Di Debat Dimyati Sebut Tugas Gubernur Terlalu Berat untuk Wanita, Pengamat: Diskriminasi Perempuan

Jumat 18-10-2024,16:53 WIB
Reporter : Annisa Amalia Zahro
Editor : Dimas Chandra Permana

JAKARTA, DISWAY.ID -- Calon Wakil Gubernur Banten Dimyati Natakusumah menyebut bahwa tugas seorang gubernur terlalu berat untuk wanita.

Hal ini disampaikannya di hadapan Calon Gubernur Banten Airin Rachmi Diany pada debat pertama Cagub-Cawagub Pilkada 2024 yang berlangsung Rabu, 16 Oktober 2024 kemarin.

"Wanita itu jangan terlalu dikasih beban berat, apalagi jadi gubernur. Itu berat lho, luar biasa, maka oleh sebab itu laki-laki lah harus membantu memaksimalkan bagaimana Banten ini maju," kata Dimyati.

BACA JUGA:Rekomendasi Event Jakarta di Lapangan Banteng Oktober 2024, Ada Konser Gratis D'Masiv

Padahal, pernyataan tersebut dilontarkannya ketika menjawab pertanyaan lawan mengenai upaya penanganan kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak di Banten.

Dimyanti menilai bahwa orang yang meminta wanita menjadi pemimpin dan bekerja keras justru sama dengan tidak memuliakan wanita.

"Kalau yang tidak memuliakan wanita, wanita disuruh untuk bekerja terlalu berat, keras, jadi pemimpin. Maka kasihan wanita tersebut. Muliakan wanita itu dengan yang enak-enak, muliakan wanita itu dengan kemudahan, maka wanita harus diberikan pendidikan yang tinggi, bagus," paparnya.

BACA JUGA:HUT Ke-24 Banten, Pemprov Gelar Pemutihan Denda Pajak dan BBNKB hingga Akhir Tahun 2024

Pandangan Pengamat

Namun demikian, Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini menilai bahwa masih adanya permasalahan dalam perspektif kesetaraan gender.

"Pernyataan memuliakan perempuan dengan tidak perlu menjadi gubernur karena pekerjaan menjadi gubernur itu pekerjaan yang berat, ini pekerjaan besar bagi partai politik. Artinya, paradigma dan perspektif adil dan setara gendernya masih bermasalah," ungkap Titi ketika ditemui di Kantor KemenPPPA, Jakarta, 17 Oktober 2024.

Menurutnya, hal ini menjadi tanggung jawab bagi partai politik dari setiap kandidat yang mengusung agar permasalahan mengenai isu kepemimpinan dan keterwakilan perempuan ini dapat dituntaskan.

Bahkan, peristiwa ini menjadi contoh nyata bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan upaya menjauhkan mereka dari ruang publik.

BACA JUGA:Di Rakercabsus PDIP Kota Tangerang, Cagub Banten Airin Beber Rencana Pembangunan Hingga Stunting

"Jadi pendekatan memuliakan perempuan dengan menjauhkannya dari ruang atau ranak politik dan publik itu adalah tindakan nyata mendiskriminasi dan memarginalisasi perempuan," tegasnya.

Hal ini justru menjadi wujud nyata tindakan mendomestifikasi perempuan dengan kemasan dan narasi-narasi eumfimisme seolah-olah memuliakan, padahal sebenarnya meminggirkan, memarginalkan, dan mengeksklusi perempuan dari kehidupan politik dan publik.

Kategori :