Meski tampil baik, sinarnya belum cukup mencuri perhatian media besar.
Ia kemudian mengambil langkah berani hijrah ke Lecce di Serie B Italia.
Namun, di sanalah segalanya mulai sulit.
Serie B bukan liga untuk pemain yang berpikir terlalu elegan, ia keras, cepat, dan penuh kontak fisik.
Gaya permainan Thom Haye yang taktis dan sabar justru membuatnya kesulitan menembus tim utama.
Ia lebih banyak duduk di bangku cadangan, dan akhirnya kembali ke Belanda.
Ia sempat memperkuat ADO Den Haag, lalu turun kasta ke NAC Breda.
BACA JUGA:Bukan Shin Tae-yong Lagi! Erick Thohir Siapkan 5 Sosok Misterius untuk Latih Timnas Indonesia
Bagi sebagian pemain, itu tanda akhir karier. Tapi bagi Thom Haye, justru di sanalah titik balik terjadi.
Lahirnya Julukan “The Professor”
Di Breda, tanpa tekanan besar atau sorotan media, Haye menemukan kebebasan bermainnya lagi.
Ia menjadi kapten, pemimpin, dan otak permainan tim.
Gaya mainnya yang penuh ketenangan, efisiensi, dan presisi membuat fans menjulukinya The Professor karena setiap laga terasa seperti pelajaran sepak bola yang elegan.
BACA JUGA:Ketika Cristiano Ronaldo Menolak Tunduk: Respons CR7 atas Klaim Rooney soal Lionel Messi