"Makanya sebagian dari mal itu harusnya bisa dikonversikan fungsinya tidak hanya sekedar untuk berjualan, tapi juga salah satu untuk showroom atau apa gitu ya, itu satu kalau dari segi pembelanjaan," katanya.
"Nah yang kedua adalah gaya hidup. Jadi orang lebih banyak menggunakan mall itu sekarang kan untuk hangout kan, untuk berkumpul, untuk bikin meeting point atau bikin kegiatan-kegiatan yang merupakan lifestyle mereka atau gaya hidup gitu lah. Nah itu yang harus segera dikerjakan atau dilakukan perubahan untuk mall-mall yang sekarang ini sebagian sudah merosot gitu lah," sambungnya.
Dorongan konversi ini bukan tanpa alasan. Kebutuhan masyarakat urban telah bergeser. Mereka tidak hanya butuh tempat belanja, tapi tempat untuk hidup, bekerja, dan beraktivitas dalam satu kawasan terintegrasi.
Beberapa opsi konversi yang kini gencar dibahas meliputi:
BACA JUGA:Pengusaha Ritel di Mal Keluhkan Fenomena Rojali dan Rohana, Apa Sebabnya?
1. Residensial: Mengubah sebagian besar ruang menjadi apartemen atau hunian vertikal. Lokasi mal yang strategis seringkali sangat ideal untuk tempat tinggal.
2. Perkantoran: Menjadikannya co-working space (ruang kerja bersama) modern atau kantor sewa yang fleksibel, memanfaatkan area parkir yang luas dan aksesibilitas yang mudah.
3. Fasilitas Pendidikan: Beberapa mal di luar negeri sukses diubah menjadi kampus universitas atau sekolah vokasi.
4. Pusat Kesehatan: Kebutuhan akan wellness center atau klinik dan rumah sakit khusus juga menjadi opsi yang menjanjikan.
Tentu saja, perjalanan konversi ini tidak mudah. Pengembang dihadapkan pada tantangan besar, mulai dari biaya renovasi struktural yang mahal hingga kerumitan perizinan dan perubahan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) di masing-masing daerah.
Namun, REI menegaskan bahwa ini adalah langkah yang harus diambil. Diam dan menunggu keajaiban bukanlah pilihan di tengah gempuran digital yang tak kenal ampun.
Kini, masa depan mal bukan lagi soal jualan, tapi soal bagaimana ia tetap menjadi bagian dari kehidupan.
Reporter: Anisha Aprilia, Hasyim Ashari, Bianca Chairunnisa