Wayang Kathy

Wayang Kathy

AKHIRNYA saya bisa ke Mayangkara –bertemu ''Arjuna'' di situ: Ki Purbo Asmoro.

Akhirnya saya juga menamatkan buku tebal karya Kathryn Anne Emerson: Pembaharuan Wayang. Terjemahan.

Itu buku karya ilmuwan Amerika Serikat –dari disertasinyi di Leiden University, Belanda. Bayangkan: disertasi soal wayang, ditulis oleh ahli Amerika –wanita pula– dengan penguji dari Belanda.

Untuk meraih gelar doktor itu Kathy –nama panggilannyi– melakukan penelitian bertahun-tahun. Terutama di Solo. Lebih terutama lagi mengenai Ki Dalang Purbo Asmoro (Disway 16 Februari 2021).

Maka saya pun ingin ke Mayangkara –-nama kampung Arjuna di dunia pewayangan yang dipakai nama kampung Purbo Asmoro di dunia nyata. Tapi kapan bisa ke Mayangkara –di masa Covid ini?

Kesempatan itu akhirnya datang: bulan lalu. Ketika saya berkendara dari Jakarta ke Surabaya –lewat tol. Saya lihat di google map: Mayangkara itu tidak jauh dari pintu tol exit 506 Mojosongo –setelah exit Bandara Adi Sumarmo, Solo.

Maka, sejak dari Jakarta saya sudah tetapkan tekad: mampir Mayangkara. Mobil yang saya kemudian, Alphard, saya isi penuh. Agar isi bensin berikutnya bisa di Mayangkara. Biasanya saya sudah isi bensin di sekitar Semarang. Kali ini saya paksakan sampai penanda bensin berwarna kuning. Saya lihat ada stasiun pengisi bensin di dekat pintu exit itu.

Ketika masih di tol Ungaran saya WA sang Arjuna: apakah ada di rumah. Ternyata sang Arjuna lagi tidak ke mana-mana. Misalkan tidak lagi ada Covid rasanya sulit bertamu ke Mayangkara pada jam 20.00 seperti itu –pasti sudah pergi pentas entah Astina atau Alengka.

Itulah kali pertama saya bertemu Purbo Asmoro –meski sudah sering bicara lewat online. Orangnya memang ganteng seperti Arjuna. Pembawaannya juga halus seperti satria Pandawa itu. Tapi, tidak seperti Arjuna, istri Purbo tetap satu –menyuguhkan begitu banyak kue malam itu.

Tentu saya mengagumi rumahnya. Yang tidak sampai 2 Km dari exit tol itu. Halamannya luas. Gerbang masuknya dua buah –yang kiri khusus untuk logistik: truk pengangkut wayang dan gamelan lewat gerbang itu.

Bagian depan rumah berbentuk pendapa. Joglo Jawa. Di situlah digelar satu set gamelan pelok-slendro. Lengkap dengan kelir untuk pentas.

Rupanya dari sinilah wayang virtual Purbo Asmoro official diproduksi –selama pandemi. Lihatlah YouTube-Nya. Begitu banyak yang mengakses –meski masih kalah dari almarhum Ki Seno Nugroho yang lebih nge-pop. Salah satu lakon Seno telah ditonton oleh 1,7 juta pemirsa YouTube. Tak terbayang kan sebelumnya.

Kini, penikmat wayang seperti saya bisa nonton kapan saja –sebuah kenikmatan baru yang hanya tersedia gegara Covid-19.

Tentu saya minta izin ke toilet dulu –sudah menahan kencing sejak melintasi Semarang. Toiletnya bersih –penanda pemilik rumahnya memiliki kemampuan manajemen yang baik.

Tidak banyak yang saya obrolkan –karena sudah sering bicara lewat telepon. Pun sudah saya tulis di Disway. Apalagi di buku Kathy yang saya baca itu sudah tertulis dengan sangat lengkap: apa-siapa-bagaimana Purbo Asmoro.

Saya pun langsung ingin melihat kereta kencana bikinannya. Juga langsung merasakan duduk di tempat Ki Purbo mendalang. Saya bersila di situ: sila ala dalang –agar ujung telapak kaki bisa membunyikan kecrek dan tangan kiri bisa mengetukkan gedok. Seorang dalang memang harus bekerja dengan kedua tangannya, kedua kakinya dan terutama dengan mulutnya –sampai ke tenggorokan dan suara perutnya.

Satu jam saya di Mayangkara –sekalian istirahat setelah 5,5 jam mengendarai mobil dari Jakarta. Saya bisa merasakan betapa pandemi telah ikut menghentikan dinamika pewayangan.

Tapi pandemi juga yang membuat saya menonton wayang lebih sering. Lakon apa saja saya ikuti. Dalang siapa saja saya amati.

Rasanya, dalam satu tahun terakhir, wayang yang saya tonton sudah melebihi yang saya lihat selama 69 tahun hidup saya.

Kini saya bisa melihat aksi begitu banyak dalang. Hebat-hebat. Tanpa pandemi saya tidak akan tahu ini: bagaimana Ki Cahyo Kuntadi memasukkan unsur sinetron dalam pergelaran wayang –meski baru di lakon tertentu.

Bagaimana pertengkaran suami-istri Raja Astina Duryudono dan Banowati dibuat begitu sangat sinetronnya. Saya ternyata juga menyukai suara dan intonasi dialog Ki Cahyo Kuntadi. Yang mengingatkan saya pada kaset legenda dalang Ki Narto Sabdho.

Pun saya bisa melihat kiprah ki dalang Dwijo Kanko –kakak kandung Cahyo Kuntadi-- yang punya kelebihan mencolok: adegan perangnya. Ia mampu menjungkir balikkan wayang melebihi yang lain –pun melebihi guru mereka: Ki Manteb Soedarsono. Dengan kegilaannya Pak Mantep sudah dibilang ''dalang setan''. Kini, dengan sabetannya itu, Ki Kanko harus bisa disebut sebagai ''setan besar''.

Dua bersaudara ini –Kuntadi dan Kanko– asli Blitar. Mereka adalah putra dalang Haji Sukron Suwondo. Keduanya kini tinggal di Solo dan Karanganyar. Keduanya, seperti juga bapak mereka beristrikan sinden.

Purbo sendiri asli Pacitan yang kemudian juga menetap di Solo Utara. Seperti juga Purbo, Kuntadi dan Kanko adalah juga anak dalang terkemuka di daerah masing-masing.

Maka saya bisa mengerti mengapa Si Amerika Kathy menangkap fenomena baru di pewayangan itu. Saya juga mengerti mengapa dia memilih Purbo Asmoro sebagai objek penelitian.

Kathy sangat jeli melihat perjalanan wayang kulit. Tapi awalnya dia begitu sulit mencari siapa yang bisa menjadi promotor untuk membimbing tesis doktornya itu. Itulah sebabnya mengapa akhirnya Kathy memilih Leiden untuk mempertahankan disertasi doktornya.

Leiden punya lebih banyak ilmuwan ahli wayang –pun dibanding Indonesia. (Dahlan Iskan) 

--

PS: Untuk para pemburu komentar pertamax, mohon maaf edisi kali ini tayangnya mundur 4 menit. Agar jam tayangnya menarik 0404-0404.

---

 

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 98

  • Mesothelioma
    Mesothelioma
  • Thamrin Dahlan
    Thamrin Dahlan
  • Santoso
    Santoso
  • Habibie
    Habibie
  • 2cents
    2cents
  • Bhabhu Elhite
    Bhabhu Elhite
    • Gatotkaca
      Gatotkaca
    • minji
      minji
    • Tiar
      Tiar
  • Bam'shary
    Bam'shary
  • Liam
    Liam
    • Liam
      Liam
    • Liam
      Liam
  • Legeg
    Legeg
  • Anto Hoed
    Anto Hoed
    • AnalisAsalAsalan
      AnalisAsalAsalan
  • Akbar
    Akbar
  • Hariyanto
    Hariyanto
    • Ontoseno
      Ontoseno
  • Macca Madinah
    Macca Madinah
  • Teguhwi
    Teguhwi
  • donwori
    donwori
    • jurang grawah
      jurang grawah
    • Dapurmu
      Dapurmu
    • Sadar
      Sadar
    • Macca Madinah
      Macca Madinah
    • Akbar
      Akbar
    • Mario
      Mario
  • Nurkolis
    Nurkolis
  • Tan
    Tan
  • jimmy
    jimmy
  • Alexs
    Alexs
  • eko darwiyanto
    eko darwiyanto
  • Fauzan
    Fauzan
  • Ucup
    Ucup
    • eko darwiyanto
      eko darwiyanto
    • Tan
      Tan
  • Bambang
    Bambang
  • Arif
    Arif
    • Dewo
      Dewo
  • Ahmad Karni
    Ahmad Karni
    • Ontoseno
      Ontoseno
  • Alamsyah
    Alamsyah
    • Ibul
      Ibul
    • donwori
      donwori
    • AnalisAsalAsalan
      AnalisAsalAsalan
  • Gus lurah
    Gus lurah
    • Pâijô
      Pâijô
  • Mas Kunt
    Mas Kunt
  • Pangeran Astina
    Pangeran Astina
  • Nur Halim
    Nur Halim
  • Rikki
    Rikki
    • Bram
      Bram
  • Bundo
    Bundo
    • Wong nganggur
      Wong nganggur
    • Wayang orang
      Wayang orang
    • Mesothelioma
      Mesothelioma
  • AGIL RACHMAT QOISMAN
    AGIL RACHMAT QOISMAN
  • John
    John
  • ishii
    ishii
    • Otole
      Otole
    • Pâijô
      Pâijô
    • Pengamat
      Pengamat