Level Lima

Level Lima

Di level berapa tingkat ketakutan Anda pada virus Corona dari Wuhan?

Itulah pertanyaan saya kepada tiga orang teman saya di tiga kota di Tiongkok. Satu orang di Beijing. Satu orang dari Nanchang. Satu lagi dari Dalian.

Saya jelaskan kepada mereka: sangat takut adalah level 10. Tidak takut sama sekali level 1.

"Tidak sampai level 5," ujar teman saya di Beijing.

Jarak Beijing dan Wuhan adalah 2,5 jam naik pesawat.

"Ketakutan saya di level 7," ujar teman saya yang di Kota Nanchang.

Nanchang adalah ibu kota propinsi Jiangxi --tetangga Selatan Provinsi Hubei yang beribu kota di Wuhan. Jarak Wuhan dan Nanchang 6 jam menggunakan mobil.

Saya pernah belajar bahasa Mandarin satu bulan penuh di IKIP-nya Jiangxi.

"Ketakutan saya di level 4. Saya sangat percaya pemerintah akan mampu mengatasi virus ini," ujar teman saya yang di Kota Dalian, kota cantik di Propinsi Liaoning. Kota ini punya pelabuhan terdalam di Tiongkok. Kapal induk terbaru Tiongkok dibuat di Dalian. Cucu saya, seperti diakui menantu saya, adalah 'made in' Dalian. Ia mulai hamil saat bersama suaminya menemani saya di Dalian.

Jarak Dalian ke Wuhan 3 jam dengan pesawat.

Kesimpulan saya: kian dekat ke Wuhan kian tinggi ketakutan mereka.

Lalu saya ingat mahasiswi kita yang kuliah di dekat Wuhan --Julinten. Begitu beraninyi. Yang saat saya tanya dulu tingkat ketakutannyi hanya di level 5. Bahwa dia ikut pulang ke Indonesia itu untuk menghormati pemerintah. Yang sudah mengirim pesawat khusus untuk menjemput warga Indonesia di sana.

"Ini bukan soal takut atau tidak. Tapi saya mulai bosan di rumah terus," ujar teman saya yang di Beijing itu.

Dia memang pengusaha. Yang biasanyi sibuk mondar-mandir Beijing-Wuhan-Hangzhou-Shanghai-Hongkong-Chengdu-Qinghai.

Kini dia di rumah terus. Sejak 23 Januari lalu. Hanya tiga hari sekali keluar rumah --untuk belanja di supermarket terdekat.

"Kalau keluar rumah lebih dari dua jam harus lapor pak RT," ujarnyi. "Baru sekarang ini saya melihat begitu sepinya Tiongkok," tambahnyi.

Supermarket terdekat adalah 300 meter dari rumahnyi. Tapi dia memilih ke supermarket yang jauhnya 600 meter. Sekalian menghilangkan kebosanan.

Supermarket itu tidak penuh pembeli. Mereka punya banyak waktu untuk belanja. Tidak terkonsentrasi di jam-jam tertentu.

Mereka yang saya hubungi itu semua sangat percaya pada usaha pemerintah mereka. "Pasti berhasil diatasi. Ini soal waktu saja," kata mereka. "Dua atau tiga minggu lagi sudah akan berbeda," tambahnyi.

Tanggal 8 Februari besok adalah hariraya Cap Go Meh. Yang di Tiongkok disebut perayaan tanggal 15. Yakni purnama pertama di bulan pertama Tahun Imlek.

Mereka percaya setelah Cap Go Meh udara berubah. Cap Go Meh dianggap perayaan akan datangnya musim semi. Atau berakhirnya musim salju.

Di musim salju biasanya begitu banyak yang terkena flu. Virus flu merajalela di musim dingin. Pun di Amerika. Menurut data resmi dari Center of Desease Control and Prevention Amerika, jumlah yang meninggal akibat virus flu mencapai 10.000 orang. Selama tahun 2018-2019.

Tapi tewas akibat flu tidak seheboh akibat virus Corona. Padahal virus flu juga menular. Tapi sudah dianggap biasa. Juga karena sudah ada obatnya.

Tapi benarkah setelah Cap Go Meh akan lebih baik?

“Dua hari terakhir ini justru turun salju di Beijing," ujar teman saya itu.

Ini baru untuk kelima kalinya turun salju di Beijing. Desember lalu sekali. Januari kemarin dua kali. Lalu di Februari ini justru dua kali.

Sampai tadi malam salju itu masih terus turun.

Lalu dia pun mengirim foto sela-sela gedung yang bersalju. Yang foto itu diambil dari dalam rumahnyi kemarin pagi.

Pemerintah kelihatannya juga terus membangkitkan semangat warganya. Terutama agar rakyat menghargai usaha kemanusiaan yang sedang dilakukan para dokter dan perawat.

Salah satunya adalah dalam bentuk video. Yang juga viral di Indonesia.

Saya sampai tiga kali melihat video itu. Betapa mengharukannya. Terutama ketika para dokter dan perawat itu ternyata tidak boleh pulang.

Sudah berminggu-minggu lamanya. Mereka harus tidur meringkuk kedinginan di kursi. Atau hanya dengan meletakkan kepala di atas meja.

Mereka terlihat begitu kelelahan. Banyak perawat yang pipi dan hidungnya terluka. Akibat sudah begitu lama terus-menerus mengenakan masker yang dipasang secara ketat.

Air mata saya meleleh saat melihat adegan anak kecil yang kangen ibunyi. Dia datang ke rumah sakit mencari ibunyi. Tapi hanya bisa melihat sang ibu dari jauh.

Lalu sang anak meletakkan rantang berisi makanan beberapa meter di depan sang ibu. Lalu sang anak mundur, menjauh dari rantang. Saat si anak sudah menjauh barulah sang ibu melangkah maju. Untuk mengambil rantang kiriman keluarganya itu.

Saya tahu video itu dibuat untuk kepentingan agitasi. Tapi tetap saja keharuan saya tidak terbendung. Dan air mata pun meleleh di pipi.(Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 120

  • Agung sanjaya
    Agung sanjaya
  • tikno
    tikno
  • Kaef
    Kaef
  • Yusuf Ridho
    Yusuf Ridho
  • petjoet
    petjoet
    • petjoet
      petjoet
  • sri dewi
    sri dewi
  • Donny
    Donny
    • DN. andi
      DN. andi
    • Pembaca Setia
      Pembaca Setia
  • Binomo
    Binomo
  • Ayuwa
    Ayuwa
    • Donny
      Donny
    • Mbahjo
      Mbahjo
    • sri dewi
      sri dewi
    • sri dewi
      sri dewi
  • Binomo
    Binomo
    • DN. andi
      DN. andi
    • sri dewi
      sri dewi
  • Ahmad karni
    Ahmad karni
  • Whatever
    Whatever
    • Pembaca
      Pembaca
  • maspri.id
    maspri.id
  • Santuy
    Santuy
    • lbs
      lbs
  • Abbi
    Abbi
    • Simbrokokok
      Simbrokokok
  • fafas
    fafas
  • Paul Ivan
    Paul Ivan
    • Sarkas Lover
      Sarkas Lover
    • Sri Mulyani
      Sri Mulyani
  • Natsir alexander
    Natsir alexander
  • warga NU biasa
    warga NU biasa
    • DN. andi
      DN. andi
    • pakwind
      pakwind
  • firman ilyas
    firman ilyas
  • ari
    ari
    • lbs
      lbs
    • Whatever
      Whatever
    • congor
      congor
    • Rofiq
      Rofiq
    • Rahmat Mokoginta
      Rahmat Mokoginta
  • Bam'shary
    Bam'shary
  • Biasa
    Biasa
    • Biasa
      Biasa
  • Sapapua
    Sapapua
  • rahmadi heru
    rahmadi heru
  • Luqi
    Luqi
  • Tan
    Tan
  • Katedrarajawen
    Katedrarajawen
    • lbs
      lbs
    • asal komen
      asal komen
    • Simbrokokok
      Simbrokokok
  • Benu Bangun
    Benu Bangun
    • sharen gong
      sharen gong
    • Sains
      Sains
  • Paula Ivanka
    Paula Ivanka
    • Johny
      Johny
    • Orong Orong
      Orong Orong
    • Pe A Ivan
      Pe A Ivan
  • Rambat Kristyanto
    Rambat Kristyanto
    • lbs
      lbs
    • aji
      aji
    • Rofiq
      Rofiq
  • Cui lan seng
    Cui lan seng
    • Info dari TENCENT
      Info dari TENCENT
    • Soewarno
      Soewarno
  • Syahdami
    Syahdami
    • hartanto bambang
      hartanto bambang
  • Hariyanto
    Hariyanto
    • Tan
      Tan
  • sok tau
    sok tau
    • asal komen
      asal komen
  • Amins
    Amins
  • Edo
    Edo
    • Fandy bbs
      Fandy bbs
  • lbs
    lbs
  • Mr. Xiongmao
    Mr. Xiongmao
    • Soewarno
      Soewarno
    • Tencent info
      Tencent info
    • hoho
      hoho
    • Rofiq
      Rofiq
  • IIN GUSANTO
    IIN GUSANTO
  • Hehe Hehe Eh
    Hehe Hehe Eh
    • Whatever
      Whatever
  • Basyori
    Basyori
    • Sains
      Sains
  • Ahmad Zuhri
    Ahmad Zuhri
    • Sains
      Sains
  • Muh Jusan Jauhari
    Muh Jusan Jauhari
  • Otole
    Otole
    • Otole
      Otole