Pancasila itu seperti api unggun di malam panjang: ia tak memaksa, namun menghangatkan; tak menyilaukan, namun menerangi. Api kecil itu akan padam jika kita hanya mengelilinginya sambil berpidato, tanpa menambah kayu dan menjaga bara.
Spirit menghidupkan Pancasila—bagi saya—lahir dari keberanian untuk rendah hati: kembali ke sumber, merawat adab, memihak keadilan, dan mempraktikkan musyawarah yang memuliakan keadaban. Dari sana, Indonesia menjaga jiwanya, sekaligus menguatkan badannya.
by: Prof. Asep Saepudin Jahar, MA., Ph.D - Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta