bannerultah1tahun

Memperkuat Ketahanan Komunitas

Memperkuat Ketahanan Komunitas

Ace Hasan Syadzily: Situasi geopolitik dunia yang diwarnai persaingan kekuatan besar bukan sekadar berwujud perlombaan senjata atau perebutan pengaruh politik, tetapi juga mencakup kompetisi sumber daya strategis, akses energi, pangan, dan teknologi mutak-dok disway-

JAKARTA, DISWAY.ID - Dunia hari ini berada pada pusaran arus perubahan yang amat cepat dan kompleks.

Situasi geopolitik dunia yang diwarnai persaingan kekuatan besar bukan sekadar berwujud perlombaan senjata atau perebutan pengaruh politik, tetapi juga mencakup kompetisi sumber daya strategis, akses energi, pangan, dan teknologi mutakhir. 

Krisis iklim yang kian nyata menambah dimensi ancaman baru, sementara disrupsi teknologi, terutama kecerdasan buatan dan perang siber, mengguncang tatanan internasional dan tentu berdampak pada masyarakat pada akar rumput karena dipastikan saat ini . 

Perang informasi menjadi senjata utama dalam memengaruhi opini publik, menggerus kebenaran, dan menciptakan polarisasi yang mendalam.

Fenomena globalisasi yang awalnya diyakini membawa integrasi, perdamaian, dan kemajuan, kini justru melahirkan fragmentasi sosial, intoleransi, bahkan ekstremisme transnasional yang bergerak lintas batas negara, memanfaatkan jaringan digital dan kerentanan sosial.

BACA JUGA:Cuaca Ekstrem DKI Jakarta Hari Senin 3 November 2025: Warga Jaksel, Jaktim, dan Jakbar Diminta Waspada

BACA JUGA:Prosesi Adat Sakral, 5 Rangkaian Pemakaman Susuhunan PB XIII dari Solo Menuju Imogiri Yogyakarta

Fenomena polarisasi, fragmentasi dan kekerasan banyak dinilai sebagai pengaruh dan dampak dari penggunaan teknologi informasi yang salah kaprah.

Disrupsi teknologi digunakan menjadi instrumen bagi meluasnya jaringan ekstremisme kekerasan yang melintasi batas negara dan komunitas. Bahkan memasuki ruang personal yang sulit untuk dikendalikan. 

Dalam sebuah seminar yang diselenggarakan Center for Study and Religion Center (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah, 30 Oktober 2025, saya menyampaikan pentingnya kita mendorong kontra narasi terhadap polarisasi, fragmentasi dan kekerasan yang berbasis komunitas.  

Tentu akar masalahnya tidaklah bersifat tunggal. Namun, saya menilai bahwa terutama masalah kekerasan tidak boleh dilihat hanya sebagai permasalahan teologis atau ideologis yang sempit.

Ia lahir dari akumulasi ketidakadilan sosial yang dibiarkan membusuk, eksklusi politik yang menyingkirkan kelompok tertentu dari ruang partisipasi, serta ketimpangan ekonomi yang melebar antara pusat dan pinggiran. 

BACA JUGA:Janice Tjen Akhiri Puasa Gelar 23 Tahun Tenis Indonesia, Juara Chennai Open dan Melesat ke Peringkat 53 Dunia

BACA JUGA:Tabel Angsuran KUR BCA Terbaru November 2025 Pinjaman Rp500 Juta, Cek Syarat Pengajuannya

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads