JAKARTA, DISWAY.ID - Daewoong Pharmaceutical Indonesia (DPI) resmi memperkenalkan terapi dislipidemia melalui peluncuran obat kombinasi tetap Ezetimibe dan Rosuvastatin di Indonesia.
Kombinasi ini dirancang untuk memberikan penanganan kolesterol yang lebih efektif dengan pendekatan mekanisme ganda.
Obat ini bekerja melalui dua mekanisme yakni Rosuvastatin menghambat produksi kolesterol di hati, sedangkan Ezetimibe mencegah penyerapan kolesterol di usus halus.
BACA JUGA:Daewoong Pharmaceutical Indonesia Raih Sertifikasi CPOB untuk Produksi Terapi Sel
Kolaborasi dua mekanisme tersebut terbukti mampu menurunkan kadar LDL-C (low-density lipoprotein cholesterol) lebih signifikan meskipun dengan dosis rendah, jika dibandingkan penggunaan statin tunggal.
Untuk memenuhi kebutuhan terapi yang lebih presisi, Daewoong menghadirkan tiga varian dosis, yakni 10/5 mg, 10/10 mg, dan 10/20 mg.
Peluncuran obat ini dibarengi dengan simposium ilmiah bersama Perkumpulan Kardiologi Indonesia (PERKI) di JW Marriott Hotel Jakarta.
Acara tersebut dihadiri lebih dari 200 dokter spesialis jantung se-Indonesia, termasuk dr. Ade Meidian Ambari, SpJP(K), PhD selaku Ketua PERKI, Prof. Kang Seok Min, MD., Ph.D., Ketua Korean Society of Cardiology, dan Prof. Won Ho Youn, MD., Ph.D. dari Chung-Ang University Hospital.
Dengan mengangkat tema “Future Perspectives on Dual-Pathway Strategies in Cardiovascular Risk Reduction”, para pakar memaparkan perkembangan terkini mengenai terapi kombinasi dan bukti ilmiah yang mendukung efektivitasnya dalam menurunkan risiko kardiovaskular.
BACA JUGA:Kabar Gembira Penderita GERD, Daewoong Ciptakan Terobosan Inovasi Obat Fexuprazan
Dalam sambutannya, Baik In Hyun, Head of Indonesia Business Division sekaligus Direktur DPI, ungkap bahwa peluncuran ini merupakan bentuk komitmen perusahaan untuk menghadirkan terapi yang telah teruji secara ilmiah.
“Kami berupaya meningkatkan kualitas hidup pasien melalui kolaborasi erat dengan para tenaga kesehatan,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa DPI akan terus memperluas portofolio terapi inovatif untuk diabetes, hipertensi, dan gagal jantung, serta memperkuat kerja sama riset dengan PERKI dan para ahli dari Indonesia maupun Korea Selatan.
Salah satu sorotan utama simposium adalah urgensi menurunkan kadar LDL-C secara lebih cepat dan agresif guna mencegah kejadian kardiovaskular.
Ketua PERKI, dr. Ade, mengungkapkan bahwa lebih dari 80% pasien penyakit jantung koroner di Indonesia belum mencapai target LDL-C 70 mg/dL, dan hanya 8,5% yang mencapai target untuk kategori risiko sangat tinggi, yakni 55 mg/dL.