Lebih dari itu, ia tak ingin sukses sendirian. Hingga sekarang, sekitar 20 petani lain di Takalar telah mengikuti jejaknya setelah terinspirasi oleh cara bertaninya.
“Kalau kita saling berbagi pengetahuan, hasil yang baik bisa dirasakan bersama. Pertanian itu bukan hanya pekerjaan, tapi juga wadah kebersamaan,” kata Daeng Sitaba.
BACA JUGA:Energi Terbarukan dari Sekam Padi Bisa Mudahkan Petani Hemat Biaya 14%
Atas konsistensi dan kontribusinya, ia dianugerahi gelar Master Panen oleh Cap Panah Merah. Meski begitu, ia tetap rendah hati.
“Gelar ini bukan untuk dibanggakan, tapi pengingat agar saya terus belajar, berbagi, dan mendukung petani lain agar kita semua bisa berkembang,” ujarnya.
BACA JUGA:Mabuk hingga Acungkan Parang ke Sopir, Petani di Jeneponto Dapat Keadilan Restoratif
Bagi Daeng Sitaba, pertanian bukan sekadar soal panen.
Ia melihatnya sebagai sarana menanam harapan, menumbuhkan semangat gotong royong, dan menghadirkan manfaat bagi komunitas.
Kisahnya menjadi bukti bahwa dengan ketekunan, kemauan belajar, serta dukungan yang tepat, siapa pun bisa memanen bukan hanya sayuran, tetapi juga kesuksesan.