Perbedaan Pengalaman Pasien
Salah satu perbedaan paling mencolok antara CAPD dan hemodialisis adalah lokasi dan kendali atas jadwal perawatan.
Pasien CAPD memiliki kebebasan lebih besar karena mereka bisa melakukan prosedur di rumah, kapan saja sesuai kebutuhan.
Sebaliknya, pasien hemodialisis harus datang ke pusat layanan secara rutin, dengan jadwal yang relatif ketat.
Dalam hal efek samping, hemodialisis kerap menimbulkan keluhan seperti tekanan darah rendah, kram otot, dan rasa gatal.
Sementara itu, CAPD lebih berisiko menyebabkan kenaikan berat badan dan peningkatan gula darah akibat cairan dialisis yang mengandung glukosa.
Namun, efek ini bisa dikurangi dengan menggunakan jenis cairan alternatif seperti icodextrin.
Yang juga perlu diwaspadai pada CAPD adalah risiko infeksi serius yang disebut peritonitis, yaitu peradangan pada selaput perut akibat bakteri.
Karena itu, menjaga kebersihan saat mengganti cairan adalah kunci keberhasilan terapi ini.
Apakah CAPD Lebih Efektif?
Secara medis, baik CAPD maupun hemodialisis dinilai sama efektifnya dalam menggantikan fungsi ginjal.
Studi tahun 2018 menyebutkan bahwa keduanya setara dalam memperpanjang harapan hidup pasien.
Bahkan, hasil riset tahun 2023 menunjukkan bahwa dialisis peritoneal seperti CAPD memiliki beberapa keunggulan, seperti lebih baik dalam menjaga kestabilan tekanan darah, mempertahankan fungsi ginjal yang tersisa, serta lebih efisien dalam membuang zat sisa tertentu dari tubuh.
Namun efektivitas tersebut tetap bergantung pada kondisi masing-masing pasien.
Faktor-faktor seperti usia, gaya hidup, kondisi jantung, serta ketersediaan bantuan di rumah akan memengaruhi pilihan terbaik.
BACA JUGA:Mengenal Pruritus Uremik, Kondisi Gatal-gatal Kulit pada Pasien Gagal Ginjal Kronis