JAKARTA, DISWAY.ID-- Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana buka suara terkait kejadian dugaan keracunan makanan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terjadi di sejumlah wilayah, mulai dari Bandung hingga Tasikmalaya.
Sebagaimana baru saja dilaporkan peristiwa terjadi di lingkungan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Tasikmalaya, pada Kamis, Mei 2025.
BACA JUGA:Keracunan Massal di Cianjur usai Santap MBG Diselidiki BGN
BACA JUGA:Anak-anak RI di Bawah 12 Tahun Makin Ngeri Keracunan Medsos, Menkomdigi: Harus Lebih Banyak Upaya
Dadan memastikan telah bertindak cepat dan menyeluruh dalam menyelidiki penyebab insiden ini.
“Menyikapi munculnya kasus serupa di beberapa wilayah, kami menegaskan komitmen BGN untuk mengusut secara tuntas penyebabnya dan melakukan evaluasi menyeluruh guna mencegah terulangnya kejadian serupa,” ujar Dadan di Jakarta, 2 Mei 2025.
Menurut penjelasan dari Kepala SPPG Yayasan Abu Bakar Ash-Shiddiq Tasikmalaya Michael Julius Tobing bahwa semua prosedur penanganan bahan pangan telah dilakukan secara teliti sebelum pengolahan.
“Setiap komponen menu seperti tahu, ayam, beras, sayur, dan kentang diperiksa kualitasnya secara menyeluruh sebelum diolah,” ujarnya.
BACA JUGA:Ngeri, Lima Warga Duren Jaya Bekasi Keracunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun!
BACA JUGA:BPOM Beberkan Risiko Keracunan pada Program Makan Bergizi Gratis Sebesar 76 Persen
Selain itu, hasil uji awal dari tim ahli gizi SPPG menunjukkan bahwa makanan dalam kondisi baik sebelum dikirim ke penerima manfaat.
“Kami memastikan seluruh proses, baik pengolahan maupun distribusi, sesuai dengan standar operasional. Namun investigasi mendalam tetap diperlukan untuk memastikan titik kritis masalah,” tambah Dadan.
Begitu pula dengan laporan insiden di wilayah SPPG Bandung, tepatnya di Kecamatan Coblong.
Adapun hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan dan bahan mentah yang digunakan diperkirakan akan tersedia dalam 10 hari ke depan.
BACA JUGA:Insiden Keracunan Nodai Makan Bergizi Gratis di Sukoharjo, Adakah Risiko KLB?