternyata 1 Isapan Vape Setara 6 Isapan Rokok Konvensional

Angka ini melampaui tahun 2023 yang tercatat sebanyak 941 kasus sepanjang tahun.

Penyakit ini diakibatkan oleh infeksi bakteri Streptococcus grup A (GAS) yang kerap ditemukan sebagai kolonisasi di tenggorok manusia.

Dokter spesialis penyakit TROPIK DAN infeksi Prof. Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, PhD, Sp.PD-KPTI menjelaskan, bakteri Streptococcus ada di tenggorok hampir setiap orang, baik dewasa dan anak di seluruh dunia.

"Pada saat bakteri ini menyebabkan sakit, perlu dilakukan pemeriksaan swab tenggorok, namun sering kali sulit untuk menemukan kuman ini. Secara teknik pemeriksaan di laboratorium memerlukan beberapa tahapan," ujarnya ketika dihubungi, Jumat, 21 Juni 2024.

Selain itu, hingga saat ini masih belum ada data yang melaporkan adanya Streptococcus grup A di Indonesia.

BACA JUGA:Daftar Fasilitas dan Biaya Rawat Inap di Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Paling Murah Rp400 Ribu!

BACA JUGA:KSP: Hasil Penelitian BRIN Ungkap Tanaman Kratom Mengandung Zat Penenang

"Tahun 2021, peneliti BRIN, Dodi Safari melaporkan grup B Streptococcus, bukan grup A Streptococcus (GAS). Jadi belum ada data untuk GAS di Indonesia," paparnya.

Meski begitu, kedua strain tersebut tetap sama agresif dan bisa menyebabkan kematian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: