Internet Rp100 Ribu: Antara Harapan Warkop Menteng, Bisikan Kos Palmerah dan Gamang Sang Raksasa

Selasa 23-12-2025,09:30 WIB
Reporter : Khomsurijal W
Editor : Khomsurijal W

BACA JUGA:Internet Rakyat Rp100 Ribu: Janji Kecepatan Langit, Tapi Sosialisasi Masih Seperti Angin

Bergeser ke arah Barat Jakarta, tepatnya di Palmerah Barat, Alamsyah menghadapi tantangan serupa. Sebagai pemilik rumah indekos dua lantai, ia tahu betul bahwa pertanyaan pertama calon penghuni bukan lagi "airnya lancar?" melainkan "WiFi-nya kencang?".

Alamsyah sudah lima tahun setia dengan paket 50 Mbps. Biayanya Rp370 ribu per bulan. Untuk 10 penghuni yang rata-rata orang kantoran, kecepatan itu pas-pasan. "Cukup untuk streaming atau nonton di lebih dari dua perangkat," akunya.

Namun, angka Rp370 ribu itu tetap saja angka yang mengganjal di pembukuan. Ketika narasi Internet Rakyat Rp100 ribu dengan kecepatan dua kali lipat (100 Mbps) sampai ke telinganya, Alamsyah langsung pasang telinga. Baginya, ini bukan soal kompetisi, tapi soal efisiensi bisnis properti kelas menengah.

Sang Raksasa Masih Gamang?

Di tengah antusiasme Ujang dan Alamsyah, ada sebuah tanda tanya besar yang menggantung di menara-menara BTS. Bagaimana nasib para raksasa provider swasta dan BUMN jika "Internet Rakyat" ini benar-benar menyapu pasar dengan harga yang sangat miring?


Kafe hingga warkop kini menyediakan wifi untuk kebutuhan internet pelanggan-Cahyono-

Telkomsel, sebagai pemimpin pasar, berada di posisi yang dilematis. Di satu sisi, mereka adalah perpanjangan tangan negara (lewat Telkom). Di sisi lain, mereka adalah entitas bisnis yang mencari profit.

Program Internet Rakyat Rp100 ribu jelas-jelas menabrak skema harga paket komersial mereka yang rata-rata berada di angka Rp300 ribu ke atas untuk kecepatan yang setara.

Tim Bisik Disway mencoba menelusuri sikap sang raksasa. Sejak Jumat, 19 Desember 2025, sudah menghubungi Vice President Corporate Communications & CSR Telkomsel, Abdullah Fahmi melalui 0838-1367-XXXX. Komunikasi Fahmi minta dialihkan ke stafnya, Ipoenk di 0812-9832-XXXX.

Namun, hingga Senin, 22 Desember 2025, jawaban yang muncul hanyalah baris kalimat pendek yang menunjukkan kegamangan: "Maaf mas, masih belum ready (jawabannya)," tulis Ipoenk melalui pesan singkat.

Ketidaksiapan jawaban ini memicu spekulasi. Apakah Telkomsel sedang menghitung potensi kerugian? Ataukah mereka sedang melakukan lobi-lobi agar program ini tidak menjadi "kanibal" bagi produk mereka sendiri? Bagaimanapun, Internet Rakyat adalah ancaman bagi revenue industri telekomunikasi yang selama ini menikmati margin besar dari ketergantungan digital masyarakat.

Public Service atau Bisnis Terselubung?

Tantangan Program Internet Rakyat rupanya tidak hanya datang dari sisi persaingan bisnis, tetapi juga dari sisi kebijakan. Pengamat Kebijakan Publik, Trubus Rahardian, memberikan peringatan keras.

Baginya, program ini adalah barang bagus, tapi sangat rawan disalahgunakan jika regulasinya tidak "berdarah-darah" jelasnya.

Trubus menilai, pemerintah harus memiliki posisi yang tegas: ini untuk pelayanan rakyat atau untuk mencari cuan dengan cara baru?

Kategori :