Jangan Ganggu
--
Hampir seribu orang kumpul. Semua pengusaha. Tionghoa. Di Batu, dekat Malang. Kamis malam, 23 Oktober 2025.
Saya tahu perasaan mereka –dan perasaan pengusaha pada umumnya: ke mana arah pembangunan ekonomi Indonesia ke depan.
Maka ketika saya diminta berbicara di depan mereka gambaran itu saya paparkan. Singkat. Sepengetahuan saya saja –yang bukan orang pemerintah.
Mereka bukan hanya pengusaha. Mereka juga aktivis. Utamanya di bidang sosial. Organisasi mereka disebut "Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia, PSMTI". Saya menjadi bagiannya. Mereka sedang rapat kerja nasional.
Saya tahu: mereka sangat ingin Indonesia menjadi negara maju. Begitulah umumnya keinginan pengusaha. Agar usaha mereka ikut maju.
Saya juga tahu: dulu, mereka sangat pro Jokowi. Sebagian kurang suka Prabowo –utamanya sejak kerusuhan tahun 1998. Tapi mereka adalah orang-orang yang realistis. Begitu Prabowo menjadi presiden mereka menerimanya sebagai kenyataan.
Saya pun ingin meyakinkan mereka: Perubahan arah ekonomi yang dilakukan Prabowo bertujuan baik. Yakni agar Indonesia bisa keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah --yang membuat Indonesia tidak mungkin bisa menjadi negara maju.
Saya pun menunjukkan fakta bahwa selama 10 tahun terakhir jumlah kelas menengah kita turun. Sampai delapan juta orang. Pendapatan per kapita rakyat kita baru USD 4.800. Padahal kalau Indonesia ingin menjadi negara maju angka itu harusnya USD 12.000.
Maka tidak boleh lagi cara lama dilakukan. Itulah sebabnya Presiden Prabowo menginginkan cara baru. Cara serupa pernah ditempuh Taiwan dan Korea Selatan. Juga cara yang pernah ditempuh Amerika Serikat di masa nan lalu.
Cara baru itu: menggerakkan ekonomi lapisan menengah dan bawah. Menumbuhkan sebanyak mungkin pengusaha kecil yang "kecil tapi cabe rawit". Bukan pengusaha kecil yang cengeng.
Di sinilah sensitifnya.
Bisa saja kebijakan "pro yang kecil" itu disalahtafsirkan sebagai sekaligus "anti yang besar".
Saya lihat ada kecenderungan salah tafsir seperti itu. Maka di masa-masa perubahan arah ini, komunikasi sosial harus benar-benar dijaga. Tidak boleh terjadi salah tafsir.
Harus ada kampanye besar-besaran bahwa "pro orang kecil" tidak harus berarti "anti yang besar". Harusnya muncul slogan baru: "Yang kecil dibantu, yang besar dijaga".
Jangan sampai salah tafsir menjadi "Yang kecil dibantu, yang besar dibenci".
Kalau sampai terjadi salah tafsir seperti itu akan berbahaya. Yang besar akan waswas. Tidak tenang. Lalu terjadilah gerakan kabur saja.
Lantas sikap apa yang harus diambil para pengusaha besar?
Pertama: menyadari bahwa cara lama terbukti hanya membuat Indonesia masuk jebakan pendapatan kelas menengah. Cara lama tidak akan bisa membuat Indonesia menjadi negara maju.
Kedua: menyadari bahwa perubahan arah ekonomi memang diperlukan –untuk membuat Indonesia bisa menjadi negara maju.
Ketiga: memahami dan bisa menerima bila pemerintah akan lebih banyak memperhatikan dan membantu pengusaha kecil.
Keempat: menyadari bahwa tanpa bantuan pemerintah pengusaha besar sudah harus bisa berjalan sendiri. Sudah punya modal. Sudah punya network.
Kelima: membantu pemerintah menyukseskan arah baru ekonomi itu.
Tentu para pengusaha besar juga punya keinginan. Keinginan terbesar mereka, saya coba rumuskan dalam satu kalimat seruan ini:
"Kami, para pengusaha besar, tidak perlu dibantu. Bantulah para pengusaha kecil. Tapi kami jangan diganggu!"
Tidak dibantu, tapi jangan diganggu. Itu cukup. Jangan diganggu.
Apakah selama ini pengusaha banyak diganggu? Siapa saja pengganggunya?
Gangguan itu banyak sekali. Sampai taraf menyebalkan. Yang mengganggu juga banyak pihak. Mulai dari yang tidak berbaju, yang berbaju, sampai yang berbaju seragam.
Untuk contoh betapa parahnya gangguan itu, inilah kisah nyata yang saya ketahui. Sengaja yang saya pakai contoh ini adalah seorang pribumi, kiai besar, ulama terkemuka, tokoh berpengaruh, salah satu tim sukses Jokowi.
Ulama tersebut juga pengusaha. Tidak pernah ngemis bantuan pemerintah. Sangat mandiri. Salah satu usahanya pompa bensin.
Pompa bensinnya itulah yang terus diganggu. Ada saja yang dianggap melanggar aturan. Kesalahannya terus saja dicari-cari. Motifnya: minta uang.
Saking jengkelnya Pak Kiai itu mendatangi yang mengganggu. Sang kiai bilang begini –ditirukan ke saya: "Pak, pompa bensin saya itu ambil saja. Daripada saya diganggu terus. Saya relakan".
Anda bisa membayangkan: kepada usaha seorang kiai terkemuka saja berani mengganggu sampai pada tingkat kiainya menyerah. Apalagi terhadap pengusaha biasa –pun pengusaha minoritas.
Tapi soal gangguan ini rasanya sudah sampai tidak mengenal lagi mayoritas dan minoritas. Saya mendapat keluhan gangguan seperti itu sangat merata. Pun sampai ke pengusaha kecil.
Maka Presiden Prabowo tidak hanya harus mengubah arah ekonomi, tapi juga mengubah sumber segala sumber gangguan itu.
Sekali lagi: pengusaha besar tidak perlu dibantu, tapi jangan diganggu. Itu saja cukup. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 24 Oktober 2025: Jembatan Putranto
djokoLodang
-o-- Jembatan Digital Amal nyata untuk dunia. Pada awal 1990-an, insinyur Jepang Masahiro Hara menghadapi masalah: "bar-code" terlalu lambat dan terbatas untuk digumakan dalam industri otomotif yang bergerak cepat. Suatu malam, saat bermain Go, ia terpikir bahwa informasi dapat disusun dalam pola berlapis seperti batu-batu pada kisi-kisi. Dari ide itulah muncul kode QR, sebuah kotak yang dapat dipindai dari sudut mana pun, tahan terhadap kerusakan, dan menyimpan data yang jauh lebih banyak daripada bar-code. Hara dan timnya di Denso Wave membagikannya secara gratis tanpa pernah memungut bayaran untuk penggunaannya, hingga memungkinkannya menyebar ke mana-mana. Sekarang ini kita semua menggunakan kode QR untuk membaca menu, melakukan pembayaran, mengakses catatan, bergabung dengan acara, dan berbagi momen di seluruh dunia. Masahiro Hara tidak pernah mencari ketenaran. Namun, penemuannya kini menjadi salah satu alat paling universal di era digital. --koJo.-
Tivibox
Tyrolean Bridge. Di ketinggian 4000 meter menjelang puncak Cartenz Pyramid ada sebuah celah diantara 2 tebing. Celah itu jurang dalamnya lebih dari 20 meter dengan lebar sekitar 15 meter. Celah itulah yang dipasangi 3 kawat baja sling yang membentang diantara 2 patahan tebing dan dikaitkan ke batu dengan anchor. Para pendaki yang akan ke puncak harus melewati "jembatan" ini dengan cara berjalan di atas kawat dan tangan berpegangan di 2 kawat lainnya, atau dengan teknik "traverse" (bergelantungan di kawat sambil berjalan). Tyrolean bridge inilah bagian paling menantang dan menguji adrenalin dalam pendakian puncak Cartenz.
Taufik Hidayat
Wah.. membaca artikel abah DI kalau ini membuat hati menjadi damai. Tidak seperti membaca beberapa artikel sebelumnya yang penuh gonjang ganjing politik seperti politik hutang whoosh atau tragedi pondok pesantren yang terkadang memancing banyak kontroversi, emosi, dan terkadang kebencian terhadap pihak lain. kisah Pak Putranto yang sudah pensiun dari istana dan melanjutkan pengabdiannya sebagai pembinaan VRI dengan misi yang sangat mulia membangun 1000 jembatan gantung dengan tidak menggunakan dana negara adalah bukti pengabdian yang luar biasa . Juga sosok Tedi Ixdiana (maaf kalau salah tik nama), yang sama sama luar biasa, tidak terlalu terkenal tetapi hidupnya sangat berguna bagi masyarakat . Selain itu peran PSMTI juga sangat mulia karena menyumbangkan dana buat masyarakat umum. Berita seperti ini yang sangat adem membuat kita bersemangat bahwa masih banyak hal positif di negeri ini di tengah berita berita yang bikin sedih tentang korupsi, perang dll. Abah DI memang sangat akrab dengan Tiinghoa dan Tiongkok bahkan sangat fasih bahasa Mandarin, jadi ingat sering membaca tentang sosok Bang Azmi Abu Bakar, sosok di balik Museum Pustaka Peranakan Tionghoa yang selalu memberitakan kisah kisah kontribusi etnis Tionghoa untuk negeri ini. Terasa sangat adem dan kontras dengan berita lain yang isinya stereotipe negatif selalu . Jujur , masyarakat Indonesia memang punya pandangan negatif dengan Cina dan Israel / Yahudi . Sekali kali abah tulis dong tentang Yahudi/ Israel!
Herry Isnurdono
Letnan Jendral Purn. AM. Putranto ini orang dekat Menhan PS sebelum jadi RI 1 ke 8. Di Pilkada Jateng jadi Ketua Tim Pemenangan Cagub lawannya Jend.Purn. Andika Perkasa. Sama2 dari Purn.TNI AD tapi tidak satu kubu. Dan kita tahu Jend. Purn. AP kalah di pilgub Jateng. Selain ada campur tangan Jokowi, peran AM Putranto ini sangat besar. Sewaktu serah terima jabatan Kepala KSP kpd M. Qodari, AM Putranto tidak tahan menahan air mata. Terharu dicopot jabatannya atau terharu kpd anak buah KSP yg harus ditinggalkan. Jadi meski orang dekat PS dicopot ya dicopot. Jenderal Purn. BG mantan Menkopolkam dicopot juga. Ada kerusuhan di Jakarta, alasan sakit jadi tidak tertangani, akhirnya dicopot juga. Itu disampaikan Presiden PS didepan anggota Fraksi Burung Garuda di rumah pribadi PS di Sentul, Bogor.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
JENDERAL YANG MASIH MEMANJAT, BUKAN HANYA JABATAN.. Hebat juga Letjen (Purn) A.M. Putranto ini — setelah lengser dari KSP, bukannya cari panggung baru, malah ikut membangun jembatan gantung dari batu dan tali baja. Kalau kebanyakan pejabat pensiun lalu “nyambung koneksi”, beliau justru “nyambung tebing”. Yang lebih keren, semua jembatan itu tanpa dana APBN. Alias tak perlu menunggu proyek pemerintah yang sering molor karena “izin tanda tangannya lebih banyak dari baut jembatan”. Salut juga buat Tedi Ixdiana dan tim Vertical Rescue Indonesia. Dari hobi panjat tebing, bisa jadi solusi bagi anak-anak sekolah yang tiap hari harus muter empat kilometer. Ini contoh nyata, ide tinggi tak selalu harus di awan, bisa juga di atas sungai. Dan soal Putranto — mungkin jabatannya sudah berhenti di Pegadaian, tapi pengabdiannya jelas belum “digadaikan”. ### Kalau target 1.000 jembatan tercapai, bangsa ini berutang satu jembatan lagi, yaitu jembatan rasa hormat.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
INSINYUR SOSPOL DAN JEMBATAN TANPA SEMEN.. Kalau ada lomba nasional “Insinyur Tanpa Gelar Teknik”, pemenangnya pasti Tedi Ixdiana — sarjana Sospol Unpad yang bisa bikin jembatan tanpa semen dan tanpa anggaran negara. Hebatnya lagi, bukan pakai teori politik, tapi teknik panjat tebing! Dan lihatlah pasangan duet mautnya, yaitu Letjen (Purn) A.M. Putranto. Begitu lengser dari KSP, bukannya rehat di kursi empuk komisaris, malah sibuk bantu rakyat lewat Vertical Rescue Indonesia. Targetnya, membanguh seribu jembatan gantung. Gila hormat? Tidak. Gila manfaat, iya. Lucunya: 1). Dari Sospol bisa nyambung ke jembatan, 2). Dari jenderal turun jadi relawan. Ini baru contoh nyata, ilmu sosial dipakai untuk memperkuat tali sosial — pakai sling baja. Mereka membuktikan, Indonesia tak kekurangan orang hebat. Hanya kadang, yang hebat itu memilih jalan curam. Bukan menuju kekuasaan, tapi menyeberangkan orang lain agar bisa sekolah tanpa harus muter empat kilometer. Jadi, hormat saya pada “insinyur sospol” dan “jenderal jembatan”. ### Dua-duanya bukan cuma membangun bentang baja. Tapi juga membentang harapan.
Jokosp Sp
Bapadah ke Galuh Banjar tadi di rumah handak bagawe, tahunya bajalanan haja. Apakah nang di rumah kadak sarik, amun malihati lakinya beparakan lawan dua ekong bibinian nang i nya lima?. Bisa-bisa piring ditawakakan ke muha lakiannya. Sapat saluang di bawah bgantang Di bawah batang takana jarat Nang kaya apa batarus tarang Amun muntung ngalih manyambat Biring barunak si burung palung Dibarii makan dibarii nasi Kuciak-kuciak maminta tulung Sekaliya "Si Lalak" tajarat mati
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
VERTICAL RESCUE INDONESIA... Vertical Rescue Indonesia (VRI) ini keren banget. Bayangkan, membangun 221 jembatan gantung tanpa sepeser pun uang negara. Semuanya swadaya, gotong royong, dan teknik panjat tebing! Bukan proyek mercusuar, tapi solusi nyata untuk anak-anak sekolah yang tadinya harus muter empat kilometer cuma buat nyebrang sungai. Salut juga buat Tedi Ixdiana—pemanjat tebing merangkat "insinyur jembatan gantung". Vertical Rescue Indonesia, bukan sekadar panjat tebing, tapi juga panjat "kepedulian". ### Keren. Banget..
Jokosp Sp
Saya orang luar Jawa protes keras. Biarpun saya bahkan tidak terlihat di bumi yang sangat luas ini. Masak Jawa terus dibangun?. Itu duwid tambang dari mana yang masuk ke kas negara sesudah dikorupsi pejabat?. Dari luar Jawa mas bro. Batu Bara jelas dari Kalimantan terbesarnya dan Sumatera nomer duanya. Timah dari Bangka Belitung. Nikel dari Sulawesi. Emas, Tembaga dan bahan lainnya dari Irian Jaya. Perkebunan Kelapa Sawit juga dari Kalimantan dan Sumatera terbesarnya. Dapat apa yang di luar Jawa?. Meringis habis setelah nanti bahan tambang habis. Yang bisa disaksikan nanti cuma "Sebuah Istana Kerajaan Konglomerat" yang memakan tanah puluhan hektar dan tidak bisa disentuh oleh manusia biasa. Ingat kenapa Pak Jonan mundur?. Karena beliau lebih mementingkan pemerataan pembangunan, dengan membangun kereta api luar Jawa dibanding brending bagi seorang pemimpin.
Akem SNJ
Kalau ada yang memperhatikan, sebenarnya CHDI ini salah satu fungsinya untuk endorse tokoh. Ada banyak tokoh yang sudah diendorse Abah. Sebagian di antaranya untuk mengubah persepsi negatif tokoh tersebut. Sebagian untuk memunculkan tokoh yang belum dikenal. Sebagian untuk membela. Dan sering untuk mengenang jasa baik tokoh yang sudah wafat. Kalau untuk komentar pilihan, ada yang menambah info yang belum dicover CHDI, ada yang dipilih untuk "ngece" perusuh, kadang ada juga komentar yang nyleneh. Kalau komentar joke, hampir setiap edisi selalu ada. Yang jelas, endorse dari Abah adalah versi Abah. Kalau gak setuju, tulis aja di komentar. Siapa tau jadi komentar pilihan.. Wkwkwk..
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
QUICK COUNT BIAYA PEMBANGUNAN JEMBATAN.. Jembatan gantung di Malang yang dibangun Vertical Rescue Indonesia menurut hitung cepat gaya saya adalah: 1). Sling baja sepanjang 480 meter sekitar Rp12 juta 2). Lantai jembatan Rp18 juta. 3). Baut dan pengikat Rp3 juta. 4). Ditambah alat bantu, konsumsi relawan, dan logistik sekitar Rp15 juta. 5). Batu penahan diambil dari sungai, jadi hampir gratis. Total, sekitar Rp50–60 juta per jembatan. ### Kalau ditagihkan ke APBN bisa berlipat-lipat karena akan ada tambahan biaya: 1). Biaya survey. 2). Biaya pengawasan. 3). Biaya tender/proses penunjukan. 4). Tambahan biaya untuk bayar "ini itu". 4). Keuntungan / fee pemborong. Meski tidak semua, tetapi sebagian kecil "pemborong" juga adalah "pembohong". Hanya sebagian kecil sih. Yang sebagian besar, "terpaksa bohong"..
made guna
Luar biasa Tulisan Mr disway ini hari Terkesima dg cara penulisan Abah tentang berbagai hal. Begitu banyak tulisan tp kenapa TDK pernah menulis tentang Bali ? Yg bukan hanya terkenal sebagai daerah pariwisata tp juga daerah paling korup. Bayangkan 5 kader PDIP yg jadi bupati dibali 5 5 masuk bui Krn korupsi.
Everyday Mandarin (Study in Taiwan & China)
Lewat PSMTI, barangkali Pak Dahlan tahu apa 10 besar marga Tionghua (menurut saya bunyinya lebih terdengar "Tionghua" (pake "u") daripada "Tionghoa") terbanyak di Indonesia?
Thamrin Dahlan YPTD
Salam Hormat Jendral Putranto. Jabatan Kepala Staf Kepresidenan memang prestise, namum dalam kapasitas Relawan Jembatan Gantung nilai manfaat melebihi segalanya. Anda sudah tahu menghubungkan 2 tempat terpisah / berseberangan dengan membuat jembatan adalah perkerjaan sangat mulia. Masih banyak anak sekolah berjuang melewati sungai air deras untuk sampai ke tempat belajar. Semoga VRI dan Mas Tedi Ixdiana serta seluruh anggota PSMTI selalu dikaruniai kesehatan sehingga target 1.000 jembatan gantug tercapai. Merata diseluruh Indonesia. Awak senang pemakaian istilah Relawan di tulisan Abah kali ini positif sangat positif. Relawan berjiwa murni pengabdian semata untuk kemaslahatan umat. Sementara itu dibagian sebelah sana menjadi Relawan (maaf0) teirat dan tersurat niat mendapatkan cuan plus jabatan ketika bergabung di Relawan tanda kutip. Maju terus Jendral, nilai manfaat kemanusiaan yang adil dan beradab sungguh suatu prestasi yang patut mendapat penghargaan. Alhamdulilllah penghormatan dan pengharaagaan dari alam semesta sudah anda terima Salam Jum'at berkah TD
Gregorius Indiarto
Kenapa harus bisik-bisik, teriak saja, mereka tidak dengar, atau pura-pura tidak dengar, cak idak bae, kata wong kito. Kalau Anda teriak, viral atau rusuh, baru mereka dengar dan malu, itupun kalau masih punya.
alasroban
Tak jauh dari alasroban. Agak keselatan sikit kurang lebih sekitar 5km. Ada jembatan gantung merah putih. Belum lama ini di resmikan. Oleh kerjasama TNI, Polri, pemda dan masyarakat. Konon menghabiskan anggaran 1.8M. Cara mbangunya gotong royong. Mendirikan tiang, menarik tali sling baja juga rame-rame. Namun demikian nilai aggarannya cukup pantastis. Ini mentrigger terjadinya bisik-bisik di masyarakat. Dengan kecangihan internet & AI sekarang ini. Masyarakat dengan mudah menghitung anggaran belanja material kurang lebih total berapa. Namun ya hanya level bisik-bisik saja. Secara umum masyarakat ya berterimakasih. Alhamdulillah akhirnya setelah 80 tahun Indonesia merdeka ada jembatan di bangun untuk memperlancar perjalanan. Satu ketika saya coba bisik-bisik ke teman di sebelah. Mencoba mengkonfirmasi anggaran itu. Jabawanya serius seperti kemaren sambil dahinya mengkerut. "Ya nggak tahu koq tanya saya!" :)
istianatul muflihah
baca buku Grit dari Angela Duckworth. Psikolog asal Amerika yang melakukan penelitian panjang tentang ketabahan/grit. Paragraf awalnya menceritakan bahwa bakat bukan segalanya. Kalau bicara kesuksesan akan ada banyak hal yang mempengaruhi. Bagi atlet misalnya ada faktor anatomis (misal bentuk telapak kaki, bentuk tangan bagi atlet renanang itu penting). Masih ada lagi faktor biologis, gen, pola asuh, dan lingkungan yang saling mempengaruhi. Tapi, ketekunan, ketananan untuk bertahan pada keadaan sulit, kemampuan untuk improve diri dengan men-challenge diri untuk melakukan hal sulit yang berguna (misal belajar menari balet, main piano, atau berlatih soal matematika bagi pelajar) akan membuat seseorang tidak mudah menyerah. Meskipun grit bukan sifat yang paling penting. Karena kamu akan tetap tidak suka jika ada temanmu yang sekalipun dia disiplin bekerja tapi ternyata pembohong. Tapi grit, adalah salah satu sifat yang menjaga seseorang untuk tetap tegar sampai titik akhir.
Liam Then
Pemda harusnya malu, jembatan yang jadi kewajibannya, sampai harus dibuat dan didanai oleh relawan. Apalagi pemda yang habiskan uang sia-sia. Contoh : ngecat atap penduduk masyarakat biar warna warni indah dilihat oleh burung dari atas dan biaya pembangunan monumen temporer dari bambu senilai 550jt. Itu kalo dibagi-bagikan ke masyarakat miskin Jakarta, cukup untuk biaya kuliah sampai selesai minimal 30 anak dari keluarga tak mampu, yang mungkin saja, karena perjalanan nasib, bisa jadi salah satu tokoh penting asal Jakarta. Bandingkan kegunaannya, warna-warni untuk dilihat pengemudi dan burung, yang melintasi jalan flyover. Bagi pengemudi bukankah ini distraksi yang berbahaya sebenarnya? Dan monumen bambu harga 550jt, yang temporer, berapa bulan sudah jadi rongsok sampah, parahnya mau angkut bersihkan, perlu keluar biaya truk dan tenaga orang lagi. Tapi sudahlah semua sudah terjadi, memang sudah, pasal ada uang enak belanja, jadi sering lupa mana yang lebih penting dan berguna. Yang penting habis...
Murid Kelas 4
Harus diingat, bahwa negara bukanlah perusahaan dengan CEO tunggal. Negara, adalah ekosistem dengan mandat kekuasaan yang bergilir. Setiap presiden, wajib melakukan "policy innovation" yang menjawab tantangan era pemerintahannya masing-masing. Artinya, berbeda program bukan berarti memutus kesinambungan, melainkan justru memperluas cakupan kemajuan.
Liam Then
Masih terkait jembatan. Dulu semasa nakal-nakalnya masa SMA, adakalanya acara "ngembun" malam minggu, kami ganti dengan acara touring ngebut nekat Pontianak - Singkawang 151km nonstop, pakai motor. Saya masih ingat kecepatan spedo meter motor bebek saya, yang rerata 80km per jam di lintasan jalan minim penerangan, kadang capai 100km per jam, untuk lintasan lurus panjang. Sudah tua baru mikir, dulu ndak mati karena sering lakuin kegiatan berbahaya waktu muda, itu semata karena takdir, karma panjang yang masih harus saya dan teman-teman saya jalani didunia. Tapi bukannya tak ada insiden, seperti kata pepatah Tiongkok lama ; "sering main ke tepian sungai, akhirnya basah" jua. Malam minggu sial itu, rombongan konvoi hampir 10 motor bebek kami, sedang melaju kencang dalam gelap. Karena saya yang termasuk bernyali kecil, saya ada di urutan 2 paling akhir. Pas ketika mau sampai lintasi satu jembatan, satu bus tiba-tiba manuver ke lintasan jembatan milik kami. Rupanya separoh jembatan sedang dalam proses perbaikan. Konvoi motor bebek kami, tak sanggup lagi berhenti karena kecepatan yang begitu tinggi. Dari belakang, saya saksikan hampir semua motor teman saya bannya mendecit ,lalu "tebalek longkang", motor di mana, orang ke mana. Sampai ada yang kehilangan gigi palsunya. Sampai terpaksa harus mengompong, ketika tiba di pantai tujuan kami. Syukurlah, malam itu tak ada yang mati, korban paling serius, cuma kehilangan satu baris atas gigi palsu.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
@Yea Aina. Tentang "fungsi jembatan" itu bisa dilihat dari 2 (dua) cara pandang. 1). Ada yang memandang, jembatan itu "memisahkan" dua sisi. 2). Tapi ada juga yang memandang jembatan sebagai "memisahkan".. Dua cara pandang itu akan menentukan cara kita memanfaatkannya. Meski ada juga yang melihat dua cara pandang itu hanya masalah "keterampilan main kata.. He he.. Salam hormat..
yea aina
Fungsi jembatan, menghubungkan satu tempat ke tempat lainnya. Kalau jabatan, mestinya sesuai tupoksi (tugas pokok fungsi) Masing-masing. Pak AMP, purna menjabat masih berperan aktif bangun 1000 jembatan. Tentu besarnya manfaatnya bagi masyarakat sekitar. Ada pensiunan pejabat tertinggi kerajaan, sebelum lengser membangun jembatan "hidup". Mungkin difungsikan sebagai penghubung kebiasaan "cawe-cawe" agar tetap lestari. Caranya titip "ban serep" di kereta kerajaan. Bukan hanya satu, bahkan lebih banyak. Jangan-jangan kambuh lagi kebiasaan lamanya, kemudian mempercepat proses pergantian ban utama. Demi mengubur bau busuk yang mulai menyengat baunya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:

Komentar: 132
Silahkan login untuk berkomentar