Vaksin Nusantara (3)

Vaksin Nusantara (3)

ADA nama Prof dr Hans Keirstead PhD di balik Vaksin Nusantara ini.

Nama itu diakui sebagai ilmuwan bidang pengobatan yang hebat, tapi kontroversinya juga keras.

Prof Hans adalah ilmuwan yang terus menyuarakan perlunya metode stem cell diakui sebagai salah satu cara pengobatan masa depan.

Tapi para dokter masih menganggap stem cell belum bisa diterima sebagai sistem pengobatan. Pun sampai hari ini –ketika orang seperti saya pun sudah lebih 10 kali menjalaninya.

Tahun 2016, Prof Hans tidak sabar lagi. Ia mendirikan perusahaan sendiri: AIVITA Biomedical Inc. Di California, Amerika Serikat. Ia sendiri yang jadi CEO-nya.

Lewat perusahaan itu Prof Hans terus melakukan riset bidang pengobatan yang terkait dengan cell. Ditemukanlah pengobatan dendritic cell untuk kanker otak.

Ketika pandemi Covid-19 memerlukan jalan keluar yang cepat, Prof Hans membelokkan dulu penemuannya itu untuk mengatasi pandemi Covid-19. Ia pun sampai pada kesimpulan: bisa.

AIVITA Biomedical itulah yang kemudian dibawa oleh dokter-Jenderal Terawan ke Indonesia. Untuk dijadikan Vaksin Nusantara.

Prof Hans menilai lewat Indonesia penemuannya itu akan cepat terealisasikan. Di Amerika untuk mewujudkan temuan di bidang medis mahalnya luar biasa. Itu hanya bisa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan raksasa.

Maka, ilmuwan seperti Prof Hans tidak punya banyak pilihan: menyerah ke modal besar atau terkubur sebelum lahir.

Menyerah ke modal besar pun belum tentu merupakan jalan keluar yang baik. Bisa jadi penemuan itu harus antre. Untuk dilewatkan kajian-kajian perusahaan lagi. Baik kajian ilmiah maupun kajian bisnis.

Di negara maju pun nasib inventor tidak mesti mulus.

Misalnya vaksin dendritic cell ini. Untuk melakukan uji coba di Amerika mahalnya luar biasa. Semuanya serba uang besar. Pengeluaran untuk relawan uji coba saja misalnya. Yang harus sebanyak 30.000 orang itu. Asuransi untuk mereka saja bisa mencapai Rp 6 triliun. Baru asuransinya.

Prof Hans bisa diyakinkan bahwa peraturan darurat Covid di Indonesia sangat menjanjikan. Jumlah relawan uji coba tidak harus sebanyak itu. Cukup 2.680 orang. Seperti yang dilakukan di Bandung terhadap Sinovac itu.

Vaksin Nusantara sudah menjalani uji coba fase I. Di RSUP dr Kariadi Semarang. Yang ditangani oleh ahli-ahli dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Didampingi 8 orang ahli dari Amerika –sejak November tahun lalu.

Relawan fase I itu 28 orang. Diambil dari 126 orang yang sudah terseleksi. Sejauh ini tidak ada efek samping berarti yang dialami relawan. Tapi masih harus menunggu evaluasi dari BPOM.

Uji coba fase I adalah uji coba yang dititikberatkan untuk melihat efek samping. Kalau dinyatakan aman, uji coba fase II akan diizinkan. Dengan fokus pada efektivitasnya. Dengan jumlah relawan lebih banyak. Karena itu untuk uji coba fase II relawannya dikelompok-kelompokkan: ada yang disuntik dengan dosis kecil, dosis sedang, dan dosis tinggi. Dari situ akan dilihat mana hasil yang paling baik.

Setelah itu akan dilakukan uji coba fase III. Dengan relawan lebih banyak lagi –termasuk variasi umur, gender, dan komorbidnya.

Dengan peraturan kedaruratan –dan dengan praktik yang sudah terjadi atas uji coba Sinovac– Vaksin Nusantara optimistis Mei nanti sudah bisa mendapat izin pemakaian darurat.

Prof Hans sebenarnya orang Kanada. Dari namanya terlihat darahnya darah Jerman. Umurnya 53 tahun. Lulusan University of British Columbia, Kanada. Sejak S-1 sampai S-3 nya.

Disertasi doktornya di bidang stem cell untuk sumsum tulang belakang. Lalu ia terpilih untuk memperdalam ilmunya di Cambridge University, Inggris. Ia ilmuwan termuda yang mendapat tugas yang mestinya untuk guru besar senior.

Setelah pindah ke California ia terpilih menjadi penasihat di Kongres untuk proses legalisasi stem cell. Di sini Prof Hans mendapat banyak tantangan dan penentangan. Proses politik yang panjang membuatnya ambil keputusan: meninggalkan jalan politik, memilih jalan bisnis.

Saat memperjuangkan stem cell di jalur politik itu, Prof Hans adalah guru besar ilmu anatomi dan neurobiology. Ia juga guru besar bedah neurology di School of Medicine of the University of California, Irvine.

Setelah 15 tahun di University of California, Irvine, ia keluar untuk merintis jalan sendiri di bidang stem cell. Lalu mendirikan perusahaan yang diajak ke Indonesia itu.

Seperti juga di Amerika, tanggapan untuk temuannya itu ramai juga di Indonesia. Termasuk yang meragukannya. Terutama soal ''bisa untuk seumur hidup'' itu.

Saya tidak akan menghakimi mana yang benar. Sama sekali bukan kompetensi saya untuk itu.

Bagi saya cukup: beri kesempatan yang sama. Bagaimana kita memperlakukan Sinovac, tentu juga harus diberikan kepada Vaksin Nusantara. Meskipun dokter-Jenderal Terawan sebentar lagi pindah ke Madrid –diangkat menjadi duta besar di Spanyol.

Pun lantas ada yang mengejeknya begini: siapa tahu di sana bisa mengajak para pemain Real Madrid untuk menjadi relawan uji coba Vaksin Nusantara. (Dahlan Iskan)

---

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 139

  • alfan firmanto
    alfan firmanto
  • rizky lendes
    rizky lendes
  • ferry reza
    ferry reza
  • cantik
    cantik
  • Otole Asli ada Iconnya lainnya palsu ngaku-ngaku alias KW3
    Otole Asli ada Iconnya lainnya palsu ngaku-ngaku alias KW3
    • Home 2
      Home 2
  • 3
    3
    • Home 2
      Home 2
  • marsigit
    marsigit
    • Herman
      Herman
    • dodol
      dodol
  • Daulat Negara
    Daulat Negara
  • Liam
    Liam
    • Liam
      Liam
  • Liam
    Liam
    • Liam
      Liam
  • Suherman
    Suherman
  • Sentul
    Sentul
    • Bener
      Bener
  • Cinta Produk Nusantata
    Cinta Produk Nusantata
  • asal komen
    asal komen
  • Irwan sunaryo
    Irwan sunaryo
  • Hariri
    Hariri
  • Nurkolis
    Nurkolis
  • PRSjarif
    PRSjarif
  • Alexs
    Alexs
    • Bejo
      Bejo
  • Tarjo
    Tarjo
  • Tarjo
    Tarjo
    • Rosihan
      Rosihan
  • Temma
    Temma
  • Bam'shary
    Bam'shary
  • Djasron MI
    Djasron MI
  • Anthon
    Anthon
  • Tukiyem
    Tukiyem
  • Rakjel
    Rakjel
  • Otole
    Otole
    • Otele gebleg
      Otele gebleg
  • Nengah
    Nengah
    • AnalisAsalAsalan
      AnalisAsalAsalan
    • Suar sair
      Suar sair
  • Denny
    Denny
  • Lealy nur awaly
    Lealy nur awaly
  • Pangkal betis
    Pangkal betis
    • asal komen
      asal komen
  • Yuli Triyono
    Yuli Triyono
    • panggiring
      panggiring
  • Gianto Kwee
    Gianto Kwee
  • Nanya
    Nanya
    • Njawab
      Njawab
  • Edo
    Edo
  • Alamsyah
    Alamsyah
    • asal komen
      asal komen
    • minji
      minji
    • Nah ini kesimpulannya
      Nah ini kesimpulannya
  • David
    David
  • arif
    arif
    • Zee2
      Zee2
    • Gianto Kwee
      Gianto Kwee
    • Hhhg
      Hhhg
  • Nila Zailani
    Nila Zailani
    • Dedy
      Dedy
    • Alamsyah
      Alamsyah
    • Odil
      Odil
    • Cumakomen
      Cumakomen
    • Darko
      Darko
    • Fra wijaya
      Fra wijaya
    • AnalisAsalAsalan
      AnalisAsalAsalan
  • suratpengantar.com
    suratpengantar.com
    • Nengah
      Nengah
  • Fauzan
    Fauzan
  • budi
    budi
  • Hehehehe
    Hehehehe
  • jack
    jack
  • Denik
    Denik
  • Baby
    Baby
    • Moringga Lover
      Moringga Lover
    • Zee2
      Zee2
    • Kkkkl
      Kkkkl
  • Yayat
    Yayat
    • gareng
      gareng
    • Moringga Lover
      Moringga Lover
    • Kucingoyes
      Kucingoyes
    • donwori
      donwori
    • Pengamat Jkt
      Pengamat Jkt
    • Jon
      Jon
  • Zainul
    Zainul
    • AnalisAsalAsalan
      AnalisAsalAsalan
  • Aryo mBediun
    Aryo mBediun
  • Liong H Tan
    Liong H Tan
    • Lia
      Lia
  • Arif
    Arif
  • bowo
    bowo
  • Yus
    Yus
  • Hariyanto
    Hariyanto
    • jukiwo
      jukiwo
  • medi_solo
    medi_solo
  • Anton
    Anton
  • Rmat
    Rmat
  • Otole
    Otole
    • OTOTE
      OTOTE
    • Otole
      Otole
    • Pâijô
      Pâijô
  • Gus lurah
    Gus lurah
    • Kadrun
      Kadrun
    • Pâijô
      Pâijô
  • Mikhailo
    Mikhailo
    • WONG BODAS
      WONG BODAS
    • Mesothelioma
      Mesothelioma