Poin kedua yang disampaikan adalah pentingnya memiliki sikap hospitality, yakni rasa keramahtamahan dalam melayani mustahik (penerima zakat).
BACA JUGA:Songsong Visi Indonesia Emas 2045, Forum Merajut Masa Depan Indonesia Rajut Keberagaman
Poin ketiga yang tidak kalah penting adalah kesiapsiagaan.
Bobby menyoroti bahwa kesiapan menghadapi bencana alam harus terus dipupuk.
"Kita sebagai pelayan masyarakat harus memuliakan mustahik yang kita layani, jangan sampai kita bermuka masam kepada mereka, karena itu justru akan membuat mereka merasa lebih rendah diri," tegasnya.
"Kemampuan kita untuk selalu memupuk kesiapsiagaan juga tak kalah penting. Kita harus siap menghadapi segala kemungkinan, terutama dalam situasi bencana," tambahnya menjelaskan poin ketiga.
Ia juga mengingatkan para peserta untuk memanfaatkan kesempatan pelatihan ini dengan maksimal, karena situasi alam di akhir tahun ini menunjukkan tanda-tanda potensi bencana.
BACA JUGA:Siap-Siap! Harga Rokok Naik Mulai Januari 2025, Ini Daftarnya
BACA JUGA:Dugaan Intervensi Proses Rekapitulasi Pilkada, PDIP Minta Kapolda Papua Tengah Dicopot
Poin keempat yang juga disampaikan adalah pentingnya tata kelola lembaga yang baik. Bobby menegaskan bahwa keberhasilan dalam menjalankan program-program kemanusiaan sangat bergantung pada bagaimana lembaga tersebut dikelola.
Tata kelola lembaga yang baik akan memastikan bahwa segala program yang dijalankan tepat sasaran, transparan, dan akuntabel. Hal ini akan membangun kepercayaan masyarakat dan meningkatkan efektivitas dalam membantu mereka yang membutuhkan.
Salah satu peserta, Irman Budi Prasetyo, General Manager LAZ Energi Kebaikan, mengungkapkan rasa senangnya bisa mengikuti pelatihan ini.
Baginya, pelatihan ini sangat penting untuk meningkatkan kapasitas timnya dalam mengelola lembaga zakat serta menambah kecakapan dalam menangani bencana.
BACA JUGA:Menaker Wajibkan Perusahaan Bayar Uang Lembur Karyawan Jika Masuk di Hari Libur Nasional