JAKARTA, DISWAY.ID - Setelah saham dari emiten PT Intra Golflink Resorts Tbk (GOLF) milik Tommy Soeharto resmi Auto Reject Atas (ARA), dua saham perusahaan lainnya telah tercatat melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Yang pertama adalah saham milik PT Superior Prima Sukses Tbk (BLES), yang naik 63 poin atau 34,43 persen ke level 246.
BACA JUGA:Resmi Masuk BEI, Saham Emiten Cucu Soeharto Langsung Sentuh ARA
BACA JUGA:IHSG Menguat Hingga Dekati 6.900, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini Menurut Analis
Kemudian disusul dengan saham milik PT Indo American Seafoods Tbk (ISEA) yang naik naik 40 poin atau 16 persen ke level 290 per lembar.
Dari ketiga perusahaan ini, GOLF memimpin dengan dana penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) saham terbesar, yaitu sekitar Rp 390 Miliar.
GOLF sendiri, sebagai perusahaan yang mengelola lapangan golf, telah mematok harga Rp200 per saham. Adapun jumlah saham yang dilepas oleh GOLF, yaitu sekitar 1.950.000.000 unit atau setara dengan 10,01% dari total modal yang ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO di harga Rp 200 per saham.
Sementara itu, diketahui BLES juga menawarkan 1.318.979.000 saham atau sebanyak-banyaknya 15,05 persen dari total modal ditempatkan dan disetor setelah Penawaran Umum Perdana Saham yang merupakan saham baru.
BACA JUGA:Resmi Jadi Pemegang Saham Mayoritas PT Vale Indonesia, Ini Dia Keuntungannya Buat MIN ID
Menyusul GOLF dan BLES, ISEA juga akan melangsungkan IPO di BEI, dengan menawarkan sebanyak 290 juta saham biasa atau sebesar 20,86 persen dari jumlah seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga penawaran saham Rp 250 per lembar.
Sekitar 90 persen dari dana IPO ISEA akan digunakan untuk pembelian bahan baku baik bahan baku langsung maupun bahan baku pembantu. Lalu, 5 persen akan digunakan untuk biaya penjualan dan pemasaran.
Setelah dikurangi oleh biaya-biaya emisi, dana tersebut akan digunakan seluruhnya untuk modal kerja Perseroan, antara lain 90 persen untuk pembelian bahan baku langsung maupun bahan baku pembantu, 5 persen untuk biaya penjualan dan pemasaran, 4,85 persen akan digunakan sebagai biaya perawatan dan utilitas, serta sisanya akan digunakan untuk biaya keperluan kantor.