Saat terjadi pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu, kita belajar mengalami semacam “stres uji massal”.
BACA JUGA:Gelombang Suksesi: Mencari Talenta yang Tepat untuk Mencapai Keberlanjutan
BACA JUGA:Tiga Kelebihan Bauran BBM dengan Etanol
Dimana tekanan ekonomi, rasa takut tertular, kehilangan orang terdekat, pembatasan sosial yang memutus ruang interaksi, membuat masalah kesehatan mental mengemuka dengan wajah yang lebih telanjang.
Sehingga gangguan kecemasan, stres akut, dan depresi bukan lagi cerita di buku teks, melainkan pengalaman banyak keluarga.
Di sisi lain, kita menyaksikan menguatnya fenomena self-harm di kalangan remaja, penyalahgunaan zat, hingga perilaku ekstrem yang kerap berakar pada frustrasi sosial dan tekanan mental yang tidak tertangani dengan sehat.
Di dunia kerja, gejala burnout menggerogoti produktivitas dan loyalitas SDM, baik di sektor publik maupun swasta (Maslach & Leiter, 2016).
Fakta-fakta ini kemudian, seharusnya menjadi alarm keras bagi semua pihak. Bahwa kesehatan mental bukan lagi isu pribadi yang bisa diserahkan pada “urusan masing-masing”.
Ia kini menjadi isu publik, isu sosial, bahkan isu strategis bangsa. Ketika kesehatan mental terganggu secara luas, maka fondasi ketahanan nasional ikut rapuh.
BACA JUGA:Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia
BACA JUGA:Memperkuat Ketahanan Komunitas
Kondisi ini menegaskan situasi saat ini yang terus bergerak dengan kecepatan yang sering kali melampaui kemampuan nalar biasa. Istilah VUCA (volatile, uncertain, complex, ambiguous) untuk menggambarkan situasi yang serba tidak stabil dan sulit diprediksi.
Bahkan sudah mengarah pada ke fase baru, yang disebut para analis sebagai era BANI (brittle, anxious, non-linear, incomprehensible) yakni dunia yang rapuh, cemas, tidak linier, dan kerap sulit dipahami.
Lanskap seperti ini tak bisa dikesampingkan karena terkait daya tahan warga negara kita.
Ketahanan individu bangsa kita harus teruji di tengah situasi yang penuh ketidakpastian ini.
Ada satu dimensi yang sering luput, padahal itu menjadi penentu bagi sebuah bangsa agar terus tegak berdiri, atau justru runtuh dari dalam, yaitu kesehatan mental warga negaranya.