Ketika Mal Sepi Dihuni Rojali dan Rohana, Mati Suri di Tengah Gemerlap Kota

Senin 03-11-2025,07:00 WIB
Reporter : Tim Redaksi Disway
Editor : Marieska Harya Virdhani

Alfonsus menjelaskan, fungsi utama pusat perbelanjaan sejak lama sudah tidak lagi sekadar sebagai tempat belanja, terutama di kota-kota besar. Mal, katanya, kini dituntut menghadirkan nilai tambah selain transaksi ritel.

“Jika pusat perbelanjaan hanya mengedepankan fungsi belanja maka akan langsung berhadapan dengan e-commerce,” tuturnya.

Ia mengatakan pascapandemi COVID-19 terjadi perubahan perilaku. Saat pembatasan dicabut, yang pertama dicari masyarakat bukanlah aktivitas belanja, melainkan kebutuhan bersosialisasi secara langsung setelah tiga tahun terbatas.

“Selama pandemi, keperluan belanja sudah tergantikan oleh e-commerce. Setelah PPKM dicabut, masyarakat mencari interaksi sosial yang dilarang sebelumnya. Pusat perbelanjaan menjadi salah satu fasilitas publik untuk itu,” katanya.

Karena itu, ia menilai mal harus mampu menyediakan ruang dan fasilitas interaksi sosial agar tetap relevan dan tidak ditinggalkan pelanggan.

Bentuknya bisa berupa area publik, ruang komunal, fasilitas rekreasi, hingga bauran tenant yang mendukung gaya hidup.

“Pusat perbelanjaan harus memberikan journey atau experience kepada pelanggan, bukan hanya fungsi belanja,” ujarnya.

Menurutnya, keterbatasan fasilitas publik seperti taman dan area rekreasi di Indonesia membuat pusat perbelanjaan menjadi alternatif tempat bermain, bersosialisasi, dan mencari hiburan. Ia menyebut fungsi mal akan terus berubah mengikuti dinamika gaya hidup.

“Sebagai respons atas perubahan pascapandemi, pusat perbelanjaan harus dapat menjadi social connection hub. Budaya masyarakat Indonesia yang senang berkumpul menjadikan fasilitas sosial sebagai kebutuhan, dan mal harus menjawab kebutuhan itu,” kata Alfonsus.

BACA JUGA:Mensesneg: Istilah 'Rojali dan Rohana' Jadi Lecutan untuk Pemerintah Benahi Ekonomi

Lippo Mall Tetap Pede dan Bersolek

Meski daya beli melemah, mal lain terus berjuang meningkatkan jumlah pengunjung yang membeli barang-barang tenant, Lippo Mall tetap bersolek dengan berbagai program dan percaya diri untuk terus meraup pendapatan.  

Corporate Public Relations (PR) Lippo Mall Nusantara (LMN) Nidia Ichsan mengatakan bahwa secara keseluruhan, tren kunjungan di sejumlah mal Lippo menunjukkan variasi performa yang wajar dalam periode 6–12 bulan terakhir.

"Beberapa mal memang mengalami fluktuasi trafik, terutama di lokasi yang saat ini sedang berada dalam tahap rekonsep, renovasi, atau reposisi tenant mix sebagai bagian dari strategi pengembangan jangka panjang Lippo Malls Indonesia," kata Nidia.

Ia menyebut renovasi itu dilakukan untuk menyesuaikan karakteristik pengunjung di wilayahnya masing-masing.

"Perubahan sementara ini merupakan bagian dari proses penyesuaian agar setiap mal dapat lebih relevan dengan kebutuhan pasar dan karakteristik pengunjung di wilayahnya masing-masing," ujar Nidia.

Untuk mempertahankan trafik pengunjung, Nidia mengatakan pihak manajemen Lippo Mall tetap melakukan menyediakan proses digitalisasi.

Kategori :