Debat Dalam Bus

Debat Dalam Bus

Saat debat calon presiden itu kami masih di Sungai Pinyuh. Di dalam bus. Dari Pontianak menuju Singkawang.

Busnya bagus. TV-nya besar. Dilengkapi WIFI. Milik DAMRI.

”Horeee, kita bisa lihat debat Capres di dalam bus,” ujar seorang penumpang. Teman baik saya. Ia pengusaha besar. Yang sejak tadi gelisah. Dikira tidak ada TV di bus.

Jadwal perjalanan kami memang agak kacau. Bandara Pontianak sempat ditutup. Terhalang pesawat Lion. Yang terperosok di ujung landasan. Saat Lion landing di waktu hujan. Petang hari sebelumnya.

Teman-teman kami mencarter pesawat Garuda. Boeing 737-800. Agar bisa memuat seluruh rombongan. Sekitar 160 orang. Yang begitu sulit mendapat tiket reguler. Menjelang perayaan Cap Go Meh seperti ini.

Itulah problem tahunan Pontianak. Sulit mendapat tiket pesawat. Setahun empat kali: lebaran, Imlek, Cap Go Meh dan cingbing. Banyaknya suku Tionghoa di Kalbar membuat tiga event itu penting. Imlek untuk kumpul keluarga. Di malam tahun baru. Cap Go Meh untuk lihat perayaan di Singkawang. Yang terbesar di dunia. Cingbing untuk ke makam orang tua. Ketika anak mereka sudah banyak yang sukses di mana-mana.

Rombongan kami ini terdiri dari tokoh-tokoh Budha Tzu Chi. Yang umumnya pengusaha besar. Tionghoa. Suka bikin kegiatan sosial.

Kali ini mereka ke Singkawang. Untuk memulai membangun sekolah. Yang biasanya megah. Seperti yang di Cengkareng. Mereka juga baru membangun 3.000 rumah. Di Lombok dan Palu. Untuk korban gempa.

Penerbangan kami ini tertunda tujuh jam. Minggu bandara Pontianak bisa didarati. Mestinya jam 3 sore kami sudah tiba di Singkawang. Lihat pawai lampion dulu. Baru makan malam. Kemudian melihat debat di tv. Di kamar hotel masing-masing.

"Wah kita tidak bisa melihat debat nih," ujar seorang pengusaha. Saat naik ke dalam bus. Satu jam sebelum jadwal debat. Sebelum melihat ada tv besar di dalam bus.

Lalu ia begitu gembira. Setelah tahu ada televisi besar di situ.

Ups... Ia kembali kecewa.

”TV ini hanya bisa untuk video dan karaoke,” ujar petugas bus.

”Bisa nggak hand Phone diconnect ke tv itu. Kita bisa cari live streaming di HP. Lalu dilihat di TV,” tanya pengusaha itu. Yang membawa WIFI portable. Yang lebih kuat dari WIFI milik bus.

”Juga tidak bisa,” jawab petugas bus.

”Yaaaaaccchhhh,” keluh pengusaha tadi.

Tapi ia tidak putus asa. Tetap mencari channel debat di HP. Yang menyediakan layanan live streaming.

Berhasil. TV masa depan memang akan pindah ke live streaming seperti itu.

Kami pun menuntut teman itu: agar suara debat bisa dibesarkan. Untuk didengar seisi bus. Biar pun hanya suaranya.

Maka pemilik HP itu merangkap jadi operator. Mendekatkan corong microfon ke HP. Lumayan.

Hanya saja tidak bisa sempurna. Sesekali sinyalnya putus.

Saya sendiri sebenarnya tidak tertarik mengikuti debat itu. Beberapa penumpang juga jatuh terkulai: tertidur. Pasti isi debat itu tidak menarik baginya. Juga bagi saya.

Tapi saya harus tetap membuka telinga. Saya kan harus menulis untuk DI’s Way. Itulah wartawan. Harus biasa mengerjakan apa saja. Pun yang tidak ia suka.

Tapi keadaan membuat saya tidak bisa mengikuti debat itu. Secara utuh. Tidak bisa memperhatikan body language mereka. Maka tidak baik kalau saya menulis hanya berdasarkan pengamatan yang sepotong.

Apalagi, dari yang sepotong itu, saya tidak menangkap ide besar yang jadi bahan perdebatan. Atau ide besar itu sebenarnya ada. Untuk Indonesia. Saat sinyal HP lagi off agak lama.

Saya hanya menangkap sedikit kesan: Prabowo kurang siap untuk bersilat lidah. Betapa mudah sebenarnya mematahkan serangan Jokowi itu. Setidaknya secara lisan.

Akhirnya kami tiba di Singkawang. Setelah debat itu selesai agak lama tadi. Tidak ada penumpang yang memperdebatkan debat tadi. Kami semua berteman baik. Tidak ingin ada yang saling terganggu.

Dan lagi malam sudah larut. Kami tiba di hotel sudah sangat telat: jam 23.00. Pawai lampion sudah bubar. Penonton sudah bergerak pulang. Jalan ke luar Singkawang padat kendaraan.

Begitu masuk hotel saya keluar lagi: cari durian. Ditemani pimpinan harian Rakyat Kalbar, Qadhafi. Sampai jam 1 malam. Dengan janji: jam 6 pagi ketemu lagi. Untuk keliling kota Singkawang. Sebelum acara pokok Budha Tzu Chi di dekat hotel.

Dari keliling Singkawang itu saya akan menyimpulkan: apa kabar Singkawang sekarang. Setelah setahun dipimpin walikota wanita yang fenomenal: Tjhai Chui Mie. (dahlan iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 65

  • TDS Nol
    TDS Nol
  • Ace
    Ace
  • Agus cahyono
    Agus cahyono
  • lbs
    lbs
    • LabsG
      LabsG
  • sri dewi
    sri dewi
  • pakhoaqiao
    pakhoaqiao
  • Andi
    Andi
    • Ace
      Ace
  • zakaria
    zakaria
  • KompiangRD
    KompiangRD
  • Denik
    Denik
  • jatmiko
    jatmiko
  • Mohammad Syafi'i
    Mohammad Syafi'i
    • lbs
      lbs
    • Winarno
      Winarno
    • Didin
      Didin
    • Winarno
      Winarno
  • Fathur rahman
    Fathur rahman
  • Yaya
    Yaya
  • Rudianto
    Rudianto
  • Lek git
    Lek git
    • Nisa
      Nisa
  • aviv
    aviv
    • Ace
      Ace
  • Hadi
    Hadi
  • agus agus
    agus agus
  • Kuncoro Y.
    Kuncoro Y.
  • Bam'shary
    Bam'shary
  • Teguh
    Teguh
  • Yoga
    Yoga
    • Fajar
      Fajar
  • Zuliifli Aura
    Zuliifli Aura
  • Fajar
    Fajar
  • Andre
    Andre
  • LabsG
    LabsG
  • Ibnu Shonn
    Ibnu Shonn
  • pratanti
    pratanti
  • Pay
    Pay
  • Mujiburohman Abas
    Mujiburohman Abas
  • hanafi
    hanafi
  • pakwind
    pakwind
  • Danny
    Danny
  • Ety
    Ety
  • lbs
    lbs
  • Ajay
    Ajay
  • Budi Mugia
    Budi Mugia
  • Ady
    Ady
  • Muhammad Aliem
    Muhammad Aliem
  • Pranata
    Pranata
    • Santosa
      Santosa
    • rudy
      rudy
  • iChal
    iChal
  • Munir
    Munir
    • lbs
      lbs
  • Ahmad Karni
    Ahmad Karni
  • IRISTYANI
    IRISTYANI
  • Ahmad Zuhri
    Ahmad Zuhri
  • Suharno
    Suharno
  • Anis
    Anis
  • Hariyanto
    Hariyanto
  • Om Sam
    Om Sam
    • Santosa
      Santosa