Pahlawan Baru di Zaman Ilmu

Jumat 07-11-2025,09:09 WIB
Oleh: Prof. Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D

JAKARTA, DISWAY.ID -- Ketika kita memperingati Hari Pahlawan 10 November, pikiran kita sering melayang pada suara bedil dan dentum meriam, simbol kepahlawanan fisik di masa lalu.

Namun, di tengah dunia yang kian digital, bentuk kepahlawanan berubah: bukan lagi mengangkat senjata, melainkan mengangkat martabat manusia melalui ilmu dan adab.

Dalam konteks inilah, pesantren menduduki posisi strategis. Lembaga yang lahir dari tradisi ulama dan masyarakat ini telah melahirkan ribuan pejuang, dari KH Hasyim Asy'ari hingga KH Ahmad Dahlan, dari pahlawan kemerdekaan hingga pendidik di pelosok negeri.

BACA JUGA:Gelombang Suksesi: Mencari Talenta yang Tepat untuk Mencapai Keberlanjutan

BACA JUGA:Tiga Kelebihan Bauran BBM dengan Etanol

Mereka semua berjuang dengan satu semangat: membebaskan manusia dari kemiskinan dan kemiskinan batin.

Konferensi tahunan Majelis Masyayikh di Jakarta minggu ini menjadi pengingat penting: bahwa rekognisi, afirmasi, dan fasilitasi terhadap pesantren bukanlah kemurahan negara, tapi pengakuan terhadap jasa kepahlawanan peradaban.

Pesantren bukan warisan masa lalu yang harus disimpan di museum kaca, tetapi modal sosial bangsa untuk masa depan.

Rekognisi Sebagai Perjuangan

Profesi pahlawan di masa kini tidak selalu berlumur darah, tapi bisa berlumur keringat intelektual.

BACA JUGA:Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia

BACA JUGA:Memperkuat Ketahanan Komunitas

Di masa lalu, pesantren menjadi benteng perjuangan spiritual; kini ia menjadi laboratorium sosial untuk membentuk karakter bangsa. Namun perjuangan baru muncul dalam bentuk lain: rekognisi akademik dan kesetaraan saling pendidikan.

Melalui berbagai kebijakan afirmatif, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mendorong agar kompetensi santri diakui secara akademik.

Langkah-langkah itu mencakup: ekuivalensi kitab dan ilmu pesantren agar diakui sebagai bagian dari prestasi akademik; jalur afirmatif Jalur Prestasi Santri untuk memberi kesempatan luas kepada lulusan pesantren; dan program bridging dan transfer kredit agar santri dapat mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kerangka nilai-nilai keislaman.

Kategori :