JAKARTA, DISWAY.ID — Pemerintah mempercepat program pengelolaan sampah menjadi energi listrik (waste to energy) di berbagai daerah Indonesia.
Langkah ini dipastikan menjadi salah satu proyek strategis paling diminati investor — dengan lebih dari 204 perusahaan, lokal dan asing, sudah mendaftar.
CEO Danantara Indonesia, Rosan Roeslani, mengatakan minat tinggi ini menunjukkan bahwa sektor energi ramah lingkungan memiliki prospek besar di Tanah Air.
BACA JUGA:Umrah Mandiri Kini Legal, Ini 5 Syarat Wajib di UU Nomor 14 Tahun 2025
“Kita sudah membuka prosesnya dan yang masuk sebenarnya lebih dari 204 investor, baik dari dalam maupun luar negeri,” ujar Rosan di Kemenko Pangan, Jumat (24/10/2025).
Dari total 204 perusahaan yang mendaftar, 66 di antaranya berasal dari luar negeri — termasuk dari Jepang, China, dan Singapura — sementara sisanya adalah investor nasional yang siap berkolaborasi dengan pemerintah.
Rosan menegaskan proses seleksi dilakukan sangat ketat untuk memastikan proyek berjalan berkelanjutan, bukan sekadar seremonial.
"Kita tidak ingin proyek ini diberikan ke pihak yang tidak punya kemampuan finansial, teknikal, atau teknologi. Karena itu, semua kita seleksi dengan teliti,” katanya.
BACA JUGA:Setahun Nusron Wahid di ATR/BPN: 3.000 Kasus Tanah Tuntas, Rp9,6 Triliun Aset Negara Terselamatkan
Tender Dimulai November, Groundbreaking Maret 2026
Saat ini, tahap kajian teknis dan ekonomi sedang berjalan. Pemerintah menargetkan tahap bidding dimulai pertengahan November 2025, dan akan berlangsung hingga awal tahun depan.
“Kalau semua daerahnya beres, Maret 2026 kita sudah bisa groundbreaking,” ujar Rosan optimistis.
Rosan menjelaskan bahwa proyek waste to energy ini akan mengadaptasi teknologi termutakhir yang telah sukses digunakan di China, Jepang, dan Singapura.
Menariknya, sistem baru ini tak memerlukan pemisahan manual sampah, sehingga bisa langsung memproses semua jenis limbah, termasuk sampah lama di TPA seperti Bantar Gebang yang menampung sekitar 55 juta ton.