Bicara Soal Capres 2024 di PDIP, Ganjar: Urusannya Bu Mega
Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo angkat bicara soal rencana kenaikan tarif tiket masuk kawasan Candi Borobudur Rp750 ribu-Istimewa-
"Beliau sahabat saya, jadi kritiknya bagian dari cara dia mengingatkan seorang kawan. Ya menjadi koreksi kita untuk kita perbaiki," tegasnya.
Ganjar juga tidak menanggapi serius spekulasi-spekulasi yang beredar di lapangan. Termasuk ketika ada isu bahwa PPP akan menampung Ganjar jika tak dicalonkan dari PDIP.
"Halah, aku ki PDI Perjuangan," tegas Ganjar.
BACA JUGA:Pengamanan Formula E di Ancol, Polda Metro Jaya Kerahkan 1.778 Personel
Sebelumnya, pengamat politik dari Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Setia Budhi Rangkasbitung, Harits Hijrah Wicaksana menilai, Puan Maharani belum saatnya mencalonkan diri sebagai Presiden maupun wakil presiden pada bursa Pilpres 2024 nanti.
Menurut Harits, Puan Maharani lebih baik tidak maju Pilpres 2024 karena rating elektoral cucu Proklamator itu kalah dibandingkan Prabowo Subianto, Erick Thohir, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Anies Baswedan.
Bahkan, di PDI Perjuangan, Puan Maharani kalah oleh Ganjar Pranowo dan Risma.
Puan Maharani kata Harits, lebih tepat menjadi sosok jiwa negarawan.
"Hingga saat ini rating elektoral Puan dari hasil berbagai lembaga survei ternama antara 2,6 sampai 3,1 persen. Itu juga terkatrol oleh jabatan Ketua DPR RI dan sosialisasi dengan memasang baliho di seluruh Indonesia," kata Harits.
Menurut Harits, dengan pencapaian elektoral seperti itu, Mbak Puan sangat berat jika dipaksakan untuk bersaing pada Pilpres 2024.
BACA JUGA:Wamenkes Ingatkan Bahaya Rokok Elektrik Sama dengan Merokok Konvensional
Harits Hijrah Wicaksana mengatakan, meski sudah menjabat anggota DPR RI, menteri hingga Ketua DPR RI, kinerja Puan seperti biasa-biasa saja dan belum menunjukkan leadership yang dibutuhkan Indonesia.
Dia mengatakan literasi pendidikan politik masyarakat sudah cerdas, sehingga melihat Puan Maharani belum menunjukkan karakter kepemimpinan yang bersentuhan dengan rakyat.
Masyarakat Indonesia sekarang ini membutuhkan figur kepemimpinan yang bersentuhan langsung dengan rakyatnya dan tidak disekat-sekat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: