JAKARTA, DISWAY.ID -- Indonesia sedang menghadapi tantangan serius dalam kesehatan ibu, ditandai dengan tingginya angka kematian ibu pasca persalinan, yaitu 189 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini menempatkan Indonesia pada peringkat kedua tertinggi di ASEAN, kematian ibu pasca pengiriman.
Perdarahan setelah ibu pasca pengiriman salah satu penyebab utama kematian di Indonesia.
BACA JUGA: Peran Penting PAFI dalam Meningkatkan Kualitas SDM dan Pelayanan Farmasi di Indonesia
BACA JUGA: Ini Manfaat Air Kelapa Hijau yang Perlu Diketahui, Bantu Kembalikan Cairan Tubuh yang Hilang
Kondisi ini seringkali dipicu oleh anemia atau kekurangan darah.
Menurut dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan, dr. R. Detty Siti Nurdiati Z, MPH., Ph.D., Sp.OG (K), pendarahan obsetrik pasca persalinan menjadi penyebab kematian terbesar pada ibu pascapersalinan.
“Setiap pengiriman dapat menyebabkan pendarahan. Oleh karena itu, setiap bidan yang siap menangani pengiriman, harus siap juga menangani pendarahan pascapersalinan,” ujarnya pada Selasa, 13 Agustus 2024 di Jakarta.
Dalam hal ini, dr. Detty menekankan pentingnya melakukan tindakan preventif seperti skrining faktor risiko, tindakan pencegahan dan penegakan diagnosis sebagai langkah pertama yang krusial dalam mencegah PPH.
Menurutnya dengan tindakan preventif yang tepat, risiko kematian ibu dapat dikurangi secara signifikan.
BACA JUGA: Kemenkes Serahkan Penghargaan ke ratusan Nakes, Named, dan Kader Berprestasi
Tak lupa, ia juga mengajak seluruh pihak untuk berkolaborasi dalam menurunkan angka PPH di Indonesia.
Lebih lanjut, Bidan sekaligus influencer, Jamilatus Sa'Diyah, tekanan pentingnya dukungan yang mampu bagi para bidan di seluruh Indonesia dalam upaya menurunkan angka kematian, khususnya kematian yang menyebabkan pendarahan pascapersalinan pada ibu.
“Untuk mencapai tujuan ini, kita perlu memastikan bahwa setiap ibu memiliki akses yang mudah terhadap pelayanan kesehatan berkualitas,” ujarnya.