JAKARTA, DISWAY.ID - Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya merespons soal riak-riak sejumlah kader NU yang menginginkan dirinya mundur.
Gus Yahya diprotes lantaran kedekatannya dengan zionis Israel bahkan sampai disebut-sebut dalam risalah Rapat Harian Syuriah PBNU.
BACA JUGA:Tekan Emisi Udara, BYD dan Beyond Tanam Ratusan Mangrove, Serap 10.000 Kg Emisi Pertahun
BACA JUGA:Dasco Serahkan Dokumen dan Laporan dari Daerah ke Presiden Prabowo
Meski begitu, dirinya membantah dan mengeklaim apa yang dilakukannya itu demi Palestina dan tak pernah membela Israel.
"Saya itu tahun 2018 sudah pernah pergi ke Israel, saya bertemu Netanyahu (Perdana Menteri Israel), Presiden Israel, saya bertemu juga dengan berbagai elemen di sana di dalam berbagai forum tahun 2018," kata Gus Yahya dalam keterangannya, Minggu, 23 November 2025.
Kakak eks Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas itu merasa heran atas isu hubungannya dengan Israel yang dinilai dibesar-besarkan. Yahya menilai isu ini cenderung menyerangnya agar tak dipilih lagi dalam muktamar.
BACA JUGA:Ramai Narasi Gus Yahya Ditekan Mundur dari Ketum PBNU, Isu Pusaran Tambang dan Israel Jadi Pemicu
"Pada tahun 2021, Muktamar (NU), cabang-cabang dan PWNU milih saya. Mereka sudah tahu saya sudah pernah ke Israel, saya bertemu Netanyahu, mereka memilih saya (menjadi Ketum PBNU)," tambahnya.
Kunjungan ke Israel Diizinkan PBNU
Gus Yahya menambahkan, kunjungannya ke Israel pada 2018 lalu itu disebut sebagai komitmen dalam membela Palestina. Bahkan kunjungannya kala itu telah diketahui oleh para pengurus NU di daerah.
"Kenapa? Mereka tahu dan sampeyan bisa lihat juga di berbagai unggahan di internet apa yang saya lakukan di Israel pada waktu di Yerusalem pada saat waktu itu. Oh saya terang-terangan dan tegas di berbagai forum di Yerusalem bahkan di depan Netanyahu bahwa saya datang ke sini demi Palestina. Itu saya nyatakan di semua kesempatan dan saya nggak akan pernah berhenti dengan posisi itu apa pun yang terjadi," tandasnya.
Seperti diketahui, risalah Rapat Harian Syuriah PBNU ramai beredar. Dalam risalah itu, berisi keputusan Rais Aam dan Wakil Rais Aam PBNU yang meminta Yahya Cholil Staquf mengundurkan diri dari jabatan Ketum PBNU.