bannerdiswayaward

Memperkuat Ketahanan Komunitas

Memperkuat Ketahanan Komunitas

Ace Hasan Syadzily: RI Jiwa kepahlawanan harus terus kita nyalakan dalam hati sanubari kita yang menyertai semangat nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan.-dok disway-

BACA JUGA:Beras Befood Resmi Dijual, Ini Perbedaan Utama dengan SPHP dari Bulog!

BACA JUGA:Jaga Pasokan Energi untuk Masyarakat, Pertamina Patra Niaga Penuhi Permintaan Pasokan BBM Untuk SPBU BP-AKR

Salah satu contoh yang nilai luhur yang mendarah daging dalam masyarakat Sunda yang hingga saat ini merupakan terhadap kearifan yang harus terus dijaga adalah prinsip silih asah, silih asuh dan silih asih.

Filosofi ini mengajarkan pentingnya saling mengasah, yang berarti berbagi ilmu pengetahuan dan keterampilan agar dapat meningkatkan kualitas diri dan orang lain agar lebih baik.

Saling mengasihi, artinya dalam kehidupan sosial kita dituntut untuk menebarkan kasih sayang antar sesama agar tercipta harmoni.

Sementara saling mengasuh, kita dituntut untuk saling membina dan mengayomi antara satu dengan yang lainnya. Nilai-nilai inilah yang akan mendorong masyarakat Sunda untuk hidup rukun dan harmonis. 

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, nilai-nilai luhur warisan kearifan lokal ini tergerus dan terlupakan.

Proses pendidikan nilai dan karakter kerapkali tidak menyentuh secara holistik terhadap internalisasi nilai-nilai dalam praktek kehidupan sosial masyarakat kita.

BACA JUGA:Dari Kopi untuk Negeri: Roemah Koffie dan Yayasan JHL Merah Putih Kasih Cetak Seribu Sarjana Pertanian

BACA JUGA:Heboh IKN Disebut 'KOTA HANTU' oleh Media Asing, DPR Dorong OIKN Laporkan Progres

Ketahanan komunitas yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal tidak lagi menjadi tradisi yang diajarkan, baik dalam bangku pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. 

Komunitas dalam masyarakat tercerai berai dengan imaginasi nilai yang didapatkan secara bebas, terutama dalam ruang digital yang ditafsirkan sendiri dan tidak disertai keteladanan dalam komunitas itu.

Sehingga komunitas itu mudah tercerai-berai oleh provokasi ekstremisme, fragmentasi dan polarisasi sosial. 

Dalam konteks kekerasan, di tengah derasnya arus digitalisasi, propaganda radikal terbukti mampu menjangkau individu, bahkan mencetak “lone wolf terrorism” yang berbahaya.

Fenomena ini merongrong kepercayaan publik terhadap merenggangnya kohesivitas sosial dalam suatu masyarakat.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads