Kemenkes Ungkap 12,7 Persen Warga Indonesia Idap Depresi, Hanya 0,7 Persen Cari Bantuan

Senin 24-11-2025,14:51 WIB
Reporter : Hasyim Ashari
Editor : M. Ichsan

JAKARTA, DISWAY.ID-- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyoroti data mengkhawatirkan mengenai kesehatan mental di Indonesia.

Direktorat Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan, Yunita Arihandayani mengatakan berdasarkan riset terbaru, Kemenkes mengungkapkan bahwa sekitar 12,7 persen populasi Indonesia diperkirakan mengidap depresi. Angka ini mencakup berbagai tingkat keparahan depresi.

BACA JUGA:Pertamina Eco RunFest 2025, Melangkah Tanpa Batas untuk Sahabat Disabilitas

BACA JUGA:Pogback! Paul Pogba Disambut Tepuk Tangan Meriah di Laga Rennes vs Monaco Usai Absen 811 Hari

Namun, yang menjadi perhatian serius adalah rendahnya kesadaran untuk mencari bantuan profesional.

Dari 12,7 persen warga yang menderita depresi, hanya sekitar 0,7 persen yang dilaporkan mengakses layanan pengobatan atau mencari pertolongan dari fasilitas kesehatan.

"Hanya 0,7 persen orang dengan gangguan cemas mencari pengobatan, sementara untuk pasien depresi jumlahnya 12,7 persen," ujar Yunita, Minggu 23 November 2025.

Kesenjangan Besar dalam Akses Layanan

Yunita Arihandayani menyatakan bahwa kesenjangan yang lebar antara jumlah penderita dengan yang mencari pengobatan ini mengindikasikan adanya beban masalah kesehatan mental yang tersembunyi di masyarakat.

BACA JUGA:Vinicius Jr Terancam Menganggur, Minta Negosiasi Gaji Fantastis di Real Madrid Mandek

BACA JUGA:Riwayat Pendidikan Insanul Fahmi yang Diduga Selingkuh dengan Inara Rusli, Kini Jadi Pengusaha Muda

Faktor-faktor utama yang diduga menjadi penghalang bagi warga untuk mencari pengobatan antara lain:

1. Stigma Sosial: Rasa malu dan takut dicap negatif (stigma) masih menjadi penghalang terbesar. Banyak orang memilih menyembunyikan kondisi mentalnya.

"Seseorang tidak mencari pengobatan ke ahlinya, seperti psikolog atau psikiater, takut dibilang ODGJ (orang dengan gangguan jiwa). Misalnya, sering dibilang orang yang sedih terus, orang yang enggak punya semangat, dibilang kurang kuat iman,” jelas Yunita.

2. Aksesibilitas: Terbatasnya jumlah psikolog dan psikiater, terutama di daerah luar Jawa dan kota besar.

Kategori :