Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, turut menyuarakan pentingnya menjaga demokrasi yang beradab.
Dalam pertemuan tersebut, ia menegaskan bahwa aspirasi rakyat harus disampaikan dalam koridor tanggung jawab. “Kita semua memahami aspirasi rakyat, tetapi penyampaian aspirasi harus tetap dalam koridor tanggung jawab dan keadaban, agar tidak meruntuhkan persatuan bangsa,” ujar Haedar.
BACA JUGA:Penampakan Kantor DPRD Makassar yang Dibakar Massa, 4 Orang Meninggal Dunia
Haedar juga menyinggung perlunya keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab sosial. Ia mengimbau masyarakat dan aparat untuk saling menahan diri demi mencegah kekerasan yang dapat memperburuk situasi. Pernyataan ini mencerminkan visi Muhammadiyah dalam mempromosikan Islam berkemajuan yang harmonis dan inklusif.
Selain NU dan Muhammadiyah, perwakilan dari MUI, DDII, Hidayatullah, Al Irsyad, Persis, KB PII, Mathla'ul Anwar dan ormas lainnya juga menyampaikan komitmen serupa.
Para pimpinan ormas sepakat bahwa situasi bangsa saat ini menuntut kesabaran dari semua pihak, baik masyarakat sipil maupun aparat negara. Mereka juga menyetujui untuk melanjutkan dialog ini dalam agenda lanjutan di Istana Negara guna memperkuat tekad bersama menjaga keutuhan dan masa depan Indonesia.
Kesepakatan ini menjadi sinyal kuat bahwa ormas keagamaan siap menjadi jembatan antara pemerintah dan rakyat.