JAKARTA, DISWAY.ID-- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeklaim, Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) pada periode 14-21 Februari 2025, dinilai sukses mengurangi curah hujan di Jakarta hingga 60 persen.
Alhasil, pada periode tersebut tidak ada banjir di Jakarta karena curah hujan berkurang sangat drastis.
BACA JUGA:Pemprov DKI kembali Lakukan Modifikasi Cuaca Selama 8 Hari Antisipasi Hujan Ekstrem
BACA JUGA:Teguh Setyabudi Klaim Modifikasi Cuaca Mampu Kurangi Curah Hujan 64 Persen
“Dampak positif dari upaya ini terlihat dari kondisi cuaca di DKI Jakarta yang hanya mengalami hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Sepanjang periode pelaksanaan OMC, tidak terpantau adanya kejadian banjir di wilayah DKI Jakarta,” terang Plt. Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca BMKG Budi Harsoyo, di Jakarta, pada Senin, 24 Februari 2025.
Ketua Sub Kelompok Logistik dan Peralatan BPBD Provinsi DKI Jakarta sekaligus Juru Bicara Pelaksanaan Kegiatan OMC Tahun 2025, Michael Sitanggang menjelaskan, pelaksanaan OMC di Jakarta bertujuan memitigasi bencana hidrometeorologi, khususnya dalam mengurangi risiko banjir akibat curah hujan ekstrem.
BACA JUGA:Operasi Modifikasi Cuaca Jakarta, TNI AU Kerahkan Pesawat Cassa 212-200
BACA JUGA:Antisipasi Banjir Besar, Modifikasi Cuaca di Jakarta Sampai Pekan Depan
“Dengan hasil yang telah dicapai, program OMC ini dapat dikatakan berhasil dalam menekan potensi bencana. Selain itu, dapat menjaga stabilitas lingkungan perkotaan dari dampak cuaca ekstrem,” jelas Michael.
Keberhasilan OMC pada Februari 2025 ini merupakan hasil kolaborasi antara BPBD Provinsi DKI Jakarta, BMKG, TNI AU, dan PT Rekayasa Atmosphere Indonesia.
BACA JUGA:Antisipasi Hujan Ekstrem, Pemprov DKI Bakal Gelar Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
BACA JUGA:Teguh Setyabudi Bakal Modifikasi Cuaca untuk Tangani Banjir di Jakarta
Michael juga menambahkan, pelaksanaan OMC akan terus dilakukan sebagai upaya mencegah risiko bencana hidrometeorologi.
“Ke depan, upaya serupa akan terus dilakukan sebagai langkah strategis dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan peningkatan risiko bencana hidrometeorologi,” tutup Michael.