JAKARTA, DISWAY.ID – Indonesia memiliki Desa Bijak Antibiotika (Sajaka) pertama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait penggunaan obat antibiotik.
Koordinator Udayana OHCC Prof. Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp.MK(K). mengungkapkan bagaimana program ini dapat menjangkau ratusan masyarakat dari berbagai lapisan.
Di mana, program ini bukan hanya mempromosikan pengetahuan, melainkan turut membangun pondasi kuat bagi kesadaran kolektif tentang pentingnya penggunaan antibiotik yang bijak.
BACA JUGA:25 Kata-Kata Hari Guru 2024 yang Penuh Makna dan Berkesan, Bisa Jadi Caption Medsos!
"Kami berhasil mengedukasi sebanyak 399 ibu rumah tangga di 4 desa dan memperkuat peran mereka sebagai pengambil keputusan dalam kesehatan keluarga," ungkap Sri pada diseminasi laporan Sajaka secara daring, 20 November 2024.
SAJAKA sendiri juga telah menjangkau 419 siswa melalui edukasi interaktif tentang antibiotik dan antimicrobial resistance (AMR) untuk membangun kesadaran sejak dini.
BACA JUGA:Resistensi Antibiotik Jadi Ancaman Global Tak hanya Salah Cara Minumnya, Bisa Lewat Makanan
Program ini menggunakan metode yang menjangkau ratusan warga dan tenaga kesehatan melalui pendekatan lintas sektoral, peningkatan kesadaran keluarga, dan keterlibatan sekolah.
Ketiga faktor krusial tersebut bertujuan mengatasi pandemi senyap atau silent pandemic resistensi antimikroba (antimicrobial resistance) yang sebenarnya terjadi di masyarakat.
BACA JUGA:Ikatan Apoteker Indonesia Buka Suara soal Marak Penggunaan Antibiotik Sembarangan
Sebanyak 15 edukator bersama tenaga kesehatan lainnya mengikuti pelatihan dan diskusi kolaboratif yang memperkuat pemahaman dan praktik pemberian antibiotik yang bertanggung jawab.
Pentinya program ini mengingat resistansi antimikroba merupakan salah satu isu kesehatan global yang mendesak.
BACA JUGA:Bakteri atau Virus: Kapan Perlu Antibiotik?
Untuk diketahui, diperkirakan sebanyak 1,27 juta kematian global pada 2019 akibat AMR bakteri.
Bahkan, diproyeksikan 10 juta krmatian per tahun terjadi pada 2050 apabila penggunaan antibiotik yang tidak rasional terus dilakukan.