Empat Dimensi

Empat Dimensi

Wali Kota New York Zohran Mamdani dan Presiden AS Donald Trump.-AFP-

Inilah salah satu video yang saya lihat lebih 10 kali. Tetap saja video itu bisa membuat saya tiba-tiba tertawa di bagian-bagian tertentunya.

Kesimpulan saya: Donald Trump lagi cemburu dengan Zohran Mamdani. Orang cemburu memang bisa aneh-aneh. Contohnya Anda. Trump cemburu Mamdani karena kepopulerannya, kecerdasannya, ketampanannya, dan terutama, karakternya.

Sulitnya cemburu tercampur dengan rasa kagum. Yang terakhir itu yang membuat Trump memutuskan: bertemu Mamdani. Ia tahu apa yang harus diperbuat menghadapi orang sepopuler Mamdani. Padahal Mamdani musuh besar politiknya. Saat Pilkada New York City Trump bertekad menghadangnya: jangan sampai Mamdani terpilih. Pun sampai Trump berseru jangan pilih calon wali kota dari Partai Republik. Pilih calon independen saja –karena lebih berpotensi mengalahkan Mamdani. "Memilih calon dari Republik sama dengan memilih Mamdani," ujar Trump seperti ditulis media di sana.

Alasannya: Mamdani itu komunis. Juga Demokrat ekstrem kiri; jihadis dan masih  anak kecil yang belum tahu apa-apa.

Mamdani sendiri menilai Trump sebagai diktator. Bahkan menantang Trump dalam pidato kemenangannya dalam Pilkada New York City: raise your volume!

Itu sindiran keras bahwa seruan Trump selama masa kampanye ternyata tidak didengar oleh publik New York City. Atau kecaman Trump padanya ternyata kurang galak.

Maka ketika akhirnya Trump justru mengundang Mamdani ke Gedung Putih semua analis bingung: apa yang sebenarnya terjadi.

Lawan maupun kawan Trump lantas menggunakan istilah yang sama untuk menggambarkan pertemuan itu: "Trump sedang main catur empat dimensi".

Istilah politik ''main catur empat dimensi" dipakai sejak abad 16 atau 17. Permainan catur dua dimensi saja rumit. Maka betapa rumitnya catur empat dimensi. Mustahil. Tidak ada itu catur tiga dimensi –apalagi empat dimensi.

Tapi Trump memainkannya. Pendukung Republik yang tidak suka Trump sampai bersatire: "Jadi, sekarang kita harus berbaik-baik dengan komunis?" Ada satire yang lain lagi: "Ternyata komunis itu baik-baik saja".

Kalimat-kalimat itu muncul setelah terlihat begitu hangatnya pertemuan antara Trump dan Mamdani. Itu tercermin dari konferensi pers yang videonya saya lihat berkali-kali itu.

Saya sangat terkesan dengan ekspresi dua tokoh tersebut. Begitu cair. Begitu natural. Begitu rukun. Ibarat dua orang yang sudah lama bersahabat.

Padahal itulah kali pertama Trump bertemu Mamdani –pun sebaliknya. Tapi sudah terlihat begitu akrabnya.

Salah satu adegan yang saya sukai adalah ketika wartawan wanita bertanya pada Mamdani: apakah ia akan menarik kembali penilaian buruknya pada Trump. Khususnya bahwa Trump itu diktator.

Mamdani terlihat akan menjawab pertanyaan dengan cepat. Beberapa kata sudah diucapkan. Tapi Trump lebih cepat menjawil lengan Mamdani: "bilang saja, ya," katanya. Lalu Trump menepuk dua kali lengan Mamdani bagian atas –sambil Trump menatap wajahnya dengan senyum penuh arti.

"Ok," jawab Mamdani lirih sambil  menatap Trump sesapuan.

Setelah itu Trump menjelaskan bahwa ia tidak merasa keberatan dengan penilaian Mamdani itu. Banyak pihak lain yang memberi penilaian lebih buruk dari itu.

Salah satu bentuk permainan ''catur empat dimensi'' itu terlihat dari setting konferensi pers itu sendiri. Trump duduk di kursi kepresidenannya. Mamdani di-setting hanya berdiri. Di sebelahnya. Kelihatannya sengaja di-setting hanya ada satu kursi di situ.

Mamdani seperti menerima saja itu dengan apa adanya. Mungkin ia tahu bahwa ia ''hanya'' seorang wali kota terpilih. Tidak layak duduk di kursi yang bersebelahan dengan presiden. Dan itu lebih baik bagi Mamdani. Daripada duduk di kursi bersebelahan tapi dimaki-maki. Seperti yang dialami Presiden Zelenskyy dari Ukraina dulu.

Terhadap Mamdani kata-kata Trump penuh puja-puji. Terutama soal kenaikan tinggi ratingnya yang begitu cepat. Bagaimana bisa: dari bukan siapa-siapa, dari rating 2, terus naik melejit menjadi 6, 9, 16, dan akhirnya terpilih dengan suara lebih 50 persen.

Rasanya di situlah kecemburuan terbesar Trump. Tapi ia harus menerima kenyataan. Mamdani begitu populer. Tidak hanya di New York melainkan telah melanda seluruh negeri. Padahal Amerika sedang menghadapi Pemilu parlemen dan Pilkada tahun depan. Trump tidak ingin dominasi Republik di Kongres tergerus. Sampai pun ia harus ''main catur empat dimensi''.

Megawati juga pernah memainkan jenis catur ini. Yakni ketika memanggil Presiden Jokowi ke DPP-PDI Perjuangan. Anda masih ingat posisi duduk Jokowi yang di depan meja kerja Megawati itu. Permainan ''catur Mega'' dibantu pula oleh putrinya, Puan Maharani, dengan memvideokannya –yang Anda pasti pernah geleng kepala melihatnya.

Rasanya Megawati kalah dalam permainan catur empat dimensi lawan Jokowi kala itu. Entah Trump kali ini. Yang jelas, rasanya, Mamdani juga terlihat tidak ingin menang sendiri. Ia begitu matang: bisa menempatkan diri di depan Trump; di depan presiden; di lokasi Gedung Putih pula.

Cara Mamdani berdiri, caranya menaruh tangan, cara ia bicara, anggukan-anggukan kecil kepalanya, ekspresi wajahnya sama sekali tidak ada cacat. Itu justru menambah simpati publik pada Mamdani.

Pun ketika Mamdani menyela pembicaraan Trump, caranya menyela sangat intelektual dan proporsional. Misalnya ketika Trump menyampaikan banyak juga pengikutnya yang memilih Mamdani. Dengan celetukan hanya tiga kata Mamdani menyela kalimat Trump itu dengan tepat: "one of ten" –dengan mimik wajah yang datar.

Itu berbeda sekali dengan cara Zelenskyy memotong pembicaraanTrump. Bikin Trump lebih marah. Lalu memaki Zelenskyy. Sedang celetukan Mamdani tidak membuat Trump terganggu.

Ada juga wartawan yang usil ke Trump. Terutama terkait dengan banyaknya ancaman pengusaha besar yang akan kabur dari New York. Terutama kalau Mamdani terpilih.

"Apakah Anda akan menyukai New York?"

"Iya," jawab Trump. "Terutama setelah pertemuan tadi," tambahnya. Berarti pertemuannya dengan Mamdani sangat mengesankannya.

Anda sudah tahu: Trump sudah lebih dulu meninggalkan New York. Pindah KTP ke Florida. Padahal ia lahir di New York dan mulai jadi konglomerat dari New York.

Mamdani sendiri setelah itu pergi ke pulau di laut Karibia yang masuk wilayah Amerika Serikat. Mamdani salat Jumat di situ. Di Centro Islamico del Caribe. Yakni di Masjid Ebadur Rahman. Itu salah satu masjid di San Juan, ibukota Puerto Rico.

Apa hubungannya?

Warga Puerto Rico adalah warga negara Amerika Serikat. Meski secara formal ibu kota Puerto Rico adalah San Juan, tapi ibu kota ''sebenarnya'' adalah New York.

Lebih satu juta orang Puerto Rico tinggal di New York –terbanyak di luar Puerto Rico. Mereka yang tinggal di New York City umumnya memilih Mamdani. Ini bagian dari ''main catur dua dimensi'' bagi Mamdani.

Ternyata Mamdani adalah orang Syi'ah yang salat Jumat. Di Iran salat Jumat tidak wajib. Saya pernah urung salat Jumat di sana karena di seluruh kota besar Teheran salat Jumatnya hanya di satu tempat. Tapi di Lebanon, di Beirut, saya salat Jumat di masjid Syi'ah –yang menganggap salat Jumat itu wajib.

Trump sendiri menyatakan akan membantu Mamdani untuk melaksanakan janji-janji kampanyenya --entah dalam hatinya. (DAHLAN ISKAN)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan pada Tulisan: Rehabilitasi Ira

ra tepak pol

Alhamdulillah 'ala kulli haal ❤️❤️❤️ ✋️☝️☕️ ngopi time sedulur saya selalu PERTADEX bebas etanol menggantikan PERTAMAX- nya Pak MZ ARIFIN UMAR ZAIN, Bang satria tomat promosi BBM apa di posisi pertama ?

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

BERSIH ITU MELELAHKAN, MEMBERSIHKAN ITU BERBAHAYA.. Rehabilitasi Ira datang terlalu cepat untuk kasus yang terlalu rumit. Tiga hari setelah vonis, publik lebih dulu bingung daripada lega. Secara moral, mungkin Ira pantas dipulihkan. Secara politik-birokrasi, justru di situlah jebakannya. Rehabilitasi belum tentu berarti bisa kembali memimpin. Di BUMN, yang menentukan bukan hanya kinerja, tapi juga peta “pertemanan”. Ira adalah contoh klasik risiko menjadi “bersih dan membersihkan”. Bersih saja sudah berat, membersihkan itu seperti menyalakan lampu di kamar penuh kecoa. Semua lari ke segala arah, sebagian balik menyerang. Maka jangan heran jika dirut berprestasi pun bisa tumbang bukan karena gagal mengelola bisnis, tapi karena terlalu berhasil membenahi sistem. Business judgment rule digadang-gadang sebagai tameng profesionalisme. Tapi di ruang sidang ia masih seperti hantu. Sering disebut, jarang terlihat. Hakim bicara hukum, direksi bicara risiko. Sayangnya, risiko bisnis masih sering dibaca sebagai niat jahat. Apakah Ira bisa kembali? Secara teori bisa. Secara praktik, sangat bergantung pada cuaca politik di dalam BUMN. Yang pasti, kasus ini jadi pelajaran: di negeri ini, menjadi pintar itu penting, menjadi kuat itu perlu, tapi punya “teman yang tepat” sering kali lebih menentukan.

DeniK

" bersih dan membersihkan " misi itu saat ini sedang di lakukan oleh Pak Purbaya . Gangguan sudah mulai salah satunya dari oknum anggota DPR lewat thrifting. Yang terbaru lewat MUI dengan fatwa pajak nya . Kita tunggu ending nya .

Thamrin Dahlan YPTD

Rehabilitasi Ira Bersih membersihkan. Ibarat membersihkan kotoran sampah maka di perlukan sapu bersih. Ya sapu yang bersih itulah komandan atau disebut Direktur BUMN. Bu Ira contoh yang baik. Sudah terbukti berhasil. Oknum nakal SDM BUMN memang keterlaluan. Maksud saya pola pikir oknum yang menjadikan tempat kerja menjadi milik (perusahaan) sendiri. Bukan rahasia umum, sejak Kepala BUMN Tanri Abeng yang sudah bekerja keras untuk merubah pola pikir itu, Ini milik Pemerintah. Anda sudah di gaji 3 digit berserta fasilitas mewah. Kenapa juga masih masih serakah, mengrogoti dana negara untuk memperkaya diri sendiri. Abah kita juga sudah merasakan. Bersih saja tidak cukup harus berani membersihkan. Kuatkah anda atau malah terkontaminasi ikut arus. Jadi ingat sekolah nusantara dan fakultas ekonomi Universitas Indonesia. Berhasil mendidik magister manajemen bisnis. Mereka hapal dan mengerti bangaimana menposisikan BUMN menjadi pundi pundi uang negara. Bu Ira sudah memberi contoh baik. Akankah BUMN terus terpuruk bersebab kualitas sumber daya manusia masih orang itu itu saja. Entahlah ruwet, ruwet Abah, Buatlah satu cara yang ampuh agar BUMN itu benar benar menghasilkan bukan malah menghancurkan. Salamsalaman.

Jokosp Sp

Di perusahaan swasta tidak ada yang bikin sulit. Anda tidak berprestasi, KPI tidak pernah tercapai, target yang diberikan tidak pernah memenuhi target, site yang dikelola tidak pernah untung, sistem tidak dijalankan dengan baik dan benar, koordinasi dengan atatasan dan bawahan sulit/ tidak baik, cost operasional tinggi (boros) dan tidak efisien, dengan customer banyak dicomplain dan komunikasinya jelek, maka besok anda sudah diganti dengan orang yang memang sudah dinilai perusahaan adalah orang yang berprestasi baik. Karena swasta punya sistem yang baik. Di BUMN kenapa justru terbalik-balik. Perusahaan tidak pernah untung, namun gaji dan tunjangannya sangat besar. Fasilitas untuk karyawannya juga sangat mewah dan di atas rata-rata. Manager-manager semacam ini kenapa sulit diganti?. Aneh dan lucu saja. Artinya managemen di BUMN tidak berjalan dengan baik. Atasan tidak bisa kontrol dan menilai bawahan sesuai prestasinya. Kenapa?. Ada sistem kewajiban setor yang sudah jadi budaya, dari bawahan ke atasan. Jika anda bagian dari orang baik yang sedikit, maka anda adalah orang baik yang tidak punya jabatan dan prestasi di sebuah BUMN. Dan umur kerja anda jika anda orang baik, jujur dan berprestasi, maka tidak akan lama. Orang baik dan pintar tidak punya tempat di perusahaan negara yang korup ini. Kecuali anda bagian dari sistem yang korup itu.

Muh Nursalim

Bersih dan membersihkan. Ya, memang cukup bersih saja. Aman. Meskipun dicibir teman. Tapi aman. Karena tidak ada yang jadi korban. Tetapi itu seperti syaitonnun akhras. Setan bisu. Begitu kata seorang ustad. Orang seperti itu hanya dimaklumi dan terkadang juga dikagumi. Kawan sejawad angkat topi. Sebatas itu. Tidak ada sistem yang berubah. Saat si setan bisu menjabat. Tikus2 sembunyi. Tetapi ketika ia pindah ruang. Hewan pengerat itu kembali menyebar. Sekarang mestinya eranya seperti bu Ira. Bersih dan membersihkan. Bakingnya tentara bersenjata. Berani macam-macam tembak saja.

Liam Then

Saya pernah kasih tahu kawan saya, tukang nasi goreng : "Boy, kau ini kepala cuma satu, tangan kaki masing-masing dua, kebetulan kau ramai, janganlah kau gocek sendiri kuali kau saban malam tiap hari, harus berani kasih anak buah kerja. Coba kau liat bos-bos besar itu, ciri utamanya apa, ada gak tangan kaki mereka gerak sendiri, ndak ada kan? Semuanya pakai orang. Kau harus berani pakai orang" "Nanti kasir bagaimana ko?" "Mau jadi Bos harus berani ikhlas, hilang sedikit ndak apa, asal pandai kau kontrolnya, pokok hitungan awal kau sudah pegang, jadi bisa cepat kau tahu,jika ada tanda-tanda bocor rutin. Ndak perlu khawatir, sistem nanti bisa kau atur, anak buah saling mengawasi antara mereka, kau lihat itu minimarket, mana ada bosnya jaga tengah malam sampai kukuruyuk, tidur mereka semuanya, karyawan yang melek sampai pagi, ndak hilang toh, cabang malah buka sampai dimana-mana, asalkan pandai kau set sistemnya, dan pandai kau pegang hitungan pokoknya, supaya bisa cepat dapat tanda awal bocor, ndak usah takut" Dua tiga tahun berlalu... "Boy, kau ini tak pernah aku liat kau di warung, adapun cuma sebentar, kau ini sering-seringlah turun, ndak kebanyakan kah anak buah kau?" "Kan ,koko yang suruh" "..........."

Bahtiar HS

Ini pantun suka-cita menyambut rehabilitasi bu Ira. Pantun yg semua ada "talasnya", oleh2 Abah dari Papua. Pantun no 4 sungguh sangat menawan hati. Abah harus baca! 1> Beli talas di pasar Wamena/ Beli sejuta dapatnya cuma sebiji/ Bu Ira bebas semua bersuka cita/ Dewi nan Puspita akhirnya direhabilitasi/ 2> Sejumlah kuda berlari ke padang gersang/ Debu tapak kakinya jatuh di atas daun talas/ Itulah drama di negeri nan lintang-pukang/ Orang baik dipenjara, yg jahat melenggang bebas/ 3> Ikan teri ikan paling dicari/ Kuih talas dimakan dengan kuah santan/ Sungguh ironi di negeri Konoha ini/ "Bersih" jelas silakan, tapi "Membersihkan" jangan/ 4> Ungu talas direbus lalu ditaburi gula/ Hangat disajikan dengan kuah kari ikan/ Hatiku gundah cemas menunggu hari itu tiba/ Dapat lungsuran jaket merah dari Abah Dahlan/

Muh Nursalim

Kepastian hukum VS keadilan. Pergulatan dua kepentingan yang tak pernah usai. Hakim yang bisa mengkompromikan keduanya adalah wakil Tuhan yang sebenarnya. Dulu Daud mengadili dua emak-emak yang berebut bayi. Si A bilang itu bayiku dengan alasan bla-bla-bla. Si B bilang itu bayiku dengan argumen yang lebih canggih. Akhirnya Daud memenangkan si B. Karena bla bla bla nya lebih meyakinkan. Sulaiman datang. Ia membuktikan bukan hanya dengan argumen bla bla bla tetapi dengan drama. "Ya, sudah karena anda berebut bayi. Biar adil bayi akan saya potong jadi dua". Emak B dengan suka hati mempersilahkan bayi di potong jadi dua. Si A dengan menangis, merelakan biar saja bayi tersebut diserahkan kepada emak B. Karena ia kasihan. Lalu Sulaiman, menyimpulkan itu bayi milik emak A. Karena ibu sejati tidak mungkin rela anaknya mati.

Ahmed Nurjubaedi

Apa yang terjadi pada Bu Ira, Pak Dahlan, dll semakin membuktikan bahwa politik (bukannya hukum) adalah panglima di negeri ini. Saya jadi ingat salah satu sajak WS Rendra, menyaksikan bagaimana Bu Ira, Abah DI, dll pernah diperlakukan oleh para penguasa aka politikus: Sarinah/ Katakan pada mereka bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri/ Bagaimana mereka bicara panjang lebar kepadamu/ Tentang perjuangan nusa bangsa/ Dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal/ Ia sebut kau inspirasi revolusi/ Sambil ia buka kutangmu// Dan kau, Dasima/ Kabarkan pada rakyat/ Bagaimana para pemimpin revolusi/ Secara bergiliran memelukmu/ Bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi/ Sambil celana basah/ Dan tubuhnya lemas/ Terkapai di sampingmu/ Ototnya keburu tak berdaya// Silahkan teman-teman perusuh googling jika tertarik membaca sajak Ws Rendra yang berjudul Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta.

Ja'far Syahidan

@Pak Bahtiar HS. Problemnya adalah, BJR itu hukum positif di Amerika, bukan hukum positif murni di Indonesia. Penerapan BJR di hukum positif Indonesia belum setotal di Amerika, sehingga dari perspektif saya, keputusan hakim mayoritas lebih punya dasar yuridis legal.

Bahtiar HS

Saya pernah bekerja di company yg sdg berkembang. Dulu 1990an. Masuk jajaran BOD (pupuk bawang jadi Corporate Secretary -- maksudnya bagian yg nulis2). Company kami tak jarang berani mengambil project yg secara hitungan bisnis pasti rugi. Ceruknya niche market, nggak banyak yg ambil krn produksinya sulit, perlu riset panjang dan blm tentu segera berhasil, padat modal, dll. Di atas kertas pasti rugi. Rugi besar bahkan. Tp manajemen melihat ini akan sangat dibutuhkan di masa depan. Di dunia dirgantara, khususnya militer (sy pernah menyinggungnya saat CHD soal industri militer bbrp waktu lalu). Berdarah2? Ya jelas. Tp manajemen punya goal jauh dg pertimbangan sangat futuristik. Mumpung blm banyak yg lirik. Hasilnya apa? Kini mereka menuai / panen orderan dari mana-mana. Dalam dan luar negeri. Kasus ASDP Bu Ira ini mkn sama. 56 kapal pas JN diakuisisi apa dlm kondisi sehat semua? Pasti nggak. Pasti ada yg sedang maintenance. Mungkin juga sdh RTF (Run to Failure) istilahnya. Dioperasikan hanya tinggal nunggu rusak. Gak bs diperbaiki lg. Tp apa itu (saja) yg dipertimbangakan? Pasti tidak. Izin trayek, cakupan layanan, visi melayani daerah 3T, dll yg nilainya mungkin lbh dari 1,25 T. Tp intangible. Ngitungnya bs debatable. Spt kita jualan software cuma 1-2 file kok puluhan juta harganya? Nah itu yg tak ternilai. Dan tdk dijadikan pertimbangan hakim/yg menghitung kerugian. Mkn itu dulu jd trigger hingga dibuat business judgement rule itu. Agar putusan bisnis tdk dikriminalisasi

Hery Purwanto

Melihat fenomena Dirut BUMN yang dikriminalisasi karena salah persepsi antara penegak hukum dan keputusan bisnis dan usaha Dahlan Iskan untuk sosialisasi tafsir putusan MK di akhir masa jabatan,, ada "pengabaian" isi UU BUMN terbaru. Aparat hukum mendasarkan dakwaan dan putusaan berdasarkan UU keuangan negara dan Dirut BUMN mendasarkan jugment business rules. Ignatius Jonan, Ira Puspadewi adalah profesional manager business kelas dunia, karena "rayuan" kata sakti "Nasionalisme" maka mereka pulang kampung. Ironisnnya,, begitu pulkam karena panggilan hati nurani, mereka dibui. Belum lagi, Ricky Erson "putra petir" sekarang terdampar di pedalaman selatan Tasikmalaya, tepatnya Ciheras. Di Jepang, sdh banyak paten bidang motor listrik, begitu pulkam sekarang terpinggirkan. Fenomena "brain drain" dan tagar "kabur keluar negeri dulu" adalah jawaban generasi milennial atas realitas ini.

Liáng - βιολί ζήτα

in-group bias in law. Di dalam psikologi, ada istilah "in-group bias" atau seringkali disebut juga "in-group favoritism" yaitu kecenderungan orang-orang (sekelompok orang) untuk memberikan perlakuan istimewa kepada orang lain yang dianggapnya berada dalam kelompok yang sama. Lebih jauh, jikalau ditinjau dari psikologi hukum, "in-group bias" sangat kontra-produktif dengan penegakan hukum. Bisa jadi fenomena "in-group bias" menjadi salah satu faktor penyebab sulitnya untuk menegakkan hukum di Indonesia sebagaimana mestinya, karena "in-group bias" secara langsung ataupun tidak, akan mengebiri hakikat hukum itu sendiri. Ironisnya, justru "orang-orang yang memiliki pengaruh kuat" kecenderungannya juga sangat kuat memainkan peran "in-group bias". Mengapa tidak dibiarkan saja proses hukumnya berjalan sebagaimana mestinya, toh nanti akan terbukti - apakah ada pelanggaran hukum atau tidak ?? Bukankah mekanisme peradilan itu mulai dari Pengadilan Negeri - Pengadilan Tinggi - Mahkamah Agung - dan Hak Prerogatif Presiden. Oleh karena itu, mungkin ada benarnya bahwa "orang-orang yang bersuara nyaring mengenai penegakan hukum, justru yang paling sering menghembuskan fenomena in-group bias". [1/2]

Murid SD Internasional

Selesai sudah seluruh komentar saya untuk Bu Ira, bahwa vonis bersalah yang dijatuhkan kepada beliau adalah terkait prosedural akuisisi yang flaws dan corrupt, sehingga, yang perlu Bu Ira lakukan sebetulnya hanya tinggal membalik semua tuduhan tersebut, cukup dengan menghamparkan dokumen-dokumen audit-trails verifiable sebagaimana yang sudah saya rinci di bawah. Kini, saya maju ke bagian keputusan Rehabilitasi oleh Presiden Prabowo. Saya tidak tau siapa yang menyarankan Presiden untuk mengambil manuver politik atas nama "hak prerogatif Presiden" ini, yang pasti, saya perlu menggaris-bawahi: 1. Rehabilitasi adalah hak konstitusional yang dapat diberikan oleh Presiden, kepada terpidana yang telah dirugikan oleh proses hukum -- misal dakwaannya ternyata keliru, dan vonisnya ternyata keliru -- dengan pertimbangan dari Mahkamah Agung. Rehabilitasi itu sendiri bertujuan untuk memulihkan nama baik dan kedudukan hukum terpidana, NAMUN TIDAK MENCAKUP pembebasan dari hukuman, yang merupakan ranah grasi (pengurangan / penghapusan hukuman) atau abolisi (penghapusan proses hukum sebelum vonis). 2. Ini yang paling puncak. Presiden hanya bisa menggunakan hak prerogatif -- grasi, rehabilitasi, abolisi, amnesti -- setelah seluruh proses hukum telah selesai, agar tidak melangkahi yurisdiksi kekuasaan kehakiman (Pasal 24, UUD 1945). Jadi, biarkan proses hukum berjalan dulu, dari Pengadilan Negeri, naik ke tingkat banding, lalu ke tingkat kasasi.

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

OJO KORUPSI. OJO ADIGANG ADIGUNG.. Masih ingat kasus Rafael Alun dan anaknya? Mario Dandy? 1). Rafael Alun Trisambodo, divonis 14 tahun penjara, denda Rp 500 juta, dan pidana tambahan berupa uang pengganti (sekitar Rp 10–11 miliar) karena korupsi dan pencucian uang. 2). Untuk anaknya, yaitu Mario Dandy, yang terlibat penganiayaan terhadap David Ozora, Mario Dandy divonis 12 tahun penjara dan diwajibkan membayar restitusi untuk David, sebesar Rp 25 miliar. 3). Mario juga dihukum untuk kasus pencabulan terhadap mantan pacarnya — anak di bawah umur “AG” — awalnya diputus 2 tahun dan denda Rp 1 miliar. Namun pada putusan banding, hukumannya diperberat jadi 6 tahun penjara + denda Rp 1 miliar. 4). Karena dua perkara Mario dipisah (dua berkas), hukuman dijumlahkan. Total hukuman bagi Mario Dandy adalah 18 tahun penjara. ### Pelajaran penting. A). Wong tuwo, kerjo ndik BUMN, BUMD, BUMDES, BUMS, BUMRW, BUMRT, ojo korupsi. B). Urusen anakmu sing bener.. C). Cah enom, ojo dumeh wong tuwamu sugih..

Sugi

Doa terbaik. Semoga tafsiran besutan tim BUMN Abah -business judgement rule- yang belum tersentuh itu, segera mendapat angin segar, sehingga draft mentah-nya sampai ke meja kerja Presiden dan Wakilnya. Jika demi kemajuan bangsa, apa sih yang enggak diperjuangkan oleh beliau berdua. Perlu campur tangan orang dengan kedudukan paling tinggi. Apalagi saat ini Pak Presiden 'katanya' juga sedang bersih dan membersihkan.

Herry Isnurdono

Abah DI ijin bertanya dulu sewaktu jadi Mentri BUMN, jabatan Dirut BUMN itu gratis atau harus setor ? Saya percaya Abah DI ditegor SBY, karena menunjuk Dirut BMRI yg sekarang jadi Menkes, tanpa konsultasi terlebih dulu dgn SBY. Pak ET tahun 2019 pernah cerita, jika dulu sebelum pak ET jadi Menteri BUMN, kursi Dirut BUMN harganya Rp. 25 Milyar. Saya percaya mantan Dirut ASDP yg mendapat hadiah Rehabilitasi dari Presiden PS, pasti bukan wanita sembarangan. Karena menjadi Dirut BUMN tidak disatu tempat dan beberapa Bos Mentri BUMN yg berbeda. Apakah untuk kedepan Presiden PS akan obral Amnesti/Gresik dan Rehabilitasi. Apalagi kasus2 KPK dan Kejagung yg diduga melakukan tindakan korupsi. Ada peran dari bang Dasco yg Wakil Ketua DPR RI/Ketua Harian Partai Gerindra. Saat ini jabatan Dirut/Direktur BUMN dan Komisaris Utama/Komisaris BUMN dan jabatan2 sipil lainnya, banyak diisi dari Partai tertentu dan berasal dari pensiunan TNI/Polisi. Kedepan KPK perbanyak tangkap tangan utk kasus2 korupsi. Biar tidak mendapatkan kritik kriminalisasi utk kasus Korupsi. Biar publik/rakyat tidak terkaget-kaget, siap2 nanti jika Nadiem Makarim terima vonis hukuman dari Majelis Hakim, akan mendapatkan hadiah Rehabilitasi juga. Apalagi Lawyer NM sudah berganti dari HPH berpindah mantan Lawyernya Tom Lembong.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 126

  • Hasyim Muhammad Abdul Haq
    Hasyim Muhammad Abdul Haq
  • Arief Gunawan
    Arief Gunawan
  • Liáng - βιολί ζήτα
    Liáng - βιολί ζήτα
  • ra tepak pol
    ra tepak pol
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
    • Runner
      Runner
  • Thamrin Dahlan YPTD
    Thamrin Dahlan YPTD
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • ra tepak pol
      ra tepak pol
    • Daful
      Daful
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • imau compo
    imau compo
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Muhammad Zainuddin
    Muhammad Zainuddin
    • Muhammad Zainuddin
      Muhammad Zainuddin
    • Muhammad Zainuddin
      Muhammad Zainuddin
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
  • Muh Nursalim
    Muh Nursalim
  • Muh Nursalim
    Muh Nursalim
  • Bahtiar HS
    Bahtiar HS
    • yea aina
      yea aina
    • Bahtiar HS
      Bahtiar HS
    • yea aina
      yea aina
  • DeniK
    DeniK
  • Em Ha
    Em Ha
    • DeniK
      DeniK
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • alasroban
      alasroban
    • ra tepak pol
      ra tepak pol
    • ra tepak pol
      ra tepak pol
    • yea aina
      yea aina
    • Daful
      Daful
    • Thamrin Dahlan YPTD
      Thamrin Dahlan YPTD
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • mario handoko
      mario handoko
  • Ja'far Syahidan
    Ja'far Syahidan
  • Ahmed Nurjubaedi
    Ahmed Nurjubaedi
  • Liáng - βιολί ζήτα
    Liáng - βιολί ζήτα
  • Liáng - βιολί ζήτα
    Liáng - βιολί ζήτα
  • DeniK
    DeniK
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Ahmed Nurjubaedi
    Ahmed Nurjubaedi
  • Ojol Gacor
    Ojol Gacor
  • Hendro Purba
    Hendro Purba
  • nico gunawan huang
    nico gunawan huang
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
    • Macca Madinah
      Macca Madinah
    • Tivibox
      Tivibox
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
  • Lukman Nugroho
    Lukman Nugroho
  • Eyang Sabar56
    Eyang Sabar56
  • Runner
    Runner
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
  • Tivibox
    Tivibox
  • Runner
    Runner
  • Hendro Purba
    Hendro Purba
  • Jo Neca
    Jo Neca
    • mario handoko
      mario handoko
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • ra tepak pol
      ra tepak pol
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • MULIYANTO KRISTA
    MULIYANTO KRISTA
    • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
      Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • Herry Isnurdono
      Herry Isnurdono
    • Herry Isnurdono
      Herry Isnurdono
    • Herry Isnurdono
      Herry Isnurdono
    • Herry Isnurdono
      Herry Isnurdono
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • Tivibox
      Tivibox
  • Ibnu Shonnan
    Ibnu Shonnan
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Taufik Hidayat
    Taufik Hidayat
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Lègég Sunda
    Lègég Sunda
  • Nusantara Hijau
    Nusantara Hijau
  • alasroban
    alasroban
  • Sugi
    Sugi
  • rid kc
    rid kc
  • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    MZ ARIFIN UMAR ZAIN
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • satria tomat
    satria tomat
  • satria tomat
    satria tomat
  • satria tomat
    satria tomat
  • ra tepak pol
    ra tepak pol
    • satria tomat
      satria tomat
    • ra tepak pol
      ra tepak pol
    • Azza Lutfi
      Azza Lutfi
  • satria tomat
    satria tomat
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
      Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    • ra tepak pol
      ra tepak pol