Ofo yang bangkrut itu ternyata kini masuk Indonesia. Dalam bentuk sepeda bekas. Begitu banyak penawaran di internet. Dari Batam. Dari Medan. Juga dari Jakarta.
Penawaran itu terang-terangan menyebutkan: sepeda Ofo. Tanpa penjelasan apa itu Ofo. Setelah saya perhatikan itu memang bener-bener sepeda Ofo. Warnanya. Tulisannya. Sama. Dengan yang ada di Tiongkok. Lihatlah copy penawaran itu. Yang saya sertakan di tulisan ini.
Rupanya itu sebagai usaha penyelamatan. Dari pada tidak dibayar. Pabrik yang memproduksi sepeda Ofo menarik sepeda mereka. Dari jalan-jalan raya. Setelah Ofo dinyatakan bangkrut.
Tagihan itu terlalu berat bagi Ofo. Dari satu pabrik saja mencapai hampir Rp 1 triliun. Yang di Tianjin itu. Belum tagihan dari pabrik yang di Shanghai.
Ofo benar-benar jatuh. Bersama pemiliknya yang masih sangat muda itu: Dai Wei.
"Jatuhlah selagi masih sangat muda. Agar mudah bangkit".
Begitu sering saya mengatakan. Di kuliah-kuliah umum. Di bidang kewirausahaan.
Ke depan saya harus memperbaiki kalimat itu. Dengan satu tambahan anak kalimat: "Tapi jangan seperti Ofo. Jangan seperti Dai Wei".
Dai Wei memang masih berumur 28 tahun. Ketika perusahaan yang didirikannya itu bangkrut. Tapi kejatuhan Ofo terlalu dalam. Untuk ukuran bukan anak muda pun.
Saya tidak tahu apakah Ofo masih bisa bangkit lagi. Apakah Dai Wei masih sempat bangun lagi. Dari hukumannya yang terlalu berat saat ini. Kalau hanya tidak boleh main golf masih bisa tahan. Tapi Dai Wei sampai dilarang naik pesawat dan kereta cepat. Juga tidak boleh tinggal di hotel berbintang. Dilarang makan di restoran.
Jalan untuk bangkit rasanya sudah begitu sulit. Dua investor besarnya kini sudah menjadi saingannya. Alibaba sudah punya sepeda sharing sendiri: Alipay. Perusahaan taxi terbesar di Tiongkok, Didi, juga sudah punya sepeda Didi.
Sepeda Didi.
Pun yang bukan investornya. Raksasa Tencent sudah punya sepeda sharing sendiri.
Kelemahan utama Ofo rupanya ini: Ofo adalah perusahaan independen. Tidak masuk dalam satu grup perusahaan keuangan mana pun.
Kehadiran Alibaba di Ofo terbatas sebagai investor. Demikian juga Didi. Tidak ada ikatan saham. Atau keterlibatan manajemen. Dana yang dimasukkan Alibaba begitu besar (lihat DI's Way: Ofo Dai Wei) tapi tidak bisa ikut mengatur Ofo. Demikian juga Didi (baca: ti ti). Yang punya kemampuan manajemen hebat di bidang transportasi. Sampai Uber pun menyerah kepada Didi. Tidak ada lagi Uber di Tiongkok. Tetap saja Didi tidak bisa ikut mengatur Ofo.
Sampai akhirnya Ofo kehabisan nafas. Alibaba dan Didi tidak mau lagi menambah uang. Konon Alibaba dan Didi sudah tidak percaya lagi pada manajemen Dai Wei. Yang begitu agresif. Yang begitu boros. Yang begitu egois: ingin tetap mendapat uang tapi tidak mau dicampuri.
Mungkin Ofo akan selamat kalau Dai Wei mau realistis: menyerahkan manajemen Ofo ke Alibaba atau Didi.
Akhirnya Alibaba bikin perusahaan sepeda sharing sendiri. Sudah terlanjur begitu besar uang yang dihabiskan di Ofo. Demikian juga Didi.
Kini persewaan sepeda di Tiongkok lebih sederhana. Penyewa tidak perlu lagi mendepositokan uang. Tidak seperti zaman Ofo.
Penyewa sepeda Alibaba, misalnya, mengapa tidak perlu deposito? Karena di HP mereka sudah ada rekening Alipay. Tinggal klik QR yang ada di sepeda Alipay.
Persewaan sepeda lainnya juga belajar dari kegagalan Ofo. Yang tarifnya terlalu murah. Hanya 1 Yuan (Rp 2.000) untuk satu jam. Padahal rata-rata orang naik sepeda maksimum satu jam.
Kini tarif sepeda pasca Ofo adalah 1 Yuan untuk setengah jam.
Waktu itu Ofo memang tidak mengejar pendapatan. Yang dikejar adalah jumlah pengguna Ofo. Kian besar pelanggannya kian tinggi value perusahaannya.
Mencari uangnya kelak saja. Dari pasar modal. Setelah Ofo menjadi sangat sexy.
Saya juga heran mengapa Ofo tidak cepat-cepat go public. Mungkin menunggu value yang maksimum. Sampai benar-benar yang terbesar. Tidak hanya di Tiongkok tapi juga di Asia. Bahkan di Amerika dan Eropa. Sampai jumlah sepedanya mencapai 200 juta. Seperti rencana.
Tentu harus juga menunggu ini: agar value perusahaan melebihi investasi.
Agar hasil go public bisa untuk mengembalikan investasi. Masih tersisa saham untuk ia sendiri --sebagai pemilik dan pendiri perusahaan.
Untuk itu Ofo harus terus membakar uang. Bakar uangnya harus lebih banyak. Juga harus lebih cepat.
Yang dibakar tidak ada lagi.
Pun keburu banyak pesaing.
Momentum go public kian jauh. Yang dikejar terus berlari. Lebih kencang.
Katakanlah nilai Ofo sebelum bangkrut itu Rp 30 triliun. Seperti yang sering dipublikasikan.
Tapi Ofo sudah memakai uang Alibaba, Didi, dan lainnya juga Rp 30 triliun.
Sama-sama Rp 30 triliun kualitasnya berbeda. Yang dari Alibaba dkk itu, yang Rp 30 triliun itu, uang beneran. Sedang Rp 30 triliun nilai perusahaan itu belum tentu segitu nilainya.
Berarti kalau cepat-cepat go public juga belum menghasilkan apa-apa. Katakanlah publik mengakui nilai perusahaan Rp 30 triliun (biasanya jauh di bawah itu). Lalu saham yang di go public kan 60 persen. Hasilnya hanya Rp 20 triliun. Belum cukup untuk menutup investasi. Masih jauh.
Mungkin Dai Wei menunggu dulu. Terus menunggu. Sampai nilai perusahaan mencapai Rp 60 triliun.
Yang ditunggu belum juga datang. Tidak mau datang. Tidak bisa datang.
Yang datang adalah tagihan. Yang bertubi-tubi. Dari segala arah.
Yang juga datang adalah putusan pengadilan. Bahwa Ofo dinyatakan bangkrut. Dai Wei tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Tidak bisa ke mana-mana.
Untung ia di Tiongkok. Yang beginian tidak dimasukkan penjara. Ini hubungan perdata.
Dan beberapa bulan terakhir ini di Hong Kong jarang sekali yg memakai sepeda Ofo dan hampir tidak sepeda ofo yg terparkir di pinggir jalan.
Padahal Tahun 2018 banyak sekali masyarakat yang menggunakan sepeda ofo dan sepeda ofo terparkir di jalanan dengan rapi. Yaa.. tapi banyak juga sepedanya yg rusak, dibuang di sungai dan di lahan2 kosong.Oh, jadi ini alasannya kenapa sepeda ofo jarang terlihat.
Dan kitapun g hanya jadi pasar barang2 gress china. Barang bekas juga masuk ke negeri ini. Seperti halnya dulu baju bekas juga dijual di banyak pasar2 kaget. Entah apa kerna para pedagang itu tahu masih banyak yang mau beli bekasan di sini. Atau kerna mudah masuk maka masukin saja dulu urusan laku kemudian. Dua2 nya bikin saya prihatin.. entah para diswayer yang lain
"Sampai akhirnya Ofo kehabisan nafas."
nafas --> napas
"Lalu saham yang di go public kan 60 persen."
di go public kan --> di-go public-kan
ngapunten...
Tidak semua instruments investment memiliki high value dan appreciated value. Perlu analisa dan pengalaman untuk tau n paham mana downtrend value mana appreciated value.
Untuk negara miskin dan terbelakang tidak pernah diberikan dgn jelas education tentang 2 hal tersebut. Karena keberhasilan n kebanggaan dinilai dari hal2 konsumtif.
Dai wei anak muda yg ambisius, ke pede annya luar biasa tinggi,mungkin inspirasinya pingin jadi alibaba di usia muda,kebanyakan ikut kelas motivasi bisnis kwkwkwk....
--mendadak CEO --
Mr wei yg masih muda dan blm punya pengalaman terkaget mendadak banyak duit. Sehingga dia tdk tau apa yg dia lakukan akhirnya mengikuti kata pembisik disekitarnya.
Apakah kebangkrutan ofo ada kaitanya dng 3 Ta? Selain bakar uang.
Utk memulai bisnis lg Mr Wei bs mencoba menjadi opang di negri fia fallen.
kok saya yakin Dai Wei akan bisa bangkit lagi nanti. Dengan caranya dia. Yang mungkin saja para pakar belum bisa menemukan caranya....yang terperosok terlalu jauh itu....
Tanya bah..
Untuk kasus Dai Wei ini.Adakah alternatif solusi untuk bangkit lagi.Mengingat usianya masih sangat muda.
Alternatif solusinya apa saja bah?Sebagai studi kasus pelajaran berharga.matur suwun abah.
Wahahahaha, pertanyaan nya mungkin nanti jadi agak sukar
umur , jodoh dan maut manusia tdk bisa di prediksi oleh manusia , belum tentu yg muda/28 th akan panjang umur , belum tentu yg tua/ 60 an sebentar lagi di jemput maut . Semoga kita semua yg di sini di beri kesehatan , berkah , di lindungi olehnya & panjang umur olehNYA, Aamiin . Usia hanya sebuah " angka " saja .
Itu sepeda bekas atau limbah?
Dan mengapa negeri via vallen ini masih suka barang bekas luar negeri jika dalam negeri bisa membuat baru dengan harga tidak jauh beda dengan barang bekas dari luar negeri?
Koyok limbah plastik yg buat bahan bakar pabrik tahu.
Wong dibuangi runtah kok malah bayar. Kudune dibayar.
ojo terlalu... ojo terlalu amat sangat agresif banget sekali... ojo rakus... dont be greedy...
ups saya juga nulis nya banyak banget kata yg bersinomim dalam satu kalimat, terlalu= amat= sangat= banget= sekali
Semangatnya manusia untuk terus menerus mengumpulkan harta dan kemewahan dunia adalah tercela jika sampai membuat lalai dari ketaatan dan hati menjadi sibuk dengan dunia daripada akhirat
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048)
Gojek & GRAB Pun melakukan cara "bakar duit" Yang berlebihan, dalam promosi dan subsidi tarif (diskon).
Untungnya kedua startup tersebut bisa bertahan dan mendapatkan tambhan suntikan modal yg kuat.
Dan akhirnya, menemukan niche-niche bisnis yg lbh luas dari sekedar ojek
Gojek & Grab tidak membeli sepeda motornya dari pabrik. Hanya sebatas penyedia Aplikasi. Yang punya sepeda motor si abagn Ojeknya.
klo Ofo ini dia membeli sepeda nya dari dari fabrik. Beda model bisnisnya.
gojek dan grab sekarang bakar2 duit nya masih di ojek dan kadang2 car.. car kalo lagi macet/jam2 tertentu/ rute jarak jauh juga tinggi kok tarif nya... (dari sisi konsumen, kurang tau dari sisi mitra).
mereka ambil nafasnya alias nutupin buat bakar2 duit di food dan jasa lain...
Sebagai pioner, harusnya exist, tetapi Terlalu agresif berinvestasi dan kurang hati2 menjaga cash flow, serta management yang boros, mengakibatkan bangkrut.
jika tidak berani investasi berarti jalan di tempat, juga bisa bangkrut.Harus punya keahlian di bisnis agar bisa survive.Kabar baiknya adalah sebagai folower DIDI dan alibaba juga bisa succes.Ayo belanjar bisnis walau sebagai folower atau menyontoh bisnis orang lain.
Ngapunten nyuwun pirsa Bpk meniko analis yang hueebat memberi pencerahan secerah matahari di mekkah pada musim panas pada suhu 60
"kurang hati2 menjaga cash flow, serta management yang boros"
betul betul betul
Pengusaha muda tetap anak muda. Kurang pengalaman. Tidak bisa dibiarkan independen mutlak. Semua manusia mengalami proses belajar. Perlu guru. Guru terbaik adalah pengalaman. Kalau pengalaman masih miskin, berarti tidak punya guru dong. Makanya bangkrut.
" untung ia di Tiongkok. Yang beginian tidak dimasukkan dipenjara. Ini hubungan perdata"
..hmmm seandainya di sono..
Harusnya Bu Karen tidak dipenjara..
Tapi sayang, di negeri lain..
ya sy teringat ibu itu. org baik yg membuat keputusan salah. seharusnya tdk mengalami nasib seperti itu. bahkan hukumannya jauh lebih berat dari rata2 koruptor yg sengaja maling uang negara.
tp siapakah manusia yg bisa lepas dr kesalahan?
kalau berbuat jahat mungkin iya bisa kita hindari. tp berbuat salah?
tumpukan sepeda warna warni terlihat seperti benang kusut
harga sepeda OFO ukuran roda 26" di toko online bukanbapak harganya Rp 2.200.00,00 ... wow
Sudah ada yg borong buat hadiah kuiz
Tujuan akhir bisnis nya jadi kayak judi.
Tergantung nasib. Tapi sudah keburu bakar uang buat belanja modal yg masif.
Masih lebih aman pemilik startup kendaraan bbm, karena ngandelin utang pribadi pemilik kendaraan. Ga perlu utang ke pabrik. Modal bikin software dan infrastruktur IT saja .
Sangat setuju bah. Yg "beginian" dan "beginian2" yg lainnya harusnya tdk perlu masuk penjara.
Toh dia hanya melakukan kesalahan. Bukan kejahatan. Dia bangkrut krn salah strategi. Bukan krn menggelapkan uang. Tentu dia juga tdk ingin ini terjadi.
Sy berharap. Kelak Dei Wei bisa bangkit lagi. Biarpun tdk setinggi sebelumnya.
Krn dia masih punya kesempatan. Punya potensi. Dan dia masih sangat muda...
Komentar: 89
Silahkan login untuk berkomentar