India (25 persen), Brazil (50 persen), dan beberapa negara Asia lainnya juga langsung menuntut perpanjangan negosiasi tarif sambil menyusun strategi pemulihan pasar ekspor.
Kebijakan tarif baru Donald Trump telah memicu gelombang penurunan besar di pasar saham global, yang diperparah oleh data ketenagakerjaan AS yang melemah.
Investor dan ekonom melihat kebijakan ini sebagai penyebab utama ketidakpastian dan potensi pelemahan pertumbuhan ekonomi global.
BACA JUGA:Trump Berang Kanada Dukung Palestina, Ancam Naikkan Tarif Dagang 35 Persen
Sementara konsumen dan dunia usaha menghadapi kenaikan biaya, otoritas moneter di seluruh dunia mulai mempertimbangkan kebijakan suku bunga serta strategi mitigasi volatilitas. Tarif secara massal ini diproyeksikan akan terus menjadi faktor dominan dalam dinamika ekonomi internasional hingga terjadi perundingan lebih lanjut.