Pahlawan Baru di Zaman Ilmu

Jumat 07-11-2025,09:09 WIB
Oleh: Prof. Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D

Kampus agama dan pesantren harus bersinergi membentuk ekosistem keilmuan yang berdaya dan berkeadilan.

Sinergi itu bukan proyek seremonial, melainkan jalan panjang peradaban.

Karena masa depan bangsa tidak ditentukan oleh seberapa banyak gedung yang dibangun, tetapi seberapa banyak nilai yang ditanami.

Refleksi Hari Pahlawan

Hari Pahlawan bukan hanya hari untuk mengenang, tapi untuk melanjutkan keberanian.

Dulu, para pejuang pertempuran di Surabaya; kini, para santri dan akademisi bertempur di ruang-ruang belajar, di laboratorium, dan di dunia digital.

BACA JUGA:Diplomasi Presiden Prabowo

BACA JUGA:Menghormati Ulama: Tradisi Sahabat Nabi, Tabiin, Tabiin-Tabiin dan Salafu Shalih

Bedanya hanya alat; semangatnya tetap sama: cinta tanah air yang lahir dari iman.

Pahlawan sejati tidak selalu berangkat dari barak militer. Bisa jadi mereka berasal dari ma'had, madrasah, atau pesantren,  tempat di mana keberanian moral dipraktikkan, dan dijadikan contoh etika hidup.

Seperti yang dikatakan Rumi, “Barangsiapa menyalakan lilin ilmu di tengah gelapnya zaman, dialah pahlawan sejati.”

Maka Hari Pahlawan tahun ini hendak kita rayakan bukan dengan nostalgia, tapi dengan komitmen baru: meneruskan jihad keilmuan, memperkuat pesantren sebagai benteng moral bangsa, dan menegakkan keadilan pengetahuan bagi seluruh anak negeri.

Bangsa ini tidak akan kehabisan pahlawan selama masih ada guru yang ikhlas mengajar, santri yang tekun belajar, dan ulama yang menjaga hati nurani.

BACA JUGA:Menghormati Kiai dan Asatid: Warisan Akhlak dan Etika dari Rasulullah

BACA JUGA:Etika Publik dan Krisis Kepercayaan

Dari ruang-ruang pesantren, dari kelas-kelas kampus, lahirlah pahlawan-pahlawan baru, bukan yang mampu membunuh, namun yang berjuang untuk menghidupkan martabat manusia.

Kategori :