Gembala Sudung

Gembala Sudung

--

Dari seluruh objek wisata di kawasan Danau Toba inilah yang terbaik: Patung Yesus tertinggi di dunia. Lokasinya di Sibea-bea, Kabupaten Samosir. Bisa disebut wisata Bukit Sibea-bea. Atau pantai Sibea-bea.

Saya ke sana di hari Natal 25 Desember lalu. Itu tanggal baik juga bagi NU: hari itu kisruh di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) berakhir. Kedua belah pihak setuju islah. Lokasi islahnya bukan di Sibea-bea, tapi di Pondok Pesantren ''bintang sembilan'' Lirboyo, Kediri.

Dalam perjalanan pulang dari Sibea-bea saya hubungi Sudung Situmorang –pemrakarsapatung Yesus itu. Pujian tinggi saya berikan kepadanya. Bukan hanya ''tertinggi''-nya, melainkan juga kualitas objek wisata ini secara keseluruhan: sekelas bintang lima.

Bandingkan dengan objek-objek wisata di seputar Danau Toba lainnya. Umumnya hanya kelas lokal. Bahkan sangat lokal. Tentu saya sudah mengunjungi banyak objek wisata di sana. Di semua sisinya. Itu tidak mudah. Panjang Danau Toba lebih 100 km. Lebarnya lebih 30 km. Saya sudah memutari danau itu. Sebagian di bibir danau, sebagian agak menjauh dari danau. Tidak seluruh bibir danau terhubung dengan jalan. Bibir danau yang masuk Kabupaten Dairi misalnya, tidak tersambung jalan dengan bibir danau di Kabupaten Samosir. Tujuh kabupaten di Sumut sama-sama memiliki bibir Danau Toba –saking besarnya danau.

Objek wisata patung Yesus Sibea-bea ditata dengan kualitas tinggi. Selera desainnya sangat internasional. Jenis tanaman dan pilihan bunganya sangat tepat. Pokoknya: Anda harus ke sana. Biar pun Anda bukan Kristen atau Katolik.

Masalahnya satu: sulitnya akses menuju Bukit Sibea-bea. Serba jauh. Saya berangkat dari Sidikalang –setelah ikut merayakan Natal di ibu kota Dairi itu. Dari Sidikalang hanya perlu dua jam perjalanan mobil. Tapi dari Medan ke Sidikalang saya harus menempuhnya selama lima jam.

Memang bisa lewat Medan-Siantar (sudah ada tol). Tapi dari Siantar ke Toba harus lewat jalan yang amat sempit dan padat. Lalu naik kapal ke pulau Samosir. Di pulau Samosir naik mobil dua jam menuju ujung lain pulau Samosir: Tano Ponggol. Di kelurahan Siogong-ogongini sudah ada jembatan. Baru. Membentang indah dan tinggi di atas air danau Toba. Lalu menuju Bukit Sibea-bea.

"Rumah saya 100 meter dari patung itu," ujar Sudung, pensiunan kepala Kejaksaan Tinggi Jakarta. Kini Sudung menjabat komisaris utama salah satu anak perusahaan Pertamina.

Sudung sekolah SD di Sibea-bea. Sebelum berangkat sekolah ia harus melepaskan 10 sapi milik ayahnya ke padang rumput. Tanpa baju, celana, dan alas kaki. Sorenya, ia harus mencari sapi itu ke sana kemari. Sapi tidak berkoloni. Begitu dilepaskan memencarberjauhan.

Ia lantas masuk SMA Katolik Santo Mikhael Pangururan. Masuk asrama. Kini Pangururan menjadi ibu kota Kabupaten Samosir.

Sudung sekeluarga memang Katolik. Tapi begitu kuliah hukum di Unkris Jakarta, ia bergabung dengan teman-temannya di Protestan. Apalagi istrinya juga Kristen.

Itu tidak menjadi hambatan ketika Sudung ingin agar patung Yesus tersebut bisa diresmikan oleh pemimpin tertinggi Katolik dunia, Sri Paus. Yakni saat Paus Fransiskus ke Indonesia tahun lalu.

Sudung menghubungi uskup di Medan, Uskup Cornelius Sipayung. Uskup lantas mengurus semuanya ke Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta.

Uskup Sipayung sendiri diam-diam melakukan perjalanan ke Sibea-bea. Mengecek langsung. Jangan sampai tidak sesuai dengan usulan. Bahkan sampai tiga kali ke Sibea-bea.

Akhirnya Sri Paus berkenan memberkatinya. Tentu tidak di Sibea-bea. Sudung diminta membuat miniaturnya. Ukuran 90 cm. Dibawa ke Jakarta. Diberkati di Jakarta.

Patung yang diberkati tersebut kini dipasang di depan patung tertinggi di dunia itu.

Ketika saya berfoto di depan yang tertinggi patung yang diberkati tampak sangat kecil di latar depannya. Lihat sendiri foto yang menyertai tulisan ini.

"Miniatur itu bikinan Ambarawa, Jateng," ujar Sudung.


--

Di proyek Sibea-bea ini Sudung dibantu oleh seorang arsitek yang juga marga Situmorang: Daulat Situmorang. Masih keluarga Sudung. Lihatlah cara Daulat menata kawasan ini. Patung sendiri hanya salah satu daya tarik. Penataan lingkungannya, sampai pantai Tobanya, sangat indah. Menjadi daya tarik tersendiri. Ditambah latar belakang Danau Toba beserta bukit-gunung di sekitarnya.

Setengah jam sebelum sampai ke patung ini pun Anda sudah mendapatkan pemandangan yang menakjubkan. Jalan berliku. Tebing dan jurang. Danau yang terlihat jauh di bawah sana. Semuanya indah. Serasa di Swiss.

Untuk mencapai patung itu Anda harus menuruni gunung dengan jalan berliku dari ketinggian 1.800 meter ke ketinggian 1.100 meter.

Akhirnya Sudung bisa membawa miniatur patung Yesusnya ke hadapan Sri Paus. Ia hadir sendiri di acara pemberkatan itu. Ia merasa sangat berbahagia.


--

Saat saya ke Sibea-bea kemarin senja sudah hampir tiba. Tapi pengunjung masih sangat banyak. Toba kini memiliki sajian wisata yang sekelas dengan nama besar danau itu sendiri. Baru sekarang ini bisa begitu. Berkat satu orang yang bernama Sudung, si penggembala sapi.(Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 26 Desember 2025: Dosa Pertama

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

DAIRI: BUKAN SEKADAR NAMA, TAPI CERMIN INDONESIA.. Tulisan ini sebenarnya bukan soal Batak, Pakpak, atau Karo. Ini soal Indonesia dalam versi mini. Di satu kabupaten kecil bernama Dairi, kita bisa melihat republik ini bekerja apa adanya: berisik, beragam, dan—anehnya—tetap rukun. Subuh Natal, azan berkumandang keras. Tidak ada protes. Siangnya misa Natal jalan terus. Tidak ada rasa terancam. Di kota besar, hal seperti ini bisa viral, dipelintir, lalu diperdebatkan oleh orang yang bahkan tidak tahu letak Sidikalang di peta. Dairi juga mengajarkan ironi klasik negeri ini: taman wisata iman yang niatnya surgawi, tapi perawatannya duniawi. Dulu dibangun penuh semangat, kini menunggu kehadiran iman versi APBD dan proposal. Surga boleh megah, tapi tanpa pemeliharaan, tetap bisa tampak seperti dosa struktural. Durian, azan, gereja, patung jenderal, hingga Yesus di bukit—semuanya hidup berdampingan tanpa seminar toleransi, tanpa spanduk kebhinekaan. Mereka tidak ribut soal definisi, karena sibuk menjalani kehidupan. Mungkin Dairi tidak butuh label etnis yang ribet. Ia sudah cukup menjadi pengingat: Indonesia itu bukan negara yang seragam, tapi negara yang belajar akur sambil terus salah paham—dan untungnya, masih mau saling menyapa...

MZ ARIFIN UMAR ZAIN

DURIAN itu enak nya, ada dimana nya? Di bau nya? Enak nya di lidah? Di perut? Durian tentu enak nya ada di AN nya. Coba kalau DURI tanpa AN. Mau nelan duri?

DeniK

Seperti orang sunda tidak mau di sebut orang jawa . Dan orang baduy tidak mau disebut orang sunda .

Jadwal Sholat Pro

Tarhim itu sepertinya hanya marak di Nusantara, tidak di Arab. Kecuali mungkin Mesir. Kebiasaan baik ini banyak diprotes sekarang. Dianggap mengganggu ketenangan tidur subuh. Padahal sejatinya, orang Nusantara itu suka yang modelan suara lantang yang bergema sampai ke pojok kampung. Kalo ga lantang, ga afdol katanya.

Hasyim Muhammad Abdul Haq

Yang saya tangkap, surga di tulisan ini semacam taman hiburan. Mungkin di surga ini juga ada tiket terusan. Enak sekali bisa pegang tiket terusan di Surga.

alasroban

"Kenapa taman suega itu tak terawat cak?" "Ya karena di tinggal pergi penghuninya" "Nanti kalau penghuninya pulang beserta anak cucunya baru di lakukan renovesi ulang." "Lha memang penghuninya siapa cak?" "Adam & Hawa" "Ooooo......"

Turrachman Rachman

Taman wisata iman. Harapannya yang berkunjung akan bertambah imannya. Saya jadi teringat apa yang disampaikan oleh seorang ahli pengamat militer Indonesia. Yaitu almarhum Prof Salim Said. Dalam sebuah acara di sebuah stasiun televisi nasional beliau mengatakan. " Mengapa Indonesia tidak maju?" Karena orang Indonesia Tuhan saja tidak ditakuti". Bagi saudaraku yang beragama Kristen. Semoga senantiasa sehat dan bahagia selalu. Mari membangun bangsa dengan penuh kasih sayang. Menegakkan moral kebaikan sepanjang hayat. Sebab bangsa kita adalah bangsa yang penuh dengan nilai nilai kebersamaan atau gotong royong. Semoga pak Di suatu ketika menulis tentang apa yang dibicarakan sekelompok jamaah masjid yang berkumpul di sudut masjid secara lebih detail hehe.....

siti asiyah

Dikecamatan kami, dari 10 desa yang ada, 9 desa-nya sudah bikin sorga.Sebab ada ketentuan dari pemkab , APBDesa tidak boleh untuk membiayai rehab ataupun membangun balai desa.Namun demikian tidak dilarang menganggarkan APBDesa untuk membiayai pembangunan sarana olah raga atau gedung serbaguna.Maka balai desa yang ada diubah , direhab atau dibangun ulang sebaga SORGA ( Sarana Olahraga dan Gedung serbaguna ).Biasanya dilantai gedung itu dibikin garis selayaknya lapangan babdminton/bulutangkis.Fungsinya ?? ya tetap sebagai balai desa, garis garis dilantai ya sekedar pemanis menyesuaikan juknis.Seringnya tetap dipakai untuk kegiatan musdes ( musyawarah desa ) ataupun rapat pemdes dan warga, acara bagi - bagi BLT dan sejenisnya.

djokoLodang

-o-- Dosa Ular ... Sayangnya itu surga lama: ketika Adam dan Eva (Hawa) masih berada di surga. Berdiri berdua. Di depan mereka terlihat kepala ular yang mulutnya membuka dan lidahnya menjulur ke arah Adam-Eva. ... *) Adam dan Hawa pun tergoda oleh bujukan ular, sehingga berani makan buah terlarang. ~ Itu di surga. Kalau di Tiongkok? Bukan tergoda makan buah; ularnya yang dimakan. --0-

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

ASAL-USUL ORANG PAKPAK: TUA, TENANG, DAN MENGAKAR.. Secara sejarah lisan dan kajian antropologi, orang Pakpak bukan pendatang baru. Mereka termasuk kelompok etnis tua di kawasan barat laut Sumatra Utara. Leluhur Pakpak diyakini telah mendiami wilayah pegunungan dan lembah-lembah Dairi–Pakpak Bharat jauh sebelum kolonial Belanda, bahkan sebelum pembagian etnis administratif seperti sekarang. Dalam tradisi lokal, nenek moyang Pakpak berasal dari wilayah pedalaman Bukit Barisan, menyebar mengikuti alur sungai dan tanah subur. Mereka berkembang sebagai komunitas agraris yang mandiri, hidup dalam kelompok marga, dengan sistem adat yang kuat dan bahasa sendiri. Bahasa Pakpak—berbeda dari Toba, Karo, maupun Mandailing. Komunitas dan budaya Pakpak diperkirakan sudah terbentuk berabad-abad lalu, ditandai dengan struktur marga (seperti Berutu, Manik, Bancin, Padang, Solin), hukum adat, serta wilayah ulayat yang jelas. Interaksi dengan Karo, Aceh, dan Toba memang terjadi, tapi itu pertukaran—bukan asal-usul. Jadi, orang Pakpak bukan “datang ke” Dairi. Tapi justru Dairi tumbuh di atas tanah Pakpak. Hari ini wilayahnya majemuk, dan itu kekayaan. Namun secara sejarah, akar Pakpak tetap di situ: diam, dalam, dan tidak perlu ribut untuk diakui.

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

BAGAIMANA BATak DAN PAKPAK DI ZAMAN PURBA? Di zaman purba, orang Batak (khususnya Toba) dan Pakpak hidup sebagai masyarakat agraris-pegunungan. Mereka membuka ladang, berburu, menangkap ikan sungai, dan memelihara ternak kecil. Hutan, danau, dan sungai bukan sekadar sumber hidup, tapi bagian dari kosmos yang dihormati. Kepercayaan mereka bersifat animisme-dinamisme. Roh leluhur, kekuatan alam, dan penunggu tempat diyakini ikut menentukan keseimbangan hidup. Pada Batak Toba dikenal konsep Debata Natolu, sementara pada Pakpak dikenal kepercayaan adat yang menekankan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan roh leluhur. Ritual adat bukan hiburan, melainkan tata hidup. Struktur sosial dibangun atas marga, adat, dan wilayah ulayat. Pemimpin adat dan tetua kampung memegang peran penting, jauh sebelum ada negara atau agama formal. Pembaharuan mulai terasa abad ke-16 hingga ke-19, ketika perdagangan regional, Islam dari pesisir barat, dan kemudian misi Kristen serta kolonialisme masuk ke pedalaman. Agama formal, pendidikan, dan administrasi modern perlahan mengubah cara hidup—tanpa sepenuhnya menghapus adat. ### Yang berubah adalah bentuknya. Yang bertahan adalah akarnya. Batak dan Pakpak memasuki zaman baru, tapi tidak berangkat dari titik nol. Mereka membawa sejarah panjang yang membuat keduanya tetap kokoh hingga hari ini.

Maman Lagi

#40. Bung tolong jangan ikutan orang awan dalam mengucapkan atau menulis 'Tarhim' dengan Tahrim. Lantunan sholawat sebelum adzan Shubuh itu disebut TARHIM sànes tahrim. Tahrim itu berhubungan dengan haram. Wartawan senior tapi... ini bukan typo. Punten Bah. (Hendak menggunakan emot salaman, khawatir jadi tanda tanya)

Ardi Suhamto

Tahukah Pak DI, bahwa bahasa batak nya Durian adalah Tarutung? Coba abis ini jalan kesana, Tarutung punya Air Soda yang cuman ada 2 di dunia. Sekalian nanti pulang ke arah silangit

Bahtiar HS

Wah Pak DjokoLodang suka baca novel juga rupanya. Novel klasik. The Picture of Dorian Gray sy baca berbilang tahun lalu. Sebelum terbit novel Ayat2 Cinta atau tayang film Ada Apa dengan Cinta. Berkisah tt Dorian Gray, pemuda tampan di London era Victoria. Potretnya dilukis Seniman terkemuka Basil Hallward. Lalu Dorian terobsesi pengin tetap muda, dan biarlah lukisannya yg menua akibat perbuatannya. Dan rupanya terkabul! Sejak itu, Dorian tetap muda nan tampan, seberapa bejat apa yg ia lakukan. Potretnya yg menua, memburuk, dan menyeramkan. Dorian lalu menjalani hidup penuh hedon, suka ngibul, jahatin org, menipu, korupsi, kriminalisasi yg kritis sama dia, bahkan menghancurkan hidup aktris muda hingga bunuh diri. Tp potretnya yg jd ancur2an menanggung perbuatannya. Ia pun sembunyikan potret itu agar tdk ketahuan. Pd akhirnya, rasa bersalah dan ketakutan menghantui Dorian. Ia berusaha menghancurkan potret itu, tp justru itu berbalik menghancurkan dirinya. Potret itu kian muda, dan Dorian kian menua dlm wkt cepat. Kulitnya bintik2, gatal2. Rambutnya rontok krn stress diterpa banyak kasus semasa jaya. Wajahnya pun rusak. Akhirnya ia mati mengenaskan, smtr potretnya kembali muda. Moral cerita: ati2 kabeh bakal ngunduh uwohing pakarti! Dan The Picture of Dorian Gray di-Indonesiakan Pak DL jadi "Gambare Durian Klawu". Baru ngeh hubungane Oscar Wilde suka durian itu dari mana wkwk. Jenius sekali Pak Djoko :))

ra tepak pol

arti kata "tahi" : sumber kamus bahasa batak toba... keputusan majelis, maksud, tujuan, rencana, keputusan, penentuan, tekad, niat kuat; tumahi, berencana; satahi, sehati, sepakat, sekata, seia; mambahen tahi, merencanakan sesuatu, bertekad; partahian, persidangan, perencanaan; martahi, bermaksud, berniat, membuat rencana; martahi mate, berniat mati; martahi bodari, menjelang malam; martahi neang, mau bersalin; manuan tahi, berniat; sisuan tahi, perencana Luar biasa beragam bahasa suku di Indonesia. dan karenanya BAHASA INDONESIA menjadi bahasa persatuan... bukan bahasa MELAYU ya

Tom Rusdi

Toleransi : saling menghargai umat lain menjalankan ibadah sesuai keyakinan dan tidak boleh diganggu. Tapi kalo sampai ikut ibadah agama lain, ini adalah toleransi yg kebabalasan. Biarlah saya tulis ini walopun gak di reken karo abah DI.

Bahtiar HS

Abah Shalat Shubuh di Masjid Agung Sidikalang. Masjid ini dibangun oleh Yayasan Amalbhakti Muslim Pancasila (YAMP) yg diinisiasi Pak Harto saat jadi presiden dulu. Masjid YAMP berciri khas, di mana atapnya berbentuk segitiga, tumpang bersusun tiga (tajug). Ini ciri masjid Nusantara kuno. Menggambarkan kesejajaran Islam dg budaya lokal, serta efisien dari sisi biaya. Ruang utamanya lapang, tanpa pilar. Dan ciri khas masjidnya diberikan Memolo Pancasila, yakni mengganti ornamen di puncak atap yg biasanya berbentuk bulan-bintang, diganti Pak Harto dengan bingkai segilima sbg representasi nilai2 Pancasila. Lafazh Alloh ditempatkan di dalam bingkai itu. Ini solusi cerdas meletakkan nilai2 Pancasila ke dlm masjid, tanpa mengusik kesucian Islam. Dan saya baru tahu kalau YAMP telah membangun 999 masjid di seluruh Indonesia. Di semua propinsi. Termasuk daerah terluar/terpencil. Saya pernah shalat di Masjid Babussalam, Sabang, Aceh. Sekira 1997an. GAM msh blm dibubarkan. Sempat heran, di tempat terujung Indonesia ini, YAMP Pak Harto sempat membangun masjid ini. Pendirian masjid ke-999 tercatat di Rekor MURI krn keunikan dan skala pencapaian luar biasa sebuah yayasan, bukan fasilitas pemerintah. Masjid YAMP mudah2an jadi sedekah jariyah para pendirinya dan pemberi dananya; yakni anggota PNS dan TNI/POLRI yg menyisihkan sedekah rutin berapapun utk pembangunan masjid2 ini, jg Pak Harto dan sejumlah tokoh inisiator. Smg pahala terus mengalir pd mereka meski sdh tiada.

Hasyim Muhammad Abdul Haq

*"Ring PBNU"* Saya masih ragu dengan islah PBNU kemarin. Ada 2 hal yang perlu kita cermati: 1. Jika memang akar perselisihan semudah itu dipertemukan (islah), kenapa kemarin sampai ada perpecahan hingga menghentikan Ketum? 2. Islah hanya menunda perselisihan (yang sebenarnya serius itu) untuk dibawa ke Muktamar. Semacam ada kesepakatan, "Oke kita berantem di Muktamar saja, biar hasilnya resmi." Jika memang poin 2 yang terjadi, maka perselisihan itu akan memuncak di saat muktamar. Kenapa memuncak? Karena sejak hari ini hingga Muktamar, akan terjadi gerilya besar-besaran di level bawah. Dan jangan dikira itu tak membutuhkan dana besar. Ujung-ujungnya, di level bawah akan tetap ada kubu-kubuan hingga Muktamar nanti. Saya tetap tidak tahu pasti seberapa serius akar perselisihan kemarin itu hingga ada pemberhentian Ketum. Hingga muncul 2 Ketum. Hingga harus ada islah. Dan hingga akhirnya ada percepatan Muktamar. Yang jelas, tak mungkin penyebab perselisihannya adalah hal sederhana. Faktanya persoalan itu sampai membuat Rais Am memberhentikan Ketum, sesuatu yang belum pernah terjadi dalam sejarah NU. Apa iya, hal yang membuat Rais Am memberhentikan Ketum itu ternyata selesai hanya dengan pertemuan 3 jam kemarin di Lirboyo? Perpecahan itu pada dasarnya memalukan NU. Dan bisa jadi kedua kubu baru sadar akan hal itu hingga akhirnya menyepakati islah. Setidaknya aroma perpecahan tak lagi tercium baunya sekarang ini.

latief sukyan

Waktu kami pertama kali tiba di Negara Teluk, seorang teman mengajak sarapan pagi, didapati pada menu warung tersebut : masala Dosa, sarapan khas India, aneh namanya tapi enak rasanya, inilah dosa pertama yang pernah saya santap di pagi hari, semoga dosa tersebut tidak menjadi masala

Redaktur Harian Senja

1. Membaca komentar Murid SD Internasional di CHD hari ini di bawah, saya melihatnya itu bukan lagi sekadar ocehan ringan di kolom perusuh, melainkan sebuah mini-esei dengan misi serius yang di paragraf awalnya menyamar sebagai kelakar. 2. Murid SD Internasional membuka komentar dengan kisah trio L (Leong, Lagarenze, Liam) yang mengharap hibah Redmi, seolah hanya ingin ikut bercanda, padahal itu hanyalah pintu masuk menuju gagasan yang jauh lebih serius. Pembaca yang jeli akan mengetahui bahwa komentar Murid SD Internasional kali ini bukan komentar asal ketik, melainkan narasi grand yang sengaja dirancang. 3. Kecerdikan pertama muncul ketika Murid SD Internasional mengaitkan kegigihan trio perusuh berinisial L yang konsisten berharap Redmi, dengan semangat ayat Injil Matius 7:7 "mintalah maka akan diberikan kepadamu". Di filsafat strukturalisme, ini adalah lompatan intertekstual yang, secara kebetulan, benar-benar nyambung. Lebih unik lagi, angka 7 jika diputar 90 derajat ke kanan, berubah menjadi L, inisial tiga perusuh yang berharap Redmi. Nyambung lagi. Entah bagaimana cara Murid SD Internasional bisa menyuguhkan detail semiotik yang bisa kebetulan nyambung begitu. 4. Dan kecerdikan tersebut ternyata baru bagian permulaan. Twist sesungguhnya muncul ketika Murid SD Internasional menyatakan ikut "antri" meminta sesuatu kepada Dahlan Iskan. Tetapi bukan Redmi yang Murid SD Internasional inginkan. Tapi ruh. Ruh asli DISWAY.

yea aina

Ketika dapat apapun yang tak terduga, anak-anak muda kekinian, dengan enteng bilang: seperti dapat durian runtuh. Tidak enak, tapi sangat enak. Agak lain kalau yang dapat tawaran durian satu pikap, orang tua yang banyak tabunganya itu. Malah balik bertanya, "sepagi ini? ". Lalu beralasan, "saya akan olah raga, lain kali saja". Terkesan ditampik secara halus, tapi godaan durian satu pikap, rasanya akan sulit untuk ditolak. Nanti kalau sudah berhadapan dengan durian siap santap, pasti beda. Bisa kalap. Lha wong buah kesukaan kok. Kalau makan buah surga yang dilarang, menjadi dosa pertama. Tapi kalau makan buah durian "kiriman", mungkin bisa jadi pahala berulang-ulang. Nrimo ing pandum duren sak pikap.

heru santoso

Saya muter-muter kota malam kemarin, cari suasana Natal yang meriah. Berharap Walikota menghias kota dengan lampu kerlap kerlip, yang bisa bikin hati rakyatnya agak hangat walau dompet lagi beku. Harapan tinggal harapan. Capek keluyuran, mampir mushola kecil di pertigaan. Habis sholat Isya, ngobrol sama Kang Paimin, tukang parkir langganan. “Kang, kisruh PBNU sudah islah katanya?” Kang Paimin nyengir lebar. “Iya, damai. Tapi sayang, Mas. Prematur.” “Lho, kok sayang?” “Mestinya diterusin. Biar ada dua dua muktamar. Dua PBNU. Masing-masing akan mengeluarkan kesaktiannya, bekerja keras demi PBNU nya exist. Nanti muncul tokoh besar yang nyatuin lagi. Epik, kayak film action!” Saya melongo. “Ojo ngawur, Kang! Ekonomi lagi susah, eh malah tambah drama.” “Justru itu! Pemimpin hebat lahir dari kawah Candradimuka. Kalau adem ayem terus, paling muncul Gus Dur KW versi tiktok.” Saya mengencangkan sarung, keluarin dua ribu buat parkir, nyengklak motor butut. Sebelum gaspol: “Kang, kawah Candradimuka-nya cari di tempat lain aja. Di sini cukup kawah goreng telor dadar.” Kang Paimin ketawa ngakak, sambil berucap: selamat Natal.

Udin Salemo

lihat isi dompet hanya ada lima lembar uang dua ribuan. ekonomi tak baik-baik saja, kata "wakhaji" JZ. itu betul adanya. bukan mengada-ada. sudah lama saya tak kesini. ada mungkin sekitar dua tahun. hari ini sehabis jumatan saya turun ke lantai dua Pasar Kebayoran Lama. disitu los daging, ayam potong dan sebagian bumbu masak. bisa dihitung dengan jari kios yang buka menjual daging sapi. juga kios ayam potong. pun kios bumbu masak. melihat kios-kios kosong melompong saya ikut terenyuh. mata saya sebak. rasanya mau jatuh air mata ini melihat keadaan kios-kios itu. saya membayangkan keadaan ekonomi yang dialami pedagang yang menempati kios itu saat ini. ekonominya pasti meroket arah ke bawah. entah apa usaha yang mereka geluti sekarang. bisa jadi pulang kampung. tak kuat hidup mengais rejeki di Jakarta. ini bukan lagi amsiong, tapi keadaan "ngenes" yang menimpa diri mereka karena pemimpin yang salah kelola negeri. salam i ka en. puluhan ton duit "ditimbun" ditengah hutan. tak produktif sama sekali.

pak tani

Karena kesibukan awak, tidak sempat baca CHDI 2 minggu. Rencana akan kejar ketinggalan dengan marathon baca. Sadar akan cukup lama, karena selain artikel, ada komentar pilihan dan komentar menarik non pilihan. Betul aja, hampir 1 minggu menuntaskan marathon. Eh, yang berkesan justru cerbung om Liam Then dan hopeng nya wkwkwk. Tuntas sudah hari ini membaca ketertinggalan CHDI. Sayangnya, besok absen kembali karena liburan akhir tahun. Amsyong :)

Wilwa

@AgusS3. Menarik ulasan Anda bahwa antara Pakpak purba dan Batak purba sebelum kedatangan agama-agama “Timteng” menganut animisme-dinamisme yang menghargai alam. Hmmmm. Seringkali rakyat negeri ini yang sudah merasa “modern” dengan menganut agama-agama “Timteng” itu sama sekali tidak menghargai alam misalnya dengan menebang pohon dan menggunduli hutan karena menganut pemikiran yang kebablasan bahwa bumi ini untuk ditaklukkan atau dikuasai manusia sebagai makhluk ciptaan tertinggi. Berakar dari seruan “beranak pinaklah dan kuasai bumi” dari agama yang menjadi “leluhur” mereka. Merendahkan animisme-dinamisme sebagai semacam aliran sesat atau bahkan ajaran “setan”. Hmmmm. Sepuluh tahun lalu di sebuah kota di Jawa Tengah ada proyek pelebaran jalan dari dua lajur menjadi empat lajur yang terpaksa harus menebang pohon raksasa yang berumur ratusan tahun. Penduduk lokal tak berani menebang pohon yang dipercayai ada “penunggu”nya. Tapi para pekerja dari luar daerah tak peduli dan tetap menebang pohon tersebut. Konon pekerja yang menebang pohon keramat itu mendadak meninggal keesokan harinya. Bagi penduduk lokal yang animisme-dinamisme masih cukup kuat melihat kejadian itu sebagai “kutukan” sang penunggu pohon keramat itu. Tapi bagi kontraktor hal itu mungkin dianggap sebuah kebetulan saja. Anda lihat? Animisme-dinamisme punya dampak positif bagi kelestarian alam walau mungkin dianggap aliran sesat di mata pemeluk agama-agama impor dari Timteng itu. Duh text limit.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 46

  • Wilwa
    Wilwa
  • Tiga Pelita Berlian
    Tiga Pelita Berlian
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
  • Lisha Sagitha
    Lisha Sagitha
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
  • Lègég Sunda
    Lègég Sunda
  • Taufik Hidayat
    Taufik Hidayat
  • Tiga Pelita Berlian
    Tiga Pelita Berlian
  • Jadwal Sholat Pro
    Jadwal Sholat Pro
  • Murid SD Internasional
    Murid SD Internasional
  • Murid SD Internasional
    Murid SD Internasional
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • djokoLodang
    djokoLodang
    • Murid SD Internasional
      Murid SD Internasional
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • alasroban
    alasroban
    • alasroban
      alasroban
  • Murid SD Internasional
    Murid SD Internasional
  • rid kc
    rid kc
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
  • Murid SD Internasional
    Murid SD Internasional
  • Ima Lawaru
    Ima Lawaru
  • Sugi
    Sugi
  • Ima Lawaru
    Ima Lawaru
  • Hasyim Muhammad Abdul Haq
    Hasyim Muhammad Abdul Haq
    • Aku dan kita Official
      Aku dan kita Official
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • DeniK
    DeniK
    • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
      Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    MZ ARIFIN UMAR ZAIN