Pajak Kehilangan Muka

Pajak Kehilangan Muka

INI taruhan baru: apakah RUU Pajak akan ditarik oleh pemerintah atau diminta terus dibahas di DPR.

Tokoh DPR dari Golkar jelas minta agar RUU itu ditarik saja. "Agar pemerintah tidak kehilangan muka yang sangat besar," ujar Mohamad Misbakhun dari Komisi XI.

Menurut Arek Pasuruan itu, semua fraksi sudah menyuarakan aspirasi mereka: menolak. "Kami-kami ini kan fraksi pendukung pemerintah. Tidak baik kalau RUU itu harus ditolak DPR. Lebih baik ditarik sebelum dibahas," ujar Misbakhun yang pernah berkarir di ditjen pajak itu. Ia juga pernah jadi tokoh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) –sebelum loncat ke Golkar.

Tentu kondisi seperti itu tergolong tumben bagi kita: mengapa tiba-tiba DPR berhenti ''tutup mata dan tutup mulut''. Bukankah selama ini DPR selalu mengiyakan keinginan pemerintah?

Kita jadi ingat RUU Cipta Kerja. Yang begitu besar demo penolakannya. Yang begitu riuh kontroversinya. Yang begitu hilir-mudik administrasinya.

Toh aman-aman saja di DPR. Langsung disahkan. Pun dengan proses yang mengalahkan afdruk kilat.

Mengapa kali ini beda?

Mungkin sekarang sudah lebih dekat ke pemilu dan pemilihan presiden. Mungkin pula karena Covid-19 sudah kurang menakutkan lagi. Mungkin kadar kedaruratan sudah dianggap rendah.

Mungkin pula karena para ketua umum mereka belum dipanggil. Belum dapat info resmi. Belum diajak lirik-lirikan mata. Belum juga dapat yang lain-lain.

Yang juga mungkin, Menteri Keuangan Sri Mulyani seperti saya: optimistis Oktober depan Covid-19 sudah reda dan ekonomi mulai bangkit lagi. Di luar dugaan saya: di pertengahan Juni ini angka Covid-19 naik lagi. Tinggi sekali. Termasuk menjangkiti mereka yang sudah dua kali vaksinasi.

Dokter Andani juga kena Covid. Tokoh Disway dari Padang yang memelopori peningkatan kemampuan lab untuk tes Covid itu sudah vaksin dua kali.

"Maafkan tenggorokan saya sakit. Saya harus mengurangi bicara. Agar cepat sembuh," tulisnya di WA.

Saya memang menelepon dr Andani. Untuk memberi dukungan. Begitu tahu keadaan tenggorokannya saya pun hanya kirim WA. "Kelihatannya saya kena varian India. Sinovac kan untuk varian Wuhan," tulisnya. Andani merasa terjangkit Covid saat meninjau Jawa Tengah –sebagai staf khusus menteri kesehatan.

Teman saya yang lain juga kena Covid. Ia pengusaha besar Surabaya. Lebih muda dari saya. Sudah vaksin dua kali. Setelah vaksin itu ia juga sudah cek antibodi: punya. Angkanya cukup tinggi: 56. Toh masih kena Covid. Kemarin ia di opname di rumah sakit terkenal di Surabaya Barat.

Belum lagi sembilan anggota DPRD Surabaya. Yang juga sudah vaksin dua kali. Dan beberapa kenalan saya lainnya.

Padahal, kemarin-kemarin saya sudah begitu optimistisnya.

Pemerintah pun kelihatannya juga sudah telanjur begitu optimistis. RUU Pajak sudah telanjur diajukan. Telanjur dibacakan pula di sidang pleno DPR. Bahkan DPR sudah memutuskan komisi berapa yang harus membahasnya: Komisi XI.

Kalau RUU itu tidak ditarik terciptalah momentum untuk terus mempersoalkannya. Selama pembahasan di DPR itu, terbuka peluang untuk muncul isu sensitif setiap hari.

Sampai kemarin isu pajak itu masih tetap liar: sembako akan dipajaki, knalpot dipajaki, sekolah dipajaki.

Sampai pun muncul omongan: jangan lagi menganggap anak itu sangat berharga, nanti kena pajak.

Counter dari pemerintah seperti menguap sebelum airnya mendidih. Tidak dipedulikan lagi penjelasan bahwa pajak baru itu baru akan berlaku kalau pandemi sudah lewat. Bukan sekarang.

Tidak digubris pula bahwa sembako yang kena pajak itu hanya yang premium. Dan sekolah yang dipajaki adalah yang komersial. Demikian juga soal pengampunan pajak yang –menurut staf khusus Menkeu– bukan lagi seperti tax amnesty yang lalu (Disway 12 Juni 2021: Pajak Sembako)

Pokoknya: negara jangan terus menambah utang, pajak jangan dinaikkan, harga-harga tidak boleh mahal, orang harus senang.

Soal negara tidak punya uang lagi, defisit anggaran sudah kian lebar dan ekonomi memburuk itu urusan pemerintah yang harus pintar.

PPN kelihatannya memang sasaran paling nyata untuk diincar orang pintar. Menggarap PPN itu cara instan menambah pemasukan negara.

Bahan konsumsi adalah barang yang tetap dibeli masyarakat –di tengah krisis sekali pun. Maka memajaki barang konsumsi, atau menaikkan pajaknya, akan langsung menghasilkan uang baru. Sudah ada ahli yang menghitung, dari sektor ini saja negara sudah akan mendapat tambahan Rp 15 triliun.

Itu angka yang lumayan. Apalagi mengharapkan pajak dari perusahaan kian sulit. Termasuk dari perusahaan BUMN. Sulit mengharapkan PPh-nya apalagi bagian dividennya. Bahkan –tahun ini dan tahun depan– kalau ada BUMN yang bisa membiayai operasionalnya saja itu sudah baik. Kecuali BUMN perbankan, telekomunikasi, dan kesehatan.

Sampai kemarin posisi tarik-menariknya masih belum berubah. Pemerintah masih mempertahankan RUU itu. DPR juga masih terus menyanyikan nada penolakan. Opini masyarakat kian keras menolak.

Opini masyarakat itu tahun ini lebih penting dari tahun lalu. Tahun ini Pemilu kian dekat. Partai-partai memerlukan suara mereka. Apalagi Presiden Jokowi sudah di periode kedua.

Maka taruhan tadi tetap penting: apakah RUU Pajak ini akan dibela pemerintah sekuat membela UU Cipta Kerja. Atau biarkan saja Menteri Keuangan berjuang sendiri, kehilangan muka sendiri, dan jadi korban sendiri. (Dahlan Iskan)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 208

    • agus suputra
      agus suputra
  • Ari
    Ari
    • warga gang sempit
      warga gang sempit
  • Marono
    Marono
    • Anak Alay
      Anak Alay
    • Anak Alay
      Anak Alay
    • Anton
      Anton
    • Marono
      Marono
  • Mangap Ajib
    Mangap Ajib
    • Setro
      Setro
  • Ilham Firmansjah
    Ilham Firmansjah
    • Amin mun
      Amin mun
  • Orang Bego
    Orang Bego
  • Achmad
    Achmad
  • Dian
    Dian
    • Achmad
      Achmad
    • minji
      minji
  • Uang
    Uang
    • Liam
      Liam
  • Orang Istana
    Orang Istana
    • Joni
      Joni
  • Diaono
    Diaono
    • Buana
      Buana
    • Dapur
      Dapur
  • Den Bagus
    Den Bagus
    • Termos
      Termos
  • Fanberat
    Fanberat
  • Alexs
    Alexs
  • Rakyat jelantah
    Rakyat jelantah
    • asal komen
      asal komen
    • Diano
      Diano
  • jokiwi
    jokiwi
    • t
      t
  • Hariyanto
    Hariyanto
  • DI Idolaku
    DI Idolaku
  • Pak Harun Saja
    Pak Harun Saja
    • gopoya829
      gopoya829
  • Lilian Ashley
    Lilian Ashley
    • Liam
      Liam
    • Anak Alay
      Anak Alay
    • Beda pendanaan
      Beda pendanaan
  • Immanual
    Immanual
    • Budi
      Budi
  • Nikimito
    Nikimito
  • Liam
    Liam
    • Anak Alay
      Anak Alay
    • Liam
      Liam
  • oi
    oi
  • Lia
    Lia
    • Liam
      Liam
    • Anak Alay
      Anak Alay
    • Sengaja melemahkan
      Sengaja melemahkan
  • Cari untung pajak wajib,!!!!!
    Cari untung pajak wajib,!!!!!
  • Pengingat sejarah
    Pengingat sejarah
  • Mas Bond
    Mas Bond
  • Liam
    Liam
    • Liam
      Liam
  • RBS
    RBS
  • Thamrin Dahlan
    Thamrin Dahlan
    • Liam
      Liam
  • Negara Pancasila kok repot
    Negara Pancasila kok repot
    • Solusi Pancasila!!!!!
      Solusi Pancasila!!!!!
  • Rentenir
    Rentenir
  • negara defisit
    negara defisit
    • Liam
      Liam
    • Liam
      Liam
  • LUCU
    LUCU
    • Liam
      Liam
    • donwori
      donwori
  • PBB khusus buat pusat
    PBB khusus buat pusat
    • Sugiri
      Sugiri
    • Naikan PBB
      Naikan PBB
    • Perokok ketawa lebar
      Perokok ketawa lebar
  • Ripcord
    Ripcord
    • DiswayGL
      DiswayGL
  • Suhari
    Suhari
    • Ngacir
      Ngacir
  • PBB naik 10%
    PBB naik 10%
  • Pajak tanah khusus untuk pusat
    Pajak tanah khusus untuk pusat
  • Salah blunder
    Salah blunder
    • kelik
      kelik
    • Barvo Lansia, Merdeka !!!!!!!
      Barvo Lansia, Merdeka !!!!!!!
    • Idub
      Idub
  • Paul Ivan
    Paul Ivan
    • Pacul Ivan
      Pacul Ivan
    • Ivan Paul
      Ivan Paul
    • Ha...ha
      Ha...ha
    • Akhmad
      Akhmad
  • Mario
    Mario
    • Liam
      Liam
  • Nurkolis
    Nurkolis
    • Ripcord
      Ripcord
  • Tarjo
    Tarjo
  • Bung Hari
    Bung Hari
    • Bedjo
      Bedjo
  • mas
    mas
    • Liam
      Liam
  • Hendrik Kediri Diswaian
    Hendrik Kediri Diswaian
    • Jay
      Jay
  • Disway Absurd
    Disway Absurd
    • Setara Tuhan
      Setara Tuhan
    • Wongbersatu
      Wongbersatu
    • Liam
      Liam
    • DiswayGL
      DiswayGL
  • Kush
    Kush
  • Arif priyono
    Arif priyono
    • Macca Madinah
      Macca Madinah
    • Mario
      Mario
  • Uda Zen
    Uda Zen
    • Liam
      Liam
    • Liam
      Liam
  • Sena
    Sena
  • Mart
    Mart
  • Sakarepmu
    Sakarepmu
  • Hehehe
    Hehehe
  • Bam'shary
    Bam'shary
    • Wong Ndeso
      Wong Ndeso
    • Wongpinter
      Wongpinter
    • Bingung
      Bingung
  • Agung
    Agung
  • saif
    saif
    • Enno
      Enno
  • djoko heru
    djoko heru
    • Otole
      Otole
  • Udin din
    Udin din
    • Udin din
      Udin din
    • Mbah Sangkil
      Mbah Sangkil