Siap Pilah, Siap Berubah
Melalui Program ISWMP, Kabupaten Karawang membuktikan bahwa pengelolaan sampah bukan hanya persoalan teknis yang bergantung pada infrastruktur dan peralatan, tetapi juga merupakan urusan budaya, kesadaran, dan kolaborasi lintas elemen masyarakat.
Perubahan perilaku menjadi kunci, dan proses ini dimulai dari hal-hal sederhana: edukasi warga, pendampingan kader lingkungan, dan dukungan regulasi yang jelas dari pemerintah daerah.
Dari Desa Mekarjati hingga Desa Cirejag, perubahan nyata telah terlihat.
Warga mulai mengenal dan mempraktikkan pemilahan sampah organik, anorganik, dan residu sejak dari rumah.
Kader lingkungan berperan sebagai motor penggerak, rutin memberikan edukasi, memantau kebiasaan warga, dan memastikan sampah yang sudah terpilah dikelola dengan benar.
BACA JUGA:Ternyata Bupati Sudewo Tak Pernah Laporkan Kenaikkan PBB-P2 ke Pusat, Begini Penjelasan Tito!
BACA JUGA:Bupati Bogor Lantik 7 Pejabat Eselon II Lingkungan Pemkab Bogor
Pemerintah desa dan kabupaten pun hadir dengan kebijakan yang mendorong keberlanjutan, termasuk penyediaan sarana pemilahan, komposter, dan jalur distribusi sampah anorganik ke bank sampah atau pengepul.
Hasilnya mulai terasa: volume sampah yang dikirim ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) berkurang, kualitas lingkungan desa meningkat, dan kesadaran warga tentang nilai ekonomi sampah pun tumbuh.
Lebih dari sekadar proyek, inisiatif ini membentuk sebuah ekosistem pengelolaan sampah yang partisipatif, di mana setiap pihak memiliki peran dan merasa bertanggung jawab.
Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan kader lingkungan, Kabupaten Karawang perlahan namun pasti membangun sistem pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan.
Ini menjadi contoh inspiratif bahwa visi "Zero Waste to TPA" bukan sekadar jargon ambisius, melainkan target realistis yang bisa dicapai.
Dan seperti yang telah dibuktikan Karawang, semuanya bisa dimulai dari langkah kecil, dari desa, dan dari kita semua.