KARAWANG, DISWAY.ID -- Pertumbuhan industri dan populasi di Kabupaten Karawang membawa tantangan besar, salah satunya dalam pengelolaan sampah.
Sistem kumpul-angkut-buang masih menjadi pilihan, sementara infrastruktur pengolahan seperti Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R), dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) belum merata.
Kondisi ini diperparah oleh rendahnya kesadaran masyarakat dalam memilah sampah sejak dari rumah.
BACA JUGA:Rudy Susmanto Raih Penghargaan Tokoh Peduli Disabilitas dari Harian Metropolitan
BACA JUGA:Rudy Susmanto Tetapkan 9.756 Formasi PPPK Paruh Waktu untuk Perkuat Layanan Publik Bogor
Menghadapi tantangan tersebut, Program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP), hadir sebagai upaya untuk membenahi sistem pengelolaan sampah secara menyeluruh dari hulu hingga hilir.
Program ini tak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga mendorong perubahan perilaku, penguatan regulasi, pembiayaan berkelanjutan, hingga pelibatan masyarakat secara aktif.
Pilot Project di Mekarjati: Dari Edukasi Menjadi Kebiasaan
RT 001 RW 012 Kelurahan Mekarjati, Kecamatan Karawang Barat menjadi lokasi percontohan awal ISWMP di Kabupaten Karawang.
Kawasan ini dipilih karena berada dalam cakupan TPST Mekarjati dan memiliki jaringan komunitas aktif seperti Karang Taruna, bank sampah, kader lingkungan, serta pegiat maggot.
BACA JUGA:Bali Banjir Parah Akibat Hujan Ekstrem, Ruko-ruko Ambruk: 4 Orang Hilang
BACA JUGA:Mayat Sekeluarga di Indramayu Sempat Ditinggal Seharian Sebelum Dikubur di Belakang Rumah
Melalui pendekatan door-to-door, pelatihan kader lingkungan, hingga pemberian alat bantu seperti karung pilah dan stiker rumah memilah, perubahan mulai terlihat.
Warga membangun sistem pemilahan menjadi dua kategori: organik dan anorganik, agar lebih mudah diterapkan di tingkat rumah tangga.
Hasilnya? 86% dari 97 KK aktif memilah sampah.